Tiga Enam

10.9K 639 87
                                    

Semesta punya banyak rencana tak terduga, percayalah!




***

Tidak terasa sudah berhari-hari Mora hidup tanpa bergantung pada saudara laki-lakinya. Rasanya sepi tidak mendengar segala ceramah dari kakak yang over protektif itu. Jujur Mora merindukan sosok abangnya.

"Abang kapan pulang?" tanyanya sambil menatap sendu foto Gio yang ada di galeri ponselnya.

"Besok pulang," sahut suara laki-laki dari arah belakang Mora duduk. Seketika gadis itu merotasikan kepalanya 180° hingga manik matanya melihat pemilik suara itu.

"Sok tau!" ucap Mora sedikit serak lalu membalikan pandangannya seperti semula.

"Aelah gak percaya banget sama gue," suara laki-laki itu terdengar sewot tak terima.

Lagi-lagi Mora menatap laki-laki itu, "Percaya sama Lo...? Musrik!" kesal Mora karena cowok tengil itu muncul di saat yang tidak tepat.

Pletakkk

"Percaya itu sama Tuhan!" ujar Alka setelah menjitak kepala Juna dengan cukup keras sementara Juna hanya nyengir sambil meringis merasakan sakit di kepalanya.

"Sabar Jun," Tian yang ada di dekatnya menepuk bahu Juna hangat.

"Buaya kayak Lo emang gak bisa di pegang omongannya, makanya gak ada yang percaya sama Lo," sambung Tian santai nan mengejek lantas ngacir menyusul Alka dan Utta yang sudah duduk berhadapan dengan Mora.

Mendengar ucapan tersebut membuat Juna diam sejenak. "Kalo di pikir-pikir ada benernya juga mulut Si Tian," batin Juna.

cowok itu mengetukkan telunjuknya di dagu seolah berpikir keras. "Iya sih Playboy kayak gue kapan ngomong seriusnya...?"

Juna terkikik sendiri sambil geleng-geleng mengingat tingkah lakunya sendiri. Mungkin dirinya baru menyadari betapa parahnya kelakuannya selama ini.

"Nohhh si curut stress!" tunjuk Tian dengan dagunya saat melihat Juna terkikik geli tanpa sebab.

Utta hanya mengibaskan tangannya tak minat dengan obrolan bertopik Juna itu. Ia lebih fokus kepada gadis yang ada di hadapannya. Tak beda jauh dengan Utta, Alka juga pasti lebih memilih gadisnya Heksa dari pada si kampret Juna.

"Mor...," Panggil Utta perlahan karena gadis itu menunduk sendu. Gadis itu hanya meresponnya dengan mengangkat kepalanya dan melirik Utta sekilas lalu kembali menunduk.

Utta hendak melanjutkan ucapannya namun tepukan di pahanya membuat dirinya urung berbicara. Ia seakan tau kode dari Alka sehingga dirinya tak jadi berbicara dengan Mora.

Setelah memberi kode Utta, Alka lantas berpindah duduk di samping Mora dan langsung merangkul bahu gadis itu. Perlakuan Alka tersebut membuat Utta dan Tian sedikit terkejut tak terkecuali dengan Juna. Mulut cowok itu sudah menganga lebar bak gua hantu.

"Jangan sedih dong, nanti cantiknya ilang lho," ucap Alka manis sambil mendaratkan kepala gadis itu di bahu kirinya.

Ketiga Alpha yang menyaksikan hal itu semakin dibuat melongo. Ketiganya saling berpandangan lalu kompak menggelengkan kepalanya seakan pikiran mereka bertiga menuju ke hal yang sama.

"Al jangan bilang lo juga suka sama Mora,"

Firasat buruk mulai membayangi ketiga cowok yang melihat kejadian itu. Namun mereka tidak berani mengungkapkan pikiran negatifnya tersebut. Mereka hanya bisa diam dan terus menerus memperhatikan tindakan Alka yang tidak biasanya itu.

"Tidur ya udah malem lho! katanya besok Kamu udah masuk sekolah lagi," Alka berkata dengan nada suara yang sangat lembut dan manis.

Deggggg

Perkataan Alka tersebut membuat jantung ketiga temanya hampir copot. Hal tersebut membuat ketiga cowok itu semakin was-was akan feeling buruknya. Mereka tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Heksa melihat kejadian ini dengan matanya sendiri. War...? Bisa jadi!

"Heksa kemana?" setelah sekian lama diam bibir gadis itu bersuara menanyakan keberadaan Heksa karena cowok itu hampir seharian tidak muncul di hadapannya. Mungkin karena itu juga dirinya begitu kesepian hari ini. Padahal biasanya cowok itu selalu muncul di manapun dirinya berada.

Ada yang berbeda di sini.  Alka terlihat tidak suka dengan pertanyaan Mora tersebut sehingga dirinya tidak menjawab sepatah katapun.

"Heksa kemana?" ulang Mora karena Alka tak kunjung bersuara.

"Heksa ada urusan keluarga," sahut Tian karena Alka lagi-lagi tidak mau bersuara.

Bibir Mora membulat sambil mengangguk mendengar jawaban dari Tian. Gadis itu lantas menoleh ke arah Alka yang masih setia merangkul bahunya. "Al...," panggilnya.

Cowok yang di panggilnya langsung menoleh sambil menyeritkan alis tebalnya seakan bertanya, kenapa?

Mora menjawabnya dengan gerakan ekor mata yang menunjuk pada tangan Alka yang masih merangkul bahunya. Meskipun tau apa yang Mora maksud, Alka tidak melepas rangkulan namun malah sebaliknya. Cowok itu malah mengetatkan rangkulan lalu kembali menyadarkan kepala gadis itu di pundaknya.

"Tidur besok sekolah!" perintahnya lembut.

Mora diam di tempat saat kepalanya mendapat usapan lembut dari tangan Alka. Dirinya hendak protes dengan perlakuan berlebihan itu tapi apa daya rasa kantuk telah menguasai alam sadarnya. Hanya perlu hitungan detik gadis cantik itu terlelap sempurna di bahu seorang Alkana.

"Anjuuu," umpat Juna tanpa suara sambil meringis saat kakinya di injak oleh Tian yang ada di sampingnya.

Sorot mata Tian tertuju kepada dua orang yang ada di hadapannya membuat Juna ikut mengarahkan pandangannya ke sana. Di lihatnya Alka sedang tersenyum sendiri sambil memandangi wajah Mora yang telah terlelap beberapa saat lalu.

"Ehmmm," Kompak ketiga cowok tersebut berdehem membuat Alka melirik ketiganya.

"Lo jangan main-main Al!" lontar Utta di setujui dua rekannya dengan anggukkan kepala. Mereka tak ingin jika nantinya terjadi perpecahan di antara mereka berlima hanya karena perkara wanita.

"Kapan gue main-main?"

Pertanyaan terlampau santai dari Alka membuat ketiga temannya bungkam. Pasalnya selama mereka kenal dengan Alka, cowok itu memang tidak pernah bercanda dengan apapun itu.

"Gue harap Lo gak lupa sama janji kita berlima Al," ucap Juna mengingatkan. Yahh meskipun mengakui sebagai playboy tetapi dirinya tidak pernah berpikiran mengambil apa yang temannya miliki.

"Tenang aja,"

"Lo bilang tenang Al?" tanya Tian begitu syok.

"Gue udah ketar-ketir gini Lo bilang tenang Al?" lanjut Tian dengan melongo tak menyangka.

"Berisik!! Jangan ganggu tidur Mora!" pungkas Alka mengakhiri keriwehan tiga temannya.

Sedetik kemudian dirinya mengangkat tubuh Mora dan membawa gadis itu ke kamar agar bisa tidur dengan nyaman. "Gue pindahin Mora dulu," pamitnya sebelum meninggalkan ruang tamu rumah Gio.

Sosok Alka sudah hilang dari pandangan mereka bertiga namun masih menyisakan tanda tanya bagi ketiga Alpha tersebut.

"Lo gak mungkin kayak gitu Al, gue percaya sama Lo!" meskipun masih ragu, Utta berusaha membuang pikiran buruk yang menghantuinya.

"Gue juga percaya Al,"

"Gue juga,"

Entah apa yang akan terjadi nantinya mereka tidak bisa menebak. Semoga apa yang mereka takutkan tidak akan terjadi di tengah-tengah mereka berlima.

Alpha tetaplah Alpha! Selamanya!



















Menurut kalian cocok yang mana...?
❤ Heksa & Mora
❤ Alka & Mora

Okelah bye-bye
See you next part guys👋

Jangan lupa vote 🌟 dan komen 💬 yang buanyakkk ya guys

📌Follow ya gengs
     Ig : sejatti_

Tencuuu ❤❤❤

PRAHEKSA Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang