21. Aslinya Keluar

41.1K 5K 366
                                    

Sakit.

Hanya satu kata itu yang bisa mendeskripsikan perasaan Galvino saat ini. Hati nya sudah pada titik dimana ia tidak lagi bisa menerima perlakuan Marchel terhadapnya. Galvino sudah lelah mengejar seorang toxic seperti Marchel, pria itu terlalu brengsek untuknya. Dan maaf Galvino baru menyadari itu.

Siapa yang tidak sakit hati, ketika ia telah berjuang dengan tulus dan sudah payah selama hampir 4 tahun tapi cuma dipandang sebelah mata. Ia sudah melakukan segala hal untuk nya tapi apa yang ia dapatkan hanya membuat luka dihati nya. Dan ia juga telah mendapatkan balasan yang sangat kasar. Tentu tidak selamanya Galvino mampu menerima semua ini. Galvino punya batas dimana ia lelah.

Apa ia harus operasi kelamin agar ia bisa menjadi seperti yang Marchel mau, haruskah? Apa salah jika ia mengharapkan balasan cinta dari seorang yang sama sepertinya? Cinta itu buta, Galvino juga tidak pernah meminta untuk jatuh cinta ke seorang homophobic seperti Marchel.

Karena keadaan hatinya yang sedang kacau, Galvino tidak kembali ke kelas melainkan duduk bersandar disebuah dinding belakang sekolah. Tempat yang sangat sepi dan ia bisa leluasa mengeluarkan tangisan memalukannya.

"Hiks.. Marchel sialan, aku hiks...tidak akan pernah lagi mengharapkan cinta hiks... dari manusia brengsek seperti dia, hiks" racau Galvino dengan derai air mata yang terus berjatuhan. 

Ia sudah mencoba menahan air matanya tapi tidak bisa mereka terus saja berjatuhan.

"Aaaaaaa MARCHELO ADANANDRA ITU SEORANG BAJINGAN BANGSAT!" Maklumi saja ya teriakan kasar Galvino ia sedang patah hati. Kalian pasti pernah berada di posisi remaja ini.

"Mana pipi aku sakit lagi,hiks. Aku laporin Kak Gio mati juga tuh orang"

Galvino meringis sakit ketika menyentuh pipi dan juga sudut bibirnya yang sobek. Apa Marchel belajar bela diri, kenapa pukulan nya sangat sakit. 3 pukulan lagi maka Galvino yakin ia sudah tidak sadarkan diri.

Beginilah ketika rasa cinta bertolak maka rasa benci mulai bermunculan. Itulah yang Galvino rasakan, ia mulai sedikit membenci Marchel tapi ia juga masih sangat mencintai Marchel.

Remaja manis itu kembali menangis, mengingat kedepannya ia tidak akan lagi menemui Marchel. Galvino tidak lagi mendengar caci maki dari Marchel, tidak lagi membeli kotak bekal karena selalu dibuang oleh pria itu, dan tidak lagi bertamu dirumah pria itu di minggu pagi. Sedih banget sih hidup Galvino kecil ini.

"Eh Dek Galvino ngapain disini?"

Galvino terkejut dan menoleh ke arah suara, ternyata itu Gerald yang entah muncul dari mana. Karena pria itu tiba-tiba berdiri di dekat tembok yang langsung menuju luar sekolah. Itu sungguh Gerald kan? Bukan hantu sekolah.

*Tuk

"Ahh akhirnya Gak ketahuan juga"

Galvino dibuat kaget ketika Rangga meloncat dari atas tembok luar sekolah. Apa dua kakak kelas nya ini baru saja bolos?

"Eh ada Galvino, ngapain disini dek?" Kini beralih Rangga yang bertanya.

"Lo habis nangis ya?" Ucap Gerald dingin dan menghampiri Galvino.

Galvino segera menghapus jejak air mata di pipinya dan segera memasang senyum menawannya. Sangat memalukan ia terciduk habis menangis untuk yang kedua kalinya oleh Gerald.

Tapi pria itu sudah lebih dulu tahu jika ia habis menangis dan Gerald mengelus pipinya yang baru saja terkena tinjuan Marchel.

"Lo habis digebukin siapa?" Tanya Gerald menatap datar luka di sudut bibir Galvino.

"Gak kok kak ini aku tadi jatuh" Jawab Galvino terkekeh, ia juga menepis halus tangan Gerald dan menggenggam nya. Ia berusaha membuat pria itu percaya.

NIKAH MUDA [ TERBIT ]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang