#23 ada ada aja

14 2 0
                                    

Selamat membaca wahai manusia-manusia yang membaca tapi enggan untuk memberikan vote. Hehehehehehheheh

Suara dari musik senam pagi bang Laksa menusuk-nusuk telinga yang padahal sudah di sumpel headset hitam dengan musik yang lumayan energik. Dengan terpaksa rasa kantuk yang masih membuat diri nyaman di hempaskan dengan tenaga dalam ala pesilat-pesilat. Memilih masuk ke bilik dingin dan lembab tempat hantu-hantu baik ataupun jahat yang dengan sengaja bersemayam. Padahal kalau di pikir-pikir ruang tengah dan kamar tamu di bawah jauh lebih nyaman. Apa karena terburu-buru?

Byur~ byur~ byur~ tiga guyuran dari gayung pink berbentuk love berukuran jumbo membuat rasa kantuk yang tadinya tak mau pergi dengan tergesa-gesa pergi sekarang. Sabun rasa lemon memang favorit pewangi pagi yang paling mantulita. Emmm endull...

Membuka lemari putih bercorak salju dengan wajah Elsa dan Anna yang tersenyum sumringah di samping. Mengambil seragam batik biru dengan rok berwarna putih sepanjang lutut. Seragam favorit selama bersekolah di SMA ini. Setelah memakai seragam, tubuh tinggi agak berisi berjalan ke arah kaca sepanjang tubuh. Berbisik lembut untuk diri sendiri-"Kamu pasti bisa!! Ayo bahagia hari ini!".

Suara dari pisau dan wadah selai kacang membuat manusia yang tadinya masih mau tidur terbangun dan bergegas turun ke bawah. Si sulung dengan baju pajama biru bermotif kelinci dan si bungsu dengan baju batik yang sama dengan si pembuat sarapan.

Memulai memakan sarapan yang bahkan di lihat saja rasa nya sudah terasa. Terlalu sering tetapi tak pernah membuat rasa bosan muncul. Di temani susu coklat dan buah pisang di pinggir piring roti. Endul takendul mengendul-endul ngunah...

Menyalim tangan lelaki yang sedang menunjukkan suara indah nya kepada tetangga-tetangga.

Suara musik dan suara abang yang tadinya jelas terdengar berangsur-angsur mengecil dan menghilang. Motor yang bergerak tak terlalu cepat membuat suasana pagi menjadi lebih terasa.

Beberapa orang yang mungkin akan pergi memulai hari, sesekali menyapa dua saudara yang padahal tak kenal siapa mereka. Tokoh penting papa mungkin dapat menjadi alasannya. Dagu yang tadinya ke atas berangsur-angsur mulai menumpu ke bahu si pengendara. Menghembus kan pelan napas yang kelihatannya berat.

"Beneran tidak mau kuliah teh?" Kata si pengendara membuat mood pagi hancur.

"Beneran" Jawab si penumpang terdengar cuek.

"Sayang, padahal banyak yang mau orang-orang kaya teteh. Malah mundur. Kalau gitu, Rius saja yang maju. Tapi kalau di pikir-pikir, orang kaya Rius sudah menumpuk. Keinginan orang-orang terhadap Rius sepertinya tak ada. Sayang sekali".

"Yeuyyy!! Yang ada kamu paling di butuhin bukan teteh".

Roda yang tadinya berlomba-lomba merasakan aspal berhenti secara perlahan. Wajar, pemula. Kalau nanti sudah keseringan, ngerem nya pasti mendadak.

Lampu merah yang membuat hampir semua pengendara terfokus akan cahaya nya hingga akhirnya, si hijau membuat roda berlomba-lomba lagi. Tak terasa gerbang sekolah sudah kelihatan.

Di dalam kelas, terdengar kericuhan yang aku pun tidak tahu apa masalahnya. Di depan ada Nia si sekretaris. Teriakan demi teriakan andalannya membuat kelas diam seketika.

"DIAM!!!! YANG MASIH RUSUH URANG BAWA KE BP!!! MASIH PAGI JUGA SUDAH KAYA PASAR"

Bisikan-bisikan dari beberapa murid membuat Nia bangun dari duduk nya dan pergi entah kemana.

"Ada apa?" Tanya ku ke Dery yang kelihatan murung.

"Biasa lah, gada yang mau bayar uang kas. Sarapan? Udah?" Tanya nya.

𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙆𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝘾𝙚𝙢𝙖𝙧𝙖?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang