Lima

25.4K 1.3K 92
                                    

Part lima yeyyyy🙌

Tinggalkan jejak kalian di sini👉
Caranya vote & comment 🌟💬

Happp Reading Guys😘
.
.
.

Mora menghembuskan nafas, "Lo minta imbalan...???"

Heksa menyeringai penuh arti, ia mencondongkan badannya ke arah Mora. "Cium" kata Heksa menunjuk pipi kanannya.

"Hahhhhh", kaget Mora

"Kenapa?? Sini cepetan", Heksa semakin mendekat pada Mora

Sial kenapa badan gue jadi lemes gini. Tenaga Mora tiba-tiba hilang ketika hendak melawan Heksa. Ia melangkah mundur sementara Heksa terus mendesak maju, Mora terjebak tidak bisa mundur lagi karena punggungnya membentur tembok.

"Sini ahh cepet", Heksa menunjuk pipinya

"Enggak", sentak Mora

"Kenapa hmm", Heksa mengurung tubuh Mora ke tembok.

"Buruan", Heksa menunjuk pipinya lagi

"Enggak Eksaaa", setelah mengumpulkan energi akhirnya Mora bisa mendorong tubuh Heksa

"Mau kemana", Heksa menarik tangan Mora yang hendak kabur darinya

"Gue mau pulang Eksa", rengek Mora sambil berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Heksa

Srettttt, Heksa menarik Mora ke pelukannya

"Lo mau apa lagi sih Sa", Mora terus memberontak

"Inget lo masih ada hutang cium gue", Bisik Heksa tepat di telinga gadis tersebut .

Setelah mengucapkan itu Heksa lantas melepas gadis yang di peluknya. Wajah Mora terlihat syokk dengan perkataan Heksa barusan.

Tersadar dirinya sudah tak berada di dekapan tubuh Heksa, Mora tak menyia-nyiakan kesempatan nya untuk segera kabur dari makhluk aneh seperti Heksa.

Mora langsung berlari menuju gerbang sekolah, "Eksaa sintinggg", teriaknya

Heksa yang mendengar teriakan Mora hanya terkekeh, "Amora", Heksa tersenyum setelah menyebut nama gadis yang di temuinya hari ini

***

"Makasih ya bang", Mora mengeluarkan selembar uang berwarna hijau kepada tukang ojek.

Setelah kejadian tadi dengan Heksa, Mora memutuskan pulang naik ojek dari pada menunggu abang kesayangannya -Gio- menjemputnya. Ia tak mau Heksa mengejarnya hanya untuk menagih hutang ciuman, membayangkan saja Mora ngeri

Mora berjalan memasuki pekarangan rumahnya yang mininalis. Di sinilah ia dan Gio menetap. Jangan tanyakan orang tua mereka dimana. Tragedi kecelakaan maut empat tahun yang lalu membuat nyawa kedua orang tua Mora melayang.

Tuhan lebih sayang sama Mama dan Papa, Mora selalu menguatkan hatinya dengan kata-kata seperti itu, dengan begitu ia merasa lebih ikhlas di tinggal kedua orang tua tercintanya.

Ceklekkk

Mora membuka pintu utama rumahnya, keadaan di dalam terlihat sepi. Ia melihat jam yang menggantung di dinding

"Jam setengah empat", gumamnya

Mora berjalan dengan gontai menuju kamarnya. Mengingat kejadian hari ini membuat Mora bener-bener gak habis pikir.

PRAHEKSA Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang