[038]

23K 2.2K 57
                                    

<$elamat Membaca>

•••

"Akhirnya gue ketemu sama lo!"

Yellysa tanpa sengaja berkata menggunakan bahasa gaul kepada Axellan.

Setelah menarik Axellan, ia dapat ketenangan sekarang. Kennandra dan Ryan, biarkan saja mereka.

Yellysa masih berada di wahana hiburan bersama Axellan yang masih ia gandeng. Dan Axellan seperti anak penurut yang diam mengikutinya.

Yellysa sadar jika tangannya masih menggandeng Axellan. "A.. maaf," Yellysa melepaskan genggaman tangannya.

"Tidak apa-apa."

Setelahnya tidak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka berdua hanya berjalan lurus sambil melihat-lihat keramaian yang ada.

Yellysa masih memakai seragam khas sekolahnya. Tidak ada yang menyadari karena semua pengunjung wahana ini sibuk melihat-lihat.

Mungkin ada yang melihat kearah Axellan. Selain parasnya yang tampan, Axellan juga memiliki tubuh yang tinggi dibandingkan pengunjung disini. Akan sangat mudah melihat Axellan.

Tiba-tiba saja ada yang menaruh sesuatu di pundaknya. Itu adalah mantel Axellan. Yellysa tersenyum singkat, "terima kasih."

Yellysa menatap bianglala sambil berjalan dan mengeratkan mantel yang ia pakai. Yellysa ingin ke sana.

"Mau naik ke sana?" Axellan menunjuk ke arah bianglala yang dilihat Yellysa. Yellysa mengangguk, ia memang ingin ke sana dari tadi.

Axellan tanpa ragu menggandeng tangan Yellysa. Mereka pun membelah kerumunan agar sampai ketempat yang mereka tuju.

Dan akhirnya roda raksasa yang besar dapat Yellysa lihat juga.

Mereka menaikinya, berdua.

Mereka duduk berhadapan. Jangan berharap jika mereka duduk bersebelahan.

Yellysa gugup sendiri. Satu putaran pasti akan sangat lama. Tapi karena banyak yang akan ia bahas bersama Axellan, jadi Yellysa biasa saja.

"Ehmm.. jadi apa maksud racun, gue akan diracuni gitu?" Yellysa memulai pembicaraan setelah bianglala berada di posisi jam 9.

Axellan terkekeh pelan. Yellysa yang mendengarnya bingung. Yellysa menatap Axellan dengan tanda tanya besar.

"Kata itu ada maknanya.."

"Apa?"

•••

"APA MAKSUDNYA, ANJ*"

Yellysa membanting tas miliknya ke kasur. Ia kesal. Bukannya mendapat jawaban dari Axellan, tapi malah Axellan memberinya teka-teki lagi.

Yellysa menendang angin. Ia benar-benar kesal.

Yellysa mengambil ponselnya lalu menelepon mereka. "WOY! DATENG KE RUMAH GUE... KALIAN NGINEP!"

Tut~

Beberapa menit kemudian, Saquilla dan Emilia datang menubruk pintu kamar Yellysa. Mereka yang dimaksud Yellysa adalah dua orang yang sedang terengah-engah karena berlari ke sini dan membawa sebuah tas besar.

Mereka berdua panik karena mendengar nada Yellysa yang sedang emosi. Akhirnya mereka buru-buru datang ke rumah Yellysa.

"Hah.. hah, kenapa.. Yell?" Saquilla berbaring di lantai kamar Yellysa dengan nafas yang masih tersengal-sengal. Emilia mengikuti apa yang dilakukan oleh Saquilla.

Can I Be The Protagonis? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang