Sejak Jungkook dan Hyunjung berjalan beriringan di selasar gedung fakultas hukum di awal semester, mahasiswa di Universitas Daehan jadi punya bahan gosip baru. Bahwa Hyunjung berhasil memikat Jungkook, bahkan ada yang berpendapat kalau roommate baru Hyunjung adalah Jungkook.
Gosip tak berdasar mulai menyebar layaknya virus mematikan yang sanggup menimbulkan pandemi. Katanya, Hyunjung sengaja membuat iklan itu agar bisa tinggal bersama Jungkook—atau mahasiswa populer lainnya.
Hyunjung tentu saja tidak nyaman, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya. Klarifikasi biasanya dilakukan oleh mereka yang melakukan kesalahan, atau yang merasa terlampau dirugikan. Kenyamanan yang terusik merupakan kerugian tersendiri bagi Hyunjung, tapi untungnya ia tidak banyak menghabiskan waktu di kampus selain saat ada kelas atau jadwal klub debat.
Selain itu, akan percuma menyangkal sana-sini ketika yang terjadi malah Jungkook terkadang menghampiri Hyunjung dengan sengaja. Kapan pun senior itu melihatnya. Tidak ada sedikit pun kepedulian terlihat pada dirinya, bahwa kini kampus sedang panas dengan gosip tentangnya.
Lagi pula, kapan memang Jungkook tidak dibicarakan mahasiswa lain? Baik atau buruk, Jungkook tidak peduli.
"Hyunjung, akhir pekan nanti kau ada acara?" tanya Jungkook, beberapa saat setelah ia menghampiri Hyunjung yang sedang berada di kantin bersama Jiwoo.
"Akhir pekan? Entahlah. Aku belum lihat agendaku lagi."
Jiwoo nyaris menyemburkan makanannya. Agenda, katanya? Sudah gila dia.
Namun Hyunjung tidak ingin bersikap mudah. Jual mahal sedikit tidak ada salahnya, walaupun dalam hati senangnya setengah mati. Seorang Jeon Jungkook menanyakan kegiatannya di akhir pekan. Seisi kampus pasti akan semakin menggila.
"Kabari aku kalau kau senggang. Paling lambat Jumat, kalau bisa."
"Kenapa memangnya?"
"Aku mau mengajakmu ikut ke Busan. Tur festival dimulai dari sana."
Hyunjung melirik Jiwoo, berharap kakak sepupunya itu memberikan sedikit bantuan. Sebagai pemain baru, Hyunjung tidak tahu kiat apa yang bisa dilakukan untuk jual mahal, selain berlagak punya kegiatan yang padat. Hyunjung ingin ikut, tapi rasanya gengsi jika langsung mengiakan.
Namun yang dilirik hanya angkat bahu, membiarkan Hyunjung terjebak dengan kegusarannya sendiri.
"Kabari aku Jumat, ya," kata Jungkook sekali lagi, sebelum pamit karena katanya ada kelas sepuluh menit lagi.
"Kak!" Hyunjung menoleh sebal pada Jiwoo. Harusnya yang lebih berpengalaman ikut membantu, bukannya lepas tangan seperti tadi.
"Apa? Kalau mau ikut, bilang saja langsung. Anak kemarin sore jangan berlagak jual mahal. Apa-apaan? Agenda? Akhir pekanmu isinya hanya menonton variety show."
"Ya... kan aku tidak mungkin langsung bilang iya begitu saja, Kak. Kalau dianggap gampangan, bagaimana?"
"Hyunjung sayang, percayalah, hanya dengan bersikap tenang saat bilang iya, kau tidak akan dianggap gampangan. Jungkook pasti tahu itu. Kecuali dia lelaki berengsek, yang menganggap setiap kata iya yang keluar dari mulut perempuan sebagai persetujuan baginya untuk menghakimi dan melakukan apa pun semaunya."
"Kau bagaimana? Ikut, tidak? Kau bisa dengan Namjoon, 'kan?"
Jiwoo menggeleng. Makannya sudah beres, jadi ia menyeka mulutnya dengan tisu.
"Aku harus meluangkan seluruh waktuku di akhir pekan untuk Kak Seokjin. Dia mengancam akan ke rumah, kalau sampai aku pergi tanpa memberi kabar sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE WITH ROCKSTAR
FanfictionYoon Hyunjung memasang iklan termahal di buletin kampus, bahwa ia sedang mencari roommate. Tinggal di tempat strategis, murah, tanpa deposito. Dengan berbagai syarat dan proses yang merepotkan, pilihan Hyunjung jatuh pada Min Yoongi. Drummer band ro...