Dua satu

17K 924 49
                                    


Simple!!! Make me happy with your vote 🌟 and comment 💬
Karena notif kalian lebih berharga bagi saiya dari pada notif dari DOI😭



Happy Reading,💃

Suasana tegang menyelimuti private room milik Gio. Pemilik Goldan Cafe tersebut tampak menahan amarahnya dan tidak ada yang berani mengajaknya bicara karena mereka tau bagaimana murkanya seorang Argio Ditya Asagra.

Tatapan laki-laki itu tidak beralih dari benda tajam yang diketakan di meja yang mereka kepung.

"Telpon Heksa suruh bawa Mora ke sini!"

Ceklekkk

Semua lantas menengok kearah pintu ternyata Heksa sudah datang dengan menggandeng gadis yang menjadi pokok permasalahan di sini.

Gadis itu tersenyum seperti biasanya namun sedetik kemudian senyum itu luntur ketika Gio menatap dirinya penuh aura yang menyeramkan. Mora menyerit bingung namun ketika netranya melihat katananya berada disana gadis itu paham mengapa Gio menatapnya seperti itu.

Awalnya Mora takut karena bisa dipastikan abangnya akan murka dengannya, tapi gadis itu tau apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Abanggg," gadis itu berlari menghampiri Gio tanpa mempedulikan ketegangan yang tercipta disana dan langsung berhambur memeluk abangnya. Mora duduk di pangkuannya laki-laki itu dengan posisi berhadapan.

Heksa dan keempat Alpha yang berada di satu ruangan itu hanya menyaksikan kakak beradik yang ada di depannya. Gio masih dengan ekspresi penuh amarah sedangkan Mora malah terlihat santai seakan tidak peduli dengan tatapan tajam dari abangnya.

Sebenarnya Heksa ingin membantu gadis itu menjelaskan perkara pagi tadi. Namun, dirinya urung melakukannya karena masalah ini bukan hanya tentang Alpha tetapi lebih ke keluarga gadis itu. Untuk saat ini dirinya memilih diam terlebih dahulu, dirinya akan bertindak jika dirasa perlu.

Cup

Satu kecupan mendarat di pipi Gio. Mora melirik wajah abangnya yang belum berubah sedikitpun. Dirinya sedikit merasa takut saat ditatap tajam Gio sedekat itu. Tetapi gadis itu masih terlihat biasa saja meskipun hatinya ingin menangis sekarang juga.

Cup cup cuppp

Mora kembali mencium wajah Gio hingga berkali-kali. Setelah kucupan terakhir gadis itu langsung menubruk Gio dan memeluknya erat sekali. "Abang jangan marah ya," ucapnya.

Helaan nafas terdengar dari bibir Gio. Laki-laki itu memejamkan matanya sejenak lalu kembali membukanya.

"Pinter ya ngerayunya," Gio melepaskan tangan Mora yang melilit tubuhnya sangat erat. Amarah yang sejak tadi menyelimuti laki-laki itu lenyap seketika dan kembali kepada Gio yang biasanya.

Mora hanya nyengir setelah aksinya berhasil membuat Gio luluh. Sementara kelima Alpha itu masih menatap heran kedua insan tersebut.

"Jangan marah ya Bang!" ulang gadis itu.

Gio mengangguk, ia sedikit memiringkan kepalanya lantas menunjuk pipinya, "Again!"

Cup cup

"More!" pintanya dengan kekehan renyah.

Cup

Mora melotot saat yang diciumnya bukan pipi abangnya melainkan tangan seseorang. Gadis itu mendongak dan mendapati Heksa yang menatap kesal kearahnya. Berarti yang di ciumnya tadi tangan Heksa dong??

"Belum puas di cium dari tadi Bang?" tanya Heksa dengan nada ketus.

Gio malah terkekeh menanggapinya, "Kenapa? Mora punya gue, lo siapa?" laki-laki itu meliriknya sekilas lalu mencium balik adiknya.

PRAHEKSA Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang