[040]

22.8K 2K 29
                                    

<$elamat Membaca>

•••

Bunyi ketikan keyboard terdengar jelas di telinga Yellysa. Yellysa sedang bekerja, di malam hari.

Setelah mengikuti ekstrakurikuler, ia pulang tanpa menunggu apapun.

Kepala sekolah? Dia hanya lewat saja tadi. nyaris saja.

Yellysa sedang mengerjakan tugas di kantor juga tugas di sekolah. Tugas-tugas ini sangat mudah karena Yellysa sudah pernah belajar di kehidupan dulu.

Untuk kerjasamanya dengan perusahaan Axellan masih terus berlanjut. Emailnya di baca oleh Axellan, tapi tidak dengan salah satu pesan emailnya.

Yellysa sudah bertanya kepada Axellan bahwa Bella lah orang itu. Tetapi Axellan tidak mau menjawab, dan itu membuat Yellysa bimbang.

Sebenarnya, Axellan lah yang tahu semuanya. Dan ia hanya mengikuti dari petunjuk-petunjuk yang diberikan Axellan kepadanya.

Sepertinya kita harus bertemu untuk membicarakan ini.

•••

Akhirnya Yellysa dapat bertemu Axellan. Di depannya ada Axellan yang sedang meminum secangkir teh.

Yellysa berada di salah satu penthouse Axellan. Yap! Salah satu.

Yellysa bingung ingin mengatakan apa. Rasanya kata-kata yang berada di otaknya lenyap secara tiba-tiba.

"Katakan saja!"

"Heuung?"


"Tanyakan hal yang ingin kau ketahui." Axellan seakan-akan bisa membaca pikiran Yellysa. Membaca pikiran adalah hal yang mengerikan.

"Jadi, ehhm... Apakah orang itu adalah teman sekelas ku?" Tanya Yellysa memberanikan diri.

Axellan mengangguk karena itu memang jawabannya.

Yellysa semakin optimis, kalau dia adalah laki-laki itu. Prediksinya ternyata benar. "Lalu apakah ada hal yang ingin kau lakukan kepadanya, Axellan?"

"Tidak. Untuk apa?"

"Apa maksudmu?"

Yellysa bingung karena Axellan tidak melakukan apa-apa terhadap dia.

Ya, minimal membunuhnya lah.

Axellan bangkit dari tempat duduknya, dia menuju ke kaca yang menampilkan pemandangan kota di siang hari. Yellysa mengikutinya.

"Seperti yang aku katakan, aku tidak mau melakukan apa-apa."

"Kenapa?" Axellan membelakangi Yellysa. "Karena itu sia-sia."

Yellysa mengikuti Axellan dari belakang. "Itu tidak sia-sia!" Axellan tidak mengindahkannya. "Kita bisa melawannya, kan?"

"Kita?" Yellysa mengangguk. "Mungkin itu hanya mimpi saja."

Yellysa bingung, kenapa itu hanya sebatas mimpi saja.

"Dia memang terlihat lemah, tapi aslinya tidak!" Kata Axellan. "Untuk orang yang dapat menembus pintu masa lalu dengan keadaan sadar pastinya bukan orang biasa,"

Benar, dia bukan orang biasa. Akan sangat sulit jika melawannya. Tapi dia tidak mempunyai apa-apa, jadi masih ada harapan, kan?

"Bagaimana caramu melawannya dulu, tidak mungkin kalau kau hanya membunuh saja?" Axellan diam, lalu tiba-tiba pergi menjauhi Yellysa. Yellysa tentunya mengikutinya.

Can I Be The Protagonis? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang