#14 takkan bisa di ulang

20 1 0
                                    

"Dunia itu gila. Manusia-manusia didalam nya juga gila. Tapi sayang nya, saya juga manusia":')


Tak bisa di pungkiri lagi kalau aku memang di lahir kan sebagai manusia. Hampir setiap hari, pasti aku selalu berpikir bahwasanya, kenapa aku tak lahir sebagai lebah? Kucing? Atau bahkan koala.

Jawabannya apakah cuman satu? Apalagi kalau bukan takdir. Aku termasuk salah satu orang yang percaya akan hal itu. Kita sudah diberikan takdir dari kita lahir.

Tapi apakah boleh kita tak mau akan takdir kita? Maksud ku, aku suka dengan takdir ini tapi aku tak suka akan takdir itu. Aku suka lahir di dunia ini sebagai Luna. Tapi aku tak suka akan sifat yang ku punya.

Kalau boleh jujur, boleh aku menendang jauh sifat ku yang satu ini? Belum mecoba tapi keduluanan menyerah. Bagaimana aku mau maju kalau seperti ini?

Kalian jangan seperti aku! Ayo coba semuanya!! Jangan berhenti di zona nyaman.

Dua hari sebelum papa berangkat ke Jakarta, papa sempat bilang ke aku kalau—

"Kamu tuh sukaa banget berhenti di mana kamu merasa nyaman. Mudah nyaman juga mah gak bagus Lun. Ayo dong kaya papa!! Pikiran nya aktif, selalu mau mencoba. Dan yang menerima sifat papa cuma Laksa dan Rius. Apa memang kaya gitu? Sifat papa ya ke anak laki-laki dan sifat mama ke anak perempuan. Eh tapi engga juga! Mama mu mah pintar. Masakan nya juga enak. Gak kaya kamuu pintar mah juga enggak. Disuruh masak telur ceplok aja kamu bingung. Kamu nerima sifat siapa sih? Mama enggak, papa juga enggak"

Kalau aku bilang aku tak suka akan takdir ku, boleh?

Aku tak tahu akan seperti ini. Kalau aku tahu pun, seperti nya dari awal aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan. Dunia benar-benar gila. Aku bahkan tak kuat dengan kegilaan nya.

Harusnya mama disini. Menyanyikan satu lagu indah. Walau di beberapa lirik mama suka lupa. Tapi, bukan mama namanya kalau tak pandai mengganti lirik. Sepertinya mama sudah punya banyak lagu yang diaransemen dalam waktu kurang dari 2 menit. Mama ku memang hebat.

Di atas ranjang yang sekarang semakin lapuk, ku rebahkan tubuh
ku. Memandang ke seluruh ruangan tanpa ketinggalan sedikit pun. Tidak ada yang berubah. Hanya aroma yang semakin lama semakin pergi entah kemana.

Kalaupun aku menunggu si pemilik kamar kembali, tapi apa mungkin? Maksud ku—ah sudah lah.

Aku memilih untuk mengambil album yang diletakkan di dalam laci pertama. Memandang memori-memori indah yang tak kan bisa di ulang. Di foto itu, kami semuanya tertawa seperti tahu semuanya akan baik-baik saja. Sayangnya—

Di foto kedua, ada aku yang kelihatan sangat bahagia di hari pertama sekolah.

Di foto ketiga ada Rius yang terlihat duduk di atas tumpukan pasir yang sengaja ku buat kan untuk nya.

Di foto ke empat ada bang Laksa yang berfoto dengan piala pertama nya. Di sebelah nya ada mama dan papa yang kelihatan sangat bangga.

Di foto kelima ada papa, mama, bang Laksa, aku dan Rius. Jujur. Aku rindu. Sangat. Kami kelihatan bahagia sekali di foto itu.

Pada akhir nya, kami tak diizinkan berlama-lama di kebahagiaan. Kesedihan menunggu kami di depan. Bertubi-tubi.

○◌○◌○◌

Hari ini, aku akan menemani Wildan latihan basket. Setelah mendapatkan tempat yang tak terlalu terkena sinar matahari, aku duduk menonton Wildan dan teman-temannya untuk berlatih. Semangat!!!!

Wildan kelihatan serius sekarang. Haha lucu. Sedikit lagi dan-yaaa!!! Bola nya masukkk!!!

Wildan memampangkan wajah bangga nya ke aku. 👏🏻👏🏻👏🏻

"Kelamaan gak? Bosan??"

Aku menggelengkan kepala ku ke Wildan sembari memberikan lap. Aku mengelap wajah keringatan Wildan. Kalau kaya gini mah aku bisa gilaa.

"Aku suka iri ke kamu" Ucapku memandang mata coklat Wildan

"Iri? Apa yang diirin dari aku, Lunaa?"

"Wajah kamu halus, jerawat nya tidak ada. Pori-pori nya juga tidak kelihatan. Jangan lupakan warna nya yang putih. Bagi tips dong kak"

"Jadi diri sendiri. Itu tipsnya"

"Kalau jadi diri sendiri mah sudah pasti Dann. Ini nih jerawatku suka datang ramai-ramai"

"Shuttt~~~" Ucap Wildan menopang pipiku.

"Apa sihh. Kamu tuh cantik. Kamu yang jerawatan aja aku suka. So, gini aja. Aku suka kamu apa adanya. Mau kamu gimana juga mah di mata aku cantik. Warna kulit kamu tuh bagus tahuuu. Kaya sawo, bawaannya mau aku lep. Sawo memang manis tapi kalau Luna mah jauh lebih maniss!!!"

HAHAHA sa ae bang.

○◌○◌○◌

"Boleh gak foto kita aku post?" Tanya Wildan setelah kami duduk di bawah pohon rambutan

"Buat apa?" Tanyaku balik

"Ya buat bilang ke semua orang kalau aku tuh sudah punya pacar. Memang kamu tak risih? Maksudku—

"Tidak di umbar bukan berarti tidak punya pasangan. Masalah risih? Aku tidak risih tuh" Ucapku memastikan Wildan

"Aku selalu kalah bijak dari kamu. Harus banyak belajar dari Dery ini mah"

"Kamu di ajarin bahasa Jepang sama dia, kalau enggak ya disuruh nonton MV nya Twice"

"Ihh aku jadi ingat sesuatu. Dulu tuh ya si Dery suka ga lihat-lihat keadaan. Pernah nih kita berdua lagi cari barang di indoapril, nah Dery bisikin aku gini "Bluetooth indoapril nya hidup Dan, coba kali ya" Aku udah bilang jangan. Tapi yang namanya Dery mah suka ngebatu. Dia pasang lagu Twice yang judulnya signal. Aku sampai ingat haha. Udah gitu suaranya di kuatin sama dia. Kasir indoapril nya kebingungan tapi kayanya dia suka sama lagunya, jadi ya dia ga marah. Kita berdua sampai dua jam disana. Streaming lagu Twice":)

"Der Derr" Tak bisa berkata-kata

"Aku selalu salah fokus dengan tulisan dan ukiran di pohon ini" Ucap Wildan berdiri

Aku juga ikut berdiri. Tulisan dan ukiran yang mana? Disini ada banyak tulisan dan ukiran.

"Yang ini" Sambung Wildan menunjuk ukiran berbentuk rumah
"Arti ukiran ini apa?"

"Ukiran ini dibuat sama bang Laksa. Saat itu dia bilang kalau dia mau rumah yang seperti itu. Bukan cuma bentuknya, tapi orang-orang di dalam nya"

Wildan mengalihkan pandangan nya ke aku, begitupun dengan ku yang juga mengalihkan pandangan ke Wildan.

Tuhan,,kenapa ada manusia setampan Wildan?!!!!

Kalau seperti ini, saya suka akan takdir saya. Tidak tahu kalau besok.

I love youuuu

Jangan lupa vote teman-teman:)

𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙆𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝘾𝙚𝙢𝙖𝙧𝙖?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang