#11 semakin dekat?

6 2 0
                                    

"Kamu hati-hati ya"
"Kalau sudah sampai kabari aku"
"Semangat main basketnya"
"Jangan lupa makan dulu dan jangan lupa untuk minum yang banyak"
"Selesai main basket jangan lupa mandi"

"Haha iya cerewet" Ucap Wildan mengelus rambutku
"Daaa"

"Daaaa"

Iya-iya hubungan ku dan Wildan banyak kemajuan nya sekarang. Wildan itu anak yang baik. Aku suka. Maksud ku suka kebaikan nya!

Saat aku membuka gerbang, aku dapat melihat dari sini, ada seseorang yang tengah bersender di pohon rambutan, menatapku balik.

"Kok gak masuk Ri?" Ucapku duduk disebelahnya

Dia tak menjawab dengan suara nya yang sangat indah itu, melainkan ia hanya menggelengkan kepala nya ke kiri dan ke kanan.

"Kenapa hm? Berantem sama bang Laksa?"

Lagi-lagi ia hanya menggelengkan kepala nya.

"Jadi?"

"Di dalam ada orang jahat. Teteh juga gak usah masuk. Nanti diambil lagi. Jangan tinggalin Rius dan abang. Rius gak mau kita pisah lagi" Ucapnya mengusap matanya

"Kamu nangis? Heyy kamu gak suka teteh nangis kan? Teteh juga kaya gitu. Kalau kamu bilang jangan masuk, teteh gak bakal masuk. Kita kan udah janji" Ucapku memeluk nya

"Rius takut"

"Kenapa takut? Kan ada teteh"

"Haha disini harusnya Rius yang jaga teteh bukan teteh yang jaga Rius"

"Kita saling menjaga Ri. Kamu lupa?"

Dia menggeleng di pelukanku. Lucu.

"KEMANA SIH ADIK MU ITU!"

Kami berdua tersentak dan mengalihkan pandangan ke pintu rumah.

Aku dapat melihat dia dari sini dengan bang Laksa yang sepertinya tengah menahan emosi.

"Rii ayo ikutin teteh"

Kami berdua berjalan jongkok ke arah rumah sebelah. Jadi, kami harus kemana lagi?

Tok~tok~tok

Semoga yang buka bu Imah ucapku dalam hati. Dan DORRR yang buka malah si Dery. Ia melihat kami berdua dengan tatapan bingung.

"Kami boleh masuk?" Ucapku berbisik

Dery mengangguk dan membuka lebar pintunya.

Aku duduk di sofa dengan Dery dan Rius duduk di karpet menonton anime.

Please don't be in love with someone else~

Saat aku melihat ke arah benda pipih itu, ada tulisan bang Laksa di sana. Berdoa agar ia mengucapkan hal yang baik.

"Kalian dimana? Dia sudah pulang"

"Beneran?"

"Abang tidak mau dan tidak mungkin bohong tentang ini"

"Oke, kami pulang" Ucapku menutup percakapan kami.

"Rii, dia sudah pulang"

Rius berdiri dan—

"Bagus lah, harigatou ya bang, kalau abang ikut belanja bareng bi Imah, teh Kristal, dan Dina kaya nya kita udah di bawa pergi maksud ku teh Luna" Ucap Rius menurunkan volume suaranya di akhir

"Feeling" Ucap Dery singkat. Tumben.

Kami bertiga pun berjalan ke arah pintu rumah Dery.

"Thanks" Ucapku tersenyum ke arah Dery, dan sebaliknya Dery juga tersenyum ke arah ku.

𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙆𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝘾𝙚𝙢𝙖𝙧𝙖?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang