<$elamat Membaca>
•••
Ruang bawah tanah lagi. Entah kenapa Axellan memilih ruangan bawah tanah untuk membicarakan hal ini. Ia ingin bertanya, berapa ruang bawah tanah yang Axellan punya di dunia ini.
Tempat ini terlihat seperti ruangan VIP di sebuah restoran biasa. Juga tadi ada sebuah robot yang menjadi waiters di restoran jadi-jadian ini.
Pencahayaan di sini cukup terang, tidak seperti ruang rapat kemarin. Yellysa sendiri di ruangan ini. Axellan belum datang. Sesibuk itu Axellan.
Makanan dan minuman yang ia pesan melalui robot telah datang. Yang mengantar pesanan juga sebuah robot. Entah kemana puluhan bodyguard di depan tadi.
Makanan yang Yellysa pesan tidak tanggung-tanggung. Tadi ia menuliskan banyak makanan yang ia ingin makan. Ternyata robot ini tidak main-main.
Yellysa hanya berpikir semua ini gratis.
Meja penuh dengan makanan dan minuman yang ia pesan. Yellysa langsung memakannya. Menunggu membuat Yellysa bosan.
"Maaf. Saya terlambat," Axellan datang ke ruangan ini, lalu dia duduk di hadapan Yellysa. Yellysa hanya mengangguk, mulutnya terlalu penuh dengan makanan.
Yellysa tidak punya etika saat memakan. Alat makan seperti pisau, garpu, sendok, dan sumpit, selalu diambilnya bergantian.
Axellan hanya diam memperhatikan Yellysa yang sibuk dengan makanannya.
Yellysa merasa ada yang memperhatikannya. Ia secara spontan melihat ke arah Axellan. Memang Axellan orang selain dirinya di sini.Yellysa melihat Axellan dengan pipi yang menggembung. Ia sedang berusaha melakukan proses pencernaan yang paling awal.
Axellan tersenyum melihat Yellysa. Yellysa memalingkan pandangannya lagi ke arah makanan. Senyum yang terkesan menggoda dan itu membuat Yellysa merinding.
Yellysa mengisyaratkan Axellan untuk berbicara. "Jadi apa yang ingin anda ketahui?"
Yellysa menelan makanannya secara paksa. "Panggil Yellysa, saja. Tentang kematian anda," Yellysa langsung saja menanyakan pertanyaan pertamanya.
"Panggil namaku juga," Axellan membenarkan posisi sebentar, "tentang itu, ya. Seperti yang anda tahu, Saya meninggal setelah anda. Dan juga dibunuh oleh orang yang membunuhmu, Yellysa."
Yellysa makan sambil mendengarkan ucapan Axellan. Yellysa mengunyah dengan cepat. Yellysa juga bingung. "Kau juga dibunuh oleh si br*ngs*k itu?"
"Benar." Axellan menjawab dengan tenang. Sementara Yellysa masih loading. Ia masih mencerna ucapan Axellan.
"Apa kau tahu, kepalamu berada di museum?" Yellysa tersedak makanan setelah mendengar ucapan Axellan.
"Kenapa kau datang kembali lebih dulu. Bukankah seharusnya saya dulu?" Yellysa mengalihkan pembicaraan dan mengutarakan rasa penasarannya.
"Tidak tahu. Tapi orang itu bukan orang biasa. Dia juga mengikuti kita kembali," Axellan memang tidak tahu tentang itu.
"Kenapa tidak kau bunuh, Axellan?"
"Sudah. Sudah dua kali aku membunuhnya."
"Dua kali?"
"Dia dapat berpindah-pindah tubuh. Dan saya hanya membunuh raga orang yang tidak bersalah."
Yellysa menikmati pembicaraan ini sambil melanjutkan memakan makanannya. Yellysa melakukan dua hal, mencerna makanan dan mencerna semua ucapan Axellan.
Ini teka-teki lagi. Yellysa diuji lagi dengan sebuah teka-teki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Be The Protagonis? [END]
Fantasi[WARNING! ADA BANYAK KEMUSTAHILAN DI SINI KARENA INI CERITA FANTASI!] Yellysa Morphine Rubels, nama yang cantik dan orang yang cantik, tapi tidak dengan sikap dan sifatnya. Sikap dan sifat yang jahat membuat banyak orang yang membencinya...