Ch. 13: Embrassing

371 100 27
                                    

Yoongi agak menyesali keputusannya kemarin. Kemarahan Hyunjung adalah sesuatu yang diharapkan, tapi dampaknya berkembang jauh dari perkiraannya. Membayar sewa dengan tarif normal saja, Yoongi sudah harus bekerja keras. Bagaimana jika bulan depan sungguh harus membayar dua kali lipat. Bagaimana jika tarif itu juga berlaku untuk bulan-bulan berikutnya?

Hyunjung yang biasanya selalu bisa ditemui di meja makan di pagi hari saja, mendadak menjadi orang sibuk yang sulit sekali untuk ditemui. Pesan-pesan Yoongi yang berisi ajakan untuk bernegosiasi ulang pun diabaikan. Panggilannya tidak lagi tersambung.

Terpaksa, Yoongi meluangkan satu hari penuh hari ini. Terus berada di rumah, menunggu Hyunjung yang sudah pergi sejak pagi. Yoongi libur kuliah hari ini, tapi pekerjaannya kan tidak biasanya libur juga. Jadi, terpaksa Yoongi mengajukan cuti hari ini.

Hingga pukul sembilan malam, Hyunjung tak kunjung pulang. Yoongi yang menunggu sembari menonton TV—walau tak terlalu menikmatinya—nyaris menyerah. Hingga lift berdenting dan yang ditunggu akhirnya pulang.

Hyunjung tidak pulang sendiri. Ia tampak kesulitan memapah Jiwon yang sepertinya mabuk berat. Yoongi menghampiri dan membantu memapah Jiwon ke sofa. Untungnya, Hyunjung tidak menolak bantuannya. Atau ia sedang terlalu lelah, dan berlalu ke kamarnya. Tidak lama, Hyunjung keluar dengan membawa selimut tebal.

Yoongi membantu menaruh bantal sofa ke bawah kepala Jiwon, sementara Hyunjung menyelimuti tubuh kakak sepupunya itu hingga sebatas leher.

"Dia kenapa?" tanya Yoongi.

"Mabuk."

"Kau tidak?"

"Aku datang hanya untuk menjemputnya."

"Tidak minum bersamanya? Sebelumnya ke mana? Seharian sekali perginya."

"Apa urusanmu?"

"Harusnya tidak ada, dan harusnya aku tidak peduli juga, kecuali kupikir kau memang sengaja pergi seharian hanya untuk menghindariku."

"Menurutmu kau sepenting itu?"

"Yang tahu jawabannya hanya kau." Yoongi memutar sedikit arah hadapnya. Tadinya ke sofa tempat Jiwon berbaring, berganti ke arah Hyunjung di sampingnya. "Siapa pun akan memiliki kecurigaan melihatmu seharian pergi, padahal biasanya kau akan langsung pulang begitu selesai dengan semua jadwal kuliahmu."

"Aku ada urusan dan tidak ada kewajiban bagiku untuk memberitahumu tentang hal itu. Dan aku tidak menghindarimu."

"Kalau begitu kita bisa bicara sekarang."

"Bicara apa?"

"Kenaikan sewa bulan depan."

"Tidak mau. Keputusan itu mutlak. Hanya bulan depan saja, kecuali kau kembali membuat masalah."

Hyunjung sudah akan berbalik ke kamarnya, tapi Yoongi keburu mencekal tangannya. Cukup kuat, dan takkan bisa dilepas hanya dalam sekali hentak.

"Kita bicara sekarang. Akan kujelaskan sejelas mungkin, sampai kau percaya bahwa aku sungguh tidak membuat masalah sama sekali."

"Tidak—"

"Selama ini kau selalu bersikap baik hanya karena aku roommate-mu. Kau dengan mudah memberiku diskon untuk membeli salah satu bangunanmu, apa begitu sulit bagimu untuk mendengar sedikit penjelasanku? Ini takkan lama. Kau juga bebas bertanya apa pun padaku."

Pertahanan Hyunjung mulai goyah. Ia tak lagi dengan lantang menyuarakan penolakan. Raut wajahnya terlihat jelas, bahwa sekarang Hyunjung tampak sedang berpikir apakah ia akan mengubah keputusannya atau tidak.

"Tidak lebih dari sepuluh menit." Hyunjung akhirnya luluh juga. "Di meja makan saja. Kak Jiwoo masih bisa terbangun kalau ada yang berisik di sekitarnya."

LIVE WITH ROCKSTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang