3. Mansion Gavin

62.8K 6.3K 561
                                    

.

.

.

Arka menyesal mengiyakan ajakan Gavin untuk pulang bersama. Karena bukannya pulang ke rumah orang tuanya, pria itu malah membawa nya ke mansion mewah milik pria tersebut.

Arka tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang percaya begitu saja dengan orang asing seperti Gavin untuk tinggal serumah dengan Arka yang masih di bawah umur.

Apakah mereka tidak takut kalau nanti anak mereka di mutilasi terus organ dalam Arka di jual di deepweb. Tidak takut kalau nanti Arka di jadikan makanan hewan buas.

Atau Arka saja yang terlalu parno. Hehe.

Ketika sampai si mansion,Arka sempat berdecak kagum melihat bangunan mewah di depannya. Bagaimana pria berusia 29 tahun bisa memiliki ini?

Apa yang ia lakukan semasa remaja nya? Apa ia tidak bermain sedikit pun seperti yang sering Arka lakukan bersama kedua curutnya?

Gavin turun lebih dulu dari mobil dan membuka kan pintu untuk Arka. Remaja itu langsung menyerang Gavin dengan pertanyaannya.

"Lo waktu kayak gue bikin apa, sampai punya rumah gede begini?"

"Eh, tapi ini pure dari hasil kerja lo,kan? Bukan hasil beli'in orang tua,kan?"

"Berarti nanti nih rumah jadi punya gue juga dong? Kan gue istri lo nanti!"

Arka terus bertanya dan tanpa sadar Arka mengakui dirinya adalah istri yang dimana hal itu mengatakan bahwa dirinya adalah pihak bawah atau sering disebut uke dihubungan mereka.

Ia juga tidak terlihat kaget dengan ucapannya, mungkin Arka tidak sadar dengan ucapannya sendiri. Kalau ia sadar sudah dipastikan ia akan mencari segala alasannya untuk mengelak. Begitulah Arka Revano.

Gavin hanya terkekeh mendengar pertanyaan lucu dari Arka. Ia bisa mendapatkan semua ini karena kerja keras, apalagi.

"Kamu itu cerewet kayak cewek" Komentar Gavin.

"Enak aja mulut lo ngatain gue kayak cewek" Ucap Arka kesal karena disamakan dengan kaum hawa.

"Ayo masuk di luar dingin"

Arka menghentak kakinya terlebih dahulu lalu mengikuti Langkah panjang Gavin. Tidak melewatkan juga, ia mengejek Gavin dari belakang, mulai dari menjulurkan lidah, sampai ingin memukul Gavin dari belakang.

Kesal dengan tingkah Gavin yang kayaknya suka seenaknya.

Kalau saja Arka tahu jalan pulang, ia sudah lari pakai taksi dari tadi. Walau dirumah juga ia tidak tahu akan diterima.

Sudah dua kali mereka melewati tangga dan telah tiba di lantai tiga mungkin. Arka rasa iya. Dan Arka telah berdiri di sebuah pintu bercat putih, mungkin kamarnya selama tinggal disini.

"Ini kamar gue?" Dirinya lebih dulu bertanya dan Gavin hanya mengangguk terus membuka kan pintu kamar tersebut.

Kamar itu luas. Luas banget sampai ruang tengah rumah Arka gak bakal nyaingi. Kalah lah pokoknya.

Tapi Arka tidak suka dengan ruangan besar, Arka lebih nyaman tidur diruangan yang minimalis. Tidak sempit dan tidak luas. Pas aja.

"Gue gak suka kamar luas" gumam Arka dan Gavin mendengar nya.

"Kamar pelayan masih ada yang kosong" ujar Gavin enteng.

"Yaudah gue gak usah nikah sama lo, jadi pelayan aja. Heran gue gak peka banget, di carikan ruang kosong lain kek apa kek. Malah di suruh tidur di kamar pelayan" omelan Arka mengema di penjuru kamar.

NIKAH MUDA [ TERBIT ]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang