Ch. 19: Kesempatan

431 107 56
                                    

Hyunjung merasa dirinya telah melakukan hal memalukan semalam. Bagaimana bisa dirinya menangis dan mengeluh tentang rasa sakit pada Yoongi? Untung saja akal sehatnya masih bisa bekerja cukup baik, dengan menerima bantuan sebatas menjadikan Yoongi pegangan, bukan untuk digendong lelaki itu. Bahkan dengan sisa akal sehat itu, Hyunjung masih memiliki cukup keberanian untuk keluar kamar, padahal belum makan apa pun sejak semalam.

Perutnya keroncongan sekali. Dan, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk.

Kak Jiwoo, kumohon itu kau.

"Hyunjung, ada pemberian makanan dari penghuni di unit 209. Telur puyuhnya banyak sekali, ada kimchi juga. Mau makan, tidak? Atau kusimpan saja di kulkas?"

Itu suara Yoongi, yang sedikit dikeraskan dari suaranya biasa saat bicara. Bentuk usaha agar Hyunjung mendengar suaranya dengan jelas.

"Atau mau kubawakan? Kebetulan aku sudah menanak nasi."

"Tidak!" Hyunjung menyahut keras. "Aku yang akan keluar. Tolong siapkan saja."

"Baiklah."

Hyunjung turun dari tempat tidur dan berjalan tertatih menuju pintu. Kakinya terasa agak membaik, tapi masih terasa sakit jika digunakan untuk berjalan. Hyunjung harus pelan-pelan, kecuali mau kondisi kakinya semakin memburuk nantinya.

Saat keluar kamar, dilihatnya Yoongi tengah menyiapkan makanan di meja. Dua mangkuk nasi sudah tersedia. Telur puyuh dan kimchi yang katanya pemberian dari penghuni unit 209 juga tengah disiapkan ke mangkuk. Lalu sisanya di wadah yang lebih besar, dimasukkan ke dalam kulkas.

"Harusnya kubawakan saja. Kau masih sulit berjalan begitu."

"Yang penting masih bisa berjalan. Merepotkan sekali kalau sampai orang lain membawakan makanan ke kamar segala." Hyunjung menarik salah satu kursi untuk duduk. "Pemberian dari unit 209, katamu? Shin Jooheon?"

"Ya, dia tadi memperkenalkan dirinya sebagai Shin Jooheon. Katanya kemarin ibunya datang berkunjung dan membawakan makanan agak terlalu banyak. Makanya sebagian dibagi denganmu dan tetangga sebelahnya."

Yoongi menarik kursi di hadapan Hyunjung dan duduk. Ia menuang air ke gelas, memberikannya pada Hyunjung, lalu menuang untuk dirinya sendiri.

"Kau jatuh di mana sampai terkilir begitu?"

Topik tiba-tiba berubah dari Shin Jooheon dan makanan pemberiannya, menjadi Hyunjung dan kakinya yang terkilir. Wajah dan sikap Yoongi tampak santai, jadi perubahan topik itu membuat Hyunjung sedikit terkejut.

"Pesta." Hyunjung memilih jujur.

"Pesta siapa? Kenapa pulang sendiri naik taksi? Tidak bawa mobil?"

"Teman Jungkook. Katanya hanya mampir sebentar, tapi...."

"Jungkook meninggalkanmu sendirian lagi?"

Hyunjung tidak menjawab. Ia justru menatap Yoongi yang makan dengan tenang. Sementara Hyunjung belum menyentuh sumpitnya sama sekali. Lagi, katanya?

"Teman Jungkook yang mana?" tanya Yoongi lagi. "Dia kelihatan punya banyak teman, tapi yang setidaknya cukup dekat dengannya tidaklah banyak. Siapa namanya? Mungkin aku pernah dengar atau malah tahu orangnya."

"Changhyuk. Aku lupa nama keluarganya."

"Ah... Changhyuk?"

"Kau tahu?"

"Biang masalah fakultas seni. Ayahnya pemilik perusahaan waralaba pasar modern, ibunya dokter bedah saraf di rumah sakit besar. Dia kaya, tapi tidak punya otak. Makanya dibiarkan hidup seenaknya, selama tidak sampai berhubungan dengan polisi atau pihak berwajib lainnya. Intinya, dia kurang ajar."

LIVE WITH ROCKSTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang