Tiga Tujuh

7.1K 308 47
                                    

Haii Heksa kembali👋
Maaf ya update nya lama bgt :( sorry

Selamat baca, semoga masih suka😊
Jangan lupa vote dan komen nya ya gengs
💬🌟💬🌟💬🌟💬🌟💬🌟💬🌟💬🌟💬🌟


***

"Moraaaaaaa!" lengkingan itu membuat siapa saja menutup telinganya rapat-rapat. Tak terkecuali pemilik nama yang di panggil tersebut. Tak hanya menutup telinga, Mora juga memejamkan matanya karena suara itu benar-benar membuat dirinya pusing.

Mora mendengar pemilik lengkingan itu berjalan mendekatinya. Namun langkah yang di dengarnya tiba-tiba lenyap. Karena heran akhirnya Mora membuka benteng telinga dan matanya.

Bwahahaaaaa

Mora tertawa lebar melihat seseorang yang tersungkur dengan posisi absurd tak jauh di depannya. Yups, dia adalah Silla sahabatnya Mora.

"Ngapain lo nyungsep di situ?" Mora belum bisa mereda tawanya.

Tampaknya Silla begitu sebal, tapi rasanya dirinya juga ingin tertawa dengan kejadian yang menimpanya barusan. Niatnya ingin berlari lantas memeluk temannya yng sudah beberapa hari tak jumpa. Namun takdir berkata lain, dirinya malah terpeleset dan tersungkur di dekat pot bunga yang ada di sekitar koridor kelas.

"Ketawa aja terus!" ketus gadis itu karena Mora masih saja tertawa.

Mora menghentikan tawanya meskipun belum sepenuhnya usai. "Lagian ngapain lo di situ? Nyari pangeran kodok?" tanya Mora dengan sisa tawanya.

"Princess kaya gue nyari pangeran...? Helloww...??" bual Silla dengan nada alay.

"Serah lo Sill," putus Mora lantas meninggalkan princess dari kerajaan RSJ itu.

Bel masuk baru saja berbunyi. Gadis itu lebih baik lekas menuju kelasnya dari pada menanggapi temannya itu. Dengan raut sebal gadis bernama Silla itu menyusul langkah Mora menuju ruang kelas mereka.

Lima hari tidak sekolah berarti selama ini dirinya tidak membuka buku pelajaran. Ahahaaa jangan kalian pikir selama di rumah Mora juga belajar. Meskipun Silla selalu memberinya materi yang di pelajari di sekolah tapi gadis itu sama sekali tidak menyentuh bukunya.

Pelajaran hari ini tampak begitu membosankan. Lihat saja banyak diantara teman sekelas Mora yang menguap, bahkan siswa yang ada di barisan belakang sudah terlelap di meja nya. Mapel sejarah dengan pembawaan yang monoton membuat siapa saja mudah bosan. Tak hanya bosan mapel satu itu sangat menyebalkan bagi Mora.

Past is past, present is present!

Gadis itu benci dengan masa lalu dan sesuatu yang berhubungan dengan masa yang sudah lampau. Hidup kedepan dengan pandangan cerah dan pengalaman yang telah di laluinya. Intinya seperti itu, Mora paling tidak suka masa lalunya di bahas di kemudian hari. Yang lalu biarlah berlalu!

Meskipun waktu berjalan begitu lambat, akhirnya pelajaran membosankan itu berakhir juga. Belum sempat mengambil nafas sejenak, guru mapel selanjutnya sudah masuk ke kelas. Matematika!, terdengar horor bagi beberapa siswa terutama siswa yang daya hitungnya sangat lemah.

"Astaga mampuss!" panik Silla ketika melihat sticky note yang tertempel di sampul buku catatannya.

"Kenapa?" tanya Mora bingung.

Silla menunjuk sticky note tersebut membuat Mora membulatkan matanya. "Hari ini ulangan??" syok Mora seakan terkena serangan jantung mendadak.

"Kumpulkan semua buku matematika di meja paling depan!"

Degggg

Raut siswa di kelas tersebut seketika berubah tegang. Meskipun bukan pertama kalinya mengikuti ulangan tetapi kata 'ULANGAN' itu selalu saja berkesan horor terlebih mapelnya matematika.

PRAHEKSA Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang