SATU🐷 Cinderella?

11K 420 12
                                    

Heyoo, trimakasih udah mampir.  Jan lupa tinggalkan jejak.

💅HAPPY READING💅

"GHEAAA!"

Teriakan membahana itu selalu dirinya dengar ketika berada di dalam rumahnya yang bagai neraka.

Tidak pagi, siang, sore, sampai malam. Hih, bahkan Ghea benar-benar sudah mencapai batas kebosanannya.

Gadis dengan piyama bewarna pink itu menuruni tangga dengan rambut mengembang bak singa dan wajah kusut akibat masih mengantuk.

"Dasar nggak tau diri, perawan apa kamu jam segini baru bangun?!" semprot wanita bercat rambut merah dengan dengan seulas senyum sinis.

Mirip nenek lampir, seharusnya rambutnya sudah memutih karena beruban. Dasar, sudah tua. Namun, tidak terima.

"Aduh, kanjeng mami! Situ yang bangunnya kepagian! Lagian Ghea semalam begadang ngerjain tugas kuliah, bukan gadang nggak jelas!" jawabnya. Gadis itu merotasikan bola matanya, muak.

Sambil menarik kursi mak lampir berdecak. "Ya itu resiko kamu! Nggak ada alasan, cepat bersih-bersih rumah dan buat sarapan untuk saya dan Rere!" Perintahnya mutlak.

Tatapan Ghea mengundang wanita itu kembali bersuara. "Apa? Nggak terima! Makanya kamu jadi anak yang berguna dikit! Jangan cuma jadi beban!" bentaknya tanpa rasa malu, wanita keriput itu balas menatap tajam Ghea.

Sudah tidak heran lagi, kalimat itu selalu menjadi menyambut paginya, mentari saja belum menampakkan sinarnya, tetapi berbagai bacotan sudah Ghea dengar.

"Duh. Situ punya masalah hidup apasih? Jadi orang kok nggak pernah sadar diri! Bukannya yang beban itu situ dan anaknya? Kayaknya perlu beli kaca nih," sindir Ghea. Ia mencuci beras dengan perasaan dongkol luar biasa.

Ghea saja heran, ini adalah rumahnya dan dia hanya ibu tiri yang empat tahun lalu menikah dengan papanya.
Setelah sekian lama menduda, papanya menikahi seorang janda dengan satu anak yang seumuran dengan Ghea.

Ia ikhlas, asalkan papanya bahagia, meskipun setiap harinya selalu mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dari ibu dan saudara tirinya.

Setidaknya, mereka tidak pernah menyakiti fisiknya.

Mereka hanya menumpang di rumahnya, tapi Ghea yang selalu menjadi babu untuk mereka.
Gimana? Sudah seperti Cinderella belum?

"Diam kamu, ngelawan aja jadi anak," balasnya dengan ketus.

"Kan Ghea bukan anaknya situ, Ghea cuma anaknya papahanda Marco dan ibunda Hannah. Terlahir dengan wajah cantik dari pasangan Marconah!" Ghea berkata dengan wajah songongnya.

"Jangan sebut-sebut couple Marconah lagi!" bentaknya marah-marah.

"Lah, ngatur."

"Cepat selesaikan masaknya, setelah itu bersihin rumah!"

Ghea memutar bola matanya malas. "Kanjeng mami, udah tua kok nggak bisa masak dan bersih-bersih sih? Bisanya cuma nyuruh doang. Pasti dulunya pernah jadi mandor, ya?" Ghea tersenyum sebal.

"Nanti tangan saya jadi kasar, iyuh," jawabnya. Rasanya, Ghea seperti akan tertawa mendengarnya.

Sudah keriput juga.

"Apasih, masih pagi kok ribut-ribut kebiasaan!" decak Rere yang baru saja bangun. Dia adalah saudara tiri, anak kesayangan Mak lampir.

"Sayang, masih jam segini kok udah bangun? Kamu tadi malam begadang, 'Kan?" tanya Mak lampir sembari mencium berulang-ulang pipi Rere.
Apa-apaan wanita ini, tadi saja bilang kepadanya, jam segini baru bangun.

GHEARION(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang