TIGA PULUH SATU🐷

1.9K 183 7
                                    

Malas sebenarnya, tapi Langit tetap keluar untuk mencari Bulan yang hampir larut malam belum juga pulang, atas perintah dari Orion pastinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malas sebenarnya, tapi Langit tetap keluar untuk mencari Bulan yang hampir larut malam belum juga pulang, atas perintah dari Orion pastinya.

Padahal dirinya tahu, Bulan keluar dengan Ghea, sudah pasti aman dan tidak macam-macam, Langit percaya itu, tetapi kakaknya memaksanya untuk segera mencarinya.

Cowok dengan hoodie hitam dan celana jeans yang robek pada bagian lutut itu mengendarai motor ninja miliknya dengan pelan, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri Sepanjang perjalanan, tentu saja untuk mencari Bulan dan Ghea.

Matanya tidak sengaja melihat keberadaan gadis yang tidak asing di depan minimarket seorang diri dengan mata yang dibanjiri oleh air mata.

"M–mas Langit, ngapain?" tanyanya begitu melihat Langit yang menghentikan motor dan melepaskan helm full face beserta masker.

Langit menatapnya lama, lalu berjalan  dengan cuek memasuki minimarket. "Minta sumbangan," jawabnya sebelum mendorong pintu.

Tidak lama kemudian, Langit keluar membawa satu plastik berukuran besar berisi beberapa makanan ringan dan minuman. Meletakkannya di meja dan duduk di samping Siti yang tengah mengelap ingusnya dengan tissue.

"Jangan lihatin aku, Mas!" ucapnya seraya berusaha menutupi wajahnya sendiri.

"Ngapain gue lihatin wajah lo, nggak penting," jawabnya seraya membuka soda kaleng dan menenggak sampai tersisa setengahnya.

Siti menarik ingusnya, gadis itu menunduk dengan napas yang tersedat-sedat. "Kok tadi ngehadap ke sini?"

Langit kembali menatap wajah Siti. "Lihatin ingus lo, warnanya ijo."

Kali ini air mata Siti kembali mengalir karena terlampaui malu, gadis dengan rok di bawah lutut itu berdiri seraya menyambar kantong plastik miliknya, bersiap untuk pergi.

"Jangan pergi!" tahan Langit sembari mencekal lengan Siti. "Kali ini, gue mau lihat wajah lo, bukan ingus lo," lanjutnya.

"Hah?" tanya Siti bingung, gadis itu pasrah saja, saat Langit menariknya untuk kembali duduk.

"Gue perlu tahu, apa yang buat lo sampai nangis di pinggir jalan kek gini," hardik Langit merangkul bahu Siti, menguncinya agar gadis itu jujur kepadanya, walaupun suasananya tidak nyaman karena tubuh mereka terlalu dekat.

Sementara itu Siti mematung, menatap manik mata Langit dengan wajah kacaunya. "Tapi ini di depan minimarket, Mas. Bukan di pinggir jalan."

Dengusan malas itu terdengar dari cowok di samping Siti. "Sama aja, Siti! Minimarketnya kan di pinggir jalan."

Jemari Langit terangkat, mengusap sisa air mata Siti dan diakhiri dengan tarikan di hidung merah gadis itu. "Jawab gue, kenapa lo nangis?"

"Kenapa Mas Langit ingin tahu? Memangnya apa pentingnya? Kalau mau ngejek, ngejek aja, Mas. Aku gapapa," jawabnya seperti akan kembali menangis.

GHEARION(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang