Ch. 02: Peraturan

376 113 27
                                    

Athena Building adalah sebuah gedung sepuluh lantai yang berlokasi di Gangnam, Seoul. Sebuah distrik dengan nilai properti yang begitu tinggi, dan rasanya hampir mustahil menemukan properti jenis apa pun dengan biaya sewa hanya lima ratus ribu won setiap bulannya, ditambah tanpa biaya deposito sama sekali.

Alasan itulah yang menarik perhatian Yoongi ketika melihat iklan itu di buletin kampus. Biaya sewanya sama dengan biaya bulanan tempat tinggal Yoongi sekarang, tapi jika Yoongi bisa tinggal di sana, ia bisa menarik deposito dari tempat lama dan menggunakannya untuk keperluan lain. Selain itu, lokasi Athena Building juga lebih dekat dengan kampus.

"Namjoon, file yang kukirimkan tadi sudah kau cetak?" Yoongi baru selesai kelas dan menghampiri Namjoon yang memang selalu bersarang di ruang redaksi buletin hampir setiap harinya.

"Sudah. Hanya empat lembar kenapa pelit sekali tidak mau keluar biaya mencetak di luar?" Namjoon menggerutu, meski ia tetap mengiakan ketika tadi Yoongi mengirimkan sebuah file untuk dicetak menggunakan printer di ruang redaksi.

"Hanya empat lembar kenapa kau perhitungan sekali? Kau saja sering mencetak tugas puluhan lembar pakai printer redaksi." Yoongi menyanggah. Baginya, empat lembar tidaklah ada apa-apanya untuk diperhitungkan. Andai pihak kampus tahu pun, mereka tidak akan mempermasalahkannya.

"Aku membacanya," kata Namjoon, tak lagi mendebat soal perhitungannya dan mencari topik lain. "Syaratnya agak lucu, tapi bukan itu yang kupikirkan. Maksudku, dia 'kan masih mahasiswi tahun pertama. Berarti dia baru tahun ini 'kan masuk usia legal? Apa orang tuanya tidak akan menggantungnya hidup-hidup kalau tahu dia akan tinggal satu atap dengan lelaki asing?"

Yoongi mengedikkan bahu. Ia pun tak habis pikir dengan hal itu, sejak membaca salah satu ketentuan di iklan bahwa gender apa saja tidak masalah. Namun Yoongi tidak mau ambil pusing. Yang penting ia diterima, bisa menghemat pengeluaran serta waktu ke kampus, itu sudah cukup. Itu paling penting baginya.

"Terima kasih untuk ini," kata Yoongi, ketika menerima empat lembar kertas berisikan berbagai poin perjanjian yang dikirimkan Hyunjung semalam.

Jujur saja, Yoongi belum membacanya. Setelah Hyunjung mengirim itu, Yoongi hanya mengucapkan terima kasih dan mengatakan ia akan mencetaknya sebelum datang hari ini. Namun setelah mendengar Namjoon bilang syaratnya agak lucu, Yoongi jadi terpancing untuk membacanya.

"Yoongi!"

Yoongi menurunkan kertas dan berbalik, merespons panggilan Namjoon dari mulut pintu ruang redaksi.

"Apa?"

"Nanti sore ada latihan. Kalian harus bersiap sebelum jadwal ke Ilsan lusa nanti."

"Bagaimana dengan Jungkook?"

"Dia bisa datang. Jadi jangan terlambat kalau tidak mau anak itu kesal dan pergi di tengah latihan."

Yoongi hanya mengangguk, lalu berbalik dan melanjutkan langkah. Niatnya untuk membaca poin perjanjian jadi urung, lalu kertas-kertas tadi dimasukkan ke dalam ranselnya.

Nanti saja. Yoongi jadi tidak lagi berminat.

***

Hyunjung sudah menunggu di depan kafe, tempat di mana Yoongi diwawancara kemarin. Yoongi pikir, mungkin Hyunjung memang sedang kebetulan ke kafe bertepatan dengan kedatangannya. Namun, rupanya tidak.

"Kau sungguh tepat waktu. Aku tidak perlu menunggu lama."

"Kau menungguku?" Yoongi bertanya dengan kening mengkerut.

"Ya," jawab Hyunjung tanpa ragu. "Kau akan tinggal di lantai teratas dan hanya aku yang punya akses ke sana. Bagaimana kau akan masuk tanpa aku?"

"Ya... tentu. Aku mengerti. Tapi aku bisa mengabarimu saat tiba dan tidak masalah menunggumu turun."

LIVE WITH ROCKSTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang