"Bukan nya tak mau kuat, tapi saya memang tahu kalau saya itu tidak kuat"
Rius itu bukan cuma tampan, rapi, pintar dan indah. Dia juga random.
Seperti hari ini. Dia tiba-tiba mengetuk pintu ku dan-"Teteh sibuk?"
"Enggak, kenapa Ri?"
Setelah aku menjawab pertanyaan Rius. Dia langsung masuk kedalam kamar ku dan duduk di ujung ranjang.
"Keluar yuk teh. Naik bus"
"Kemana?"
"Siap-siap dulu ajaa, Rius tunggu dibawah ya tehh"
○◌○◌○◌
Setelah kami berdua naik ke bus, kami memutuskan untuk duduk di bangku ketiga. Rius menyenderkan kepala nya ke bahu ku. Ada apa dengan pemuda ini? Tumben sekali.
"Rius ada masalah?"
"Capek teh"
"Itu mah memang sifat natural manusia Riii. Orang yang rebahan 24 jam aja capek. Apalagi orang yang kerja nya kaya bangunan, kantoran. Semuanya pasti capek. Bukan cuman di fisik. Tapi di mental. Orang yang rebahan memang tak capek di fisik, tapi di mental. Mereka mungkin lelah dengan dunia yang sangat kejam ini. Orang yang kerja nya di kantor, atau bahkan bangunan memang tak capek mental nya tapi fisiknya. Tapi yaa kita tak tahu. Tapi kalau menurut teteh. Semua nya pasti capek. Rius yang kuat ya? Dunia memang kaya gini Ri. Gila"
"Kalau Rius tidak kuat. Sepertinya Rius sudah tidak disini lagi teh. Sudah tidak bareng bang Laksa dan teh Luna. Jadiii karena Rius mau kita selamanya bersama, Rius harus kuat. Bukan cuma Rius tapi bang Laksa dan teteh juga harus kuat, supaya kita selamanya akan seperti ini"
"Pasti. Teteh usahakan"
○◌○◌○◌
Rius membawa ku ke pasar tradisional. Membelikan ku banyak barang-barang random. Aku juga membelikan Rius beberapa barang yang mungkin cocok dengan nya.
Sesampainya di rumah. Kembali lagi, Rius menyenderkan kepala nya di bahu ku.
"Masih capek?" Tanyaku memijat tangan Rius
"Bukann, emang tidak boleh ya nyender di bahu teteh? Rius cuma kangen. Dulu pasti kaya gini. Abis pulang dari pasar langsung nyender. Waktu bisa di ulang tidak, teh?"
"Kalau bisa, Rius mau ngapain?"
"Mau... "
"Mau apa?"
"Mau mama. Rius mau sama mama. Mau ke pasar bareng mama. Mau nyender di bahu kokoh mama. Mau dimasikin makanan yang enak sama mama. Mau makan bareng mama. Mau pergi ke sekolah bareng mama. Mau dengar wejangan mama malam-malam. Mau dibangunin sama mama. Mau dicium kening nya sama mama. Mau dengar suara mama. Mau mama. Rius mau mama"
Susah. Aku mau keliling dunia untuk mendapatkan yang Rius mau pun tak bisa. Dan tak mungkin ada.
"Hmm mama? Kan ada teteh? Kita kan baruuu aja dari pasar. Teteh juga tidak akan dan tidak mau marah kalau Rius mau nyender di bahu teteh. Walau kurang kokoh hehe. Teteh juga tiap hari masakin makanan untuk Rius kan? Lumayan lah rasanya. Rius juga tiap hari makan bareng teteh. Kurang dari 2 bulan lagi. Rius udah boleh bawa motor, kita bisa berangkat bareng ke sekolah kalau Rius mau. Teteh juga bakal berusaha kasih wejangan yang bagus untuk Rius. Tiap jam 06:00 teteh mu ini datang ke kamar mu untuk membangun kan mu. Teteh malu untuk mencium kening Rius. Tapi kalau Rius mau, pasti teteh cium. Rius bisa dengar suara teteh dimana pun dan kapanpun sekarang. Rius punya teteh. Teteh disini untuk Rius. Untuk Ladarius. Sekarang dan selamanya. Teteh janji!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙆𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝘾𝙚𝙢𝙖𝙧𝙖?
Teen Fiction"Janji ya? bakal bahagia..." -𝘓𝘢𝘬𝘴𝘢, 𝘢𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶- "Bohong bukan hal yang baik teh..." -𝘙𝘪𝘶𝘴 𝘢𝘭𝘪𝘢𝘴 𝘓𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪𝘶𝘴 𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘵𝘦𝘩- "Dari banyak nya cara berpisah, kenapa kamu pilih cara yang ini?..." -(?)- "Lu kuat dan lu harus...