#17 ini salah semesta atau takdir?

34 3 0
                                    

"Keras kepala ku sama dengan mu, cara ku marah, cara ku tersenyum"

Teman mungkin tak selamanya duduk dan mendengarkan keluh kesah kita. Orang-orang akan datang dan pergi pada waktunya. Sudah hukum alam. Tapi, yang satu ini tak akan ku lepaskan. Dia akan selamanya bersama ku. Walau kami berjumpa belum lama, tapi rasanya aku sudah berteman dengan nya dari lama. Teman riweuh, pintar nan manis ku ini, takkan ku lepaskan. Biarlah banyak orang yang ingin kami berpisah, akan ku lawan orang-orang tersebut.

Elsa Arunika namanya. Nama yang cantik nan indah. Sama seperti si pemilik nama yang cantik nan indah. Teman yang kan selalu berdiri paling depan untuk melindungi ku. Semua orang pasti di lawan sama dia kalau macam-macam pada ku. "Sengklek-sengklek begini gua bisa ngejaga lu kok. Gua kan lebih tua dari lu, jadi di sini gua harus jaga elu, paham gak lu? Gua sleding juga lu lama-lama. Lemot banget. Tinggal ngangguk jugaa" Pastinya aku harus mengangguk tanda mengerti kalau tak mau di sleding.

Tenang. Dia tak benar-benar mau sleding aku kok. Dia bilang dia sayang aku. Dia selalu bilang kalau dia pengen sekali punya adik. Sayang nya sang bubun tak mau memberi kan nya adik. "Udah dua aja" Bubun pasti selalu bilang seperti itu ke dia. Makanya, dia selalu bilang kalau aku lah adiknya.

Satu hari di bulan Februari, dia dapat berita kalau aku punya masalah pada lambung ku. Yang pasti nya dari Rius.
Dia marah karena sore itu, aku tak menolak saat di traktir secangkir kopi oleh nya. Kopi hitam pekat yang seperti nya suka pada ku. Pagi nya aku maksa buat sekolah karena takut ketinggalan pelajaran. Walau bolak-balik kamar mandi. Tak apa, tak enak untuk menolak. Dari hari itu, dia pasti bilang maaf pada ku. Maksud ku-aku sudah sembuh kok. Tapi katanya, dia selalu marasa bersalah sudah membuat adik perempuan nya kesakitan. :)

Menjadi kakak memang tak mudah. Elsa yang mau kehadiran seorang adik dalam hidupnya dan aku yang mau kehadiran seorang kakak dalam hidup ku. Aku selalu bilang kalau menjadi kakak bukan lah satu hal yang mudah. Tapi dia juga selalu bilang kalau menjadi bungsu tak lah mudah. Harapan terakhir dalam keluarga. Kalimat anak bungsu pasti selalu di manja adalah bullshit bagi nya. Dan pendapat kami berdua benar. Seperti nya ini salah satu hukum alam. Benar kan?

Sama-sama saling menguatkan adalah kegiatan sehari-hari kami. Aku akan menjadi orang pertama yang akan selalu mendukung atas apapun yang dilakukannya. Dan dia yang akan menjadi orang pertama sebagai pelindung ku. Elsa bagaikan mama kedua. Mama itu mirip sekali dengan Elsa. Dari sifat friendly nya, kepercayaan diri nya, kepintaran nya, dan multitalenta nya. Bukan, mama tak kan tergantikan, hanya mirip.

Mama selalu bilang kalau-"Mama masih menunggu seseorang datang ke rumah dan bilang kalau dia teman Luna. Kalau Dery mah beda. Yang lain gitu. Luna pasti bisa dapat teman. Walau anak mama yang satu ini pemalu, tapi mama selalu percaya kalau suatu saat nanti, Luna pasti ketemu seseorang yang akan menjadi teman Luna. Orang yang akan menyayangi Luna. Luna pantas mendapat kan itu. Mama tunggu ya?"

Sekarang Luna sudah dapat teman ma. Walau bukan Luna yang mendekati, tapi sekarang Luna punya teman maa. Tapi mama tidak menunggu tuh.

○◌○◌○◌

Duduk di balkon pada sore hari menjelang malam adalah hal terbaik saat ini. Melihat matahari yang sekarang mulai turun, dan mulai digantikan dengan bulan yang dari tadi ku tunggu. Matahari memang indah, tapi bulan jauh lebih indah. Apalagi bintang mulai muncul dan menemani sang bulan. Menghirup udara yang sekarang mulai dingin, ditemani Rius yang sekarang juga melihat bulan, aku diam-diam berbisik di dalam hati kalau aku sayang sekali dengan manusia di sebelah ku. Manusia kuat yang sekarang sedih karena sebentar lagi kedudukan nya sebagai ketua OSIS akan selesai.

Di banding manusia-manusia di luar sana yang tak suka akan kegiatan manusia-manusia OSIS, Rius sangat suka dan jatuh cinta akan kegiatan-kegiatan OSIS. Kata nya sih buat nambah pengalaman. Dan pastinya, ini akan menjadi kenangan suatu saat nanti. Aksara bertemakan pengalaman indah papa pada zaman SMA nanti akan menjadi cerita yang menarik untuk di ceritakan kepada anak-anak nya.

"Teh? Ingat gak? Di jam-jam segini biasanya kita bakal duduk di halaman depan yang cuma beralaskan rumput, sembari mendengarkan suara gitar papa dan lantunan indah mama. Kadang juga kita suka bakar-bakar jagung. Yang kalau kata papa ini adalah salah satu cara pendekatan antar sesama anggota keluarga. Huhhh kangen banget" Ucap Rius memulai pembicaraan setelah duduk hampir setengah jam di sini

"Ingat banget dulu kamu suka request lagu ke papa. Dan lagu yang tak kan ketinggalan adalah lagu selamat ulang tahun. Haha, ingat banget dulu papa suka bingung. Hari ini kan tidak ada yang ulang tahun Rii, tapi kamu kekeh buat nyanyi lagu itu. Kenapa sih? Suka banget sama lagu itu?"

"Rius berharap setiap kita nyanyi lagu itu bareng-bareng, kita semua bakal panjang umur. Rius salah ternyata"

"Kamu genius banget berpikir seperi itu. Teteh sampai terkejut. Tapi bukan Rius namanya kalau tidak genius. Teteh bangga terus punya adik seperti Rius. Kamu tidak lelah apa buat bikin teteh bangga sama kamu?"

"Teteh selalu membuat suasana kembali membaik. Rius suka iri sama sifat teteh yang satu itu. Sayang nya malam itu teteh tak di sini"

"Teteh akan selalu di sini bersama Rius dan bang Laksa. Teteh sudah janji kepada kamu, bang Laksa, mama dan semesta. Kamu tidak lupa kan?"

Gelengan dari jawaban Rius membuat ku kembali tenang. Rius benar, andai saja malam itu aku di sini. Semua nya pasti baik-baik aja sampai sekarang(?). Sayang nya, semesta tak mau semua nya baik-baik saja. Dia mengurung ku di tempat yang bahkan tak ku suka. Andai, andai dan andai adalah penyesalan terbaik untuk selamanya.

Rius membagi kan selimut moomin kesayangan nya pada ku. Selimut yang bahkan tak boleh di sentuh oleh siapapun selain dia dan mama sekarang menutupi badan ku. Ini harus nya masuk salah satu keajaiban dunia.

Selimut putih bertemakan kartun lucu moomin ini di belikan mama saat ulang tahun ke-3 nya. Selimut yang pernah membuat kami perang dingin. Tapi pada akhir nya, mama membelikan aku selimut winnie the pooh. Selimut yang sekarang ku simpan dengan rapi di lemari berwarna putih. Di bandingkan dengan Rius yang selalu memakainya, aku lebih memilih untuk menyimpan nya agar tak robek. Ini akan menjadi kenangan!

Ini sebenarnya bukan seratus persen salah semesta. Mama pasti marah kalau aku menyalahkan semesta. Kalau kata mama sih, kita sudah punya takdir. Iya, iya kita sudah punya takdir. Takdir ku malam itu mungkin typo.

Huhhh....
Ayo di vote:((

I love you<3

𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙆𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝘾𝙚𝙢𝙖𝙧𝙖?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang