6. Syaratnya

47.6K 6K 605
                                    


Kini Arka sedang berdiri di depan sebuah cermin seukuran badannya. Tubuhnya bergetar gugup, bulir-bulir keringat memenuhi dahinya. Ia beberapa kali telah di tegur oleh seorang wanita yang telah menata make up tipis diwajah manisnya.

Ia sedang gugup setengah mati saat ini. Pernikahan antara ia dan Gavin akan berlangsung dalam hitungan menit. Ia sedang menunggu Rangga untuk mengantar nya ke altar.

Arka sudah menyiapkan dirinya untuk hari ini dari tiga hari yang lalu tapi tetap saja, ia tidak bisa menghilangkan kegugupannya hari ini. Ia pikir akan biasa saja pada hari pernikahan ini, tapi malah kebalikannya.

Mereka telah berada di Kanada selama 2 hari dan segala persiapan pernikahan ini disiapkan dengan baik oleh Gavin. Jadi mereka tinggal mengucap janji saja di hari Minggu.

"Arka kamu jangan terlalu gugup, penata rias udah tiga kali perbaiki make up kamu, sayang" ujar Melan menghampiri putra semata wayangnya yang sedang dilinggupi rasa gugup itu.

Tangan yang bergetar itu ia genggam lembut, mencoba membuat Arka tenang.

"Sayang kamu harus siap, Gavin udah nungguin kamu di altar. Jadi Bunda harap kamu bisa menjadi yang terbaik untuk Gavin, Bunda gak mau kalian berpisah suatu saat. Bunda yakin Gavin adalah yang terbaik buat kamu, percaya sama Bunda dan Ayah. Kami tahu apa yang kamu butuhkan, nak"

Arka benci mendengar nasehat Melan, bukan maksud ingin menjadi anak yang durhaka. Hanya saja Arka tidak bisa menahan air mata nya yang tiba-tiba ingin keluar ketika mendengar nasehat Melan. Tidak ia pungkiri juga, Arka rindu pada Bunda nya ini.

Sulit rasanya untuk berpisah dengan Bunda yang ia sayangi untuk waktu yang lama. Arka berharap setelah ia bercerai dengan Gavin, ia bisa kembali berbahagia dengan keluarga nya. Bersama Bunda dan Ayahnya.

"Bunda Arka takut, Arka takut tidak bisa menjalani semua ini. Arka masih ingin bebas,Bun" ungkap Arka pada Melan yang malah terkekeh sambil mengelus surai hitam Arka.

"Arka harus ingat kata Bunda. Gavin adalah pria baik, dia bakal jagain kamu selamanya mengganti tugas Bunda dan Ayah yang selama ini jagain kamu dari kecil dan kini sudah ada Gavin. Kami harus bisa, Bunda tidak ingin kalian berpisah nantinya, kamu bisa kan janji sama Bunda?"

"Janji apa?"

"Janji bakalan terus bersama Gavin sampai kalian di jemput maut"

Hari ini saja sudah terasa di jemput malaikat maut bagi Arka. Apalagi harus terus bersama Gavin selama sisa napasnya di dunia ini.

Kini ia harus berjanji pada bunda nya agar terus bersama Gavin. Apakah berdosa jika Arka berjanji saat ini lalu melanggarnya nanti?

"Bunda, Arka tidak bisa berjanji"

"Bunda mengerti perasaan kamu, tapi pesan bunda kalau kamu masih nyaman berada di samping Gavin terus bersama dia ya? Jangan memaksa untuk berpisah "

"Bunda sudah, Arka sudah harus ke altar. Pernikahannya udah dimulai" timpal Rangga yang telah siap untuk membawa putra ke orang yang akan menggantikan nya.

"Ayah Arka-

"Percaya sama kami Arka, Gavin yang terbaik untuk kamu"

Tidak ingin membalas ucapan Rangga lagi, Arka memilih mengambil uluran lengan Ayahnya dan mengaitkan lengan nya pada lengan kokoh pria paruh baya itu.

Selama berjalan menuju altar tatapan Arka lurus menatap ke arah Gavin yang menatapnya dingin dengan penampilan yang bisa membuat siapa saja terpesona padanya.

Begitupun Arka yang tidak bisa mengelak, memuji dalam hati betapa tampan nya pria yang akan menjadi suaminya sebentar lagi.

Yang menghadiri pernikahan ini hanya keluarga dari kedua pengantin. Keluarga besar Mandratama dan juga keluarga besar Arka. Tidak ada kolega bisnis atau pun rekan kerja di perusahaan. Hanya ada keluarga mereka yang menjadi saksi dalam acara sakral ini.

NIKAH MUDA [ TERBIT ]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang