K

70 17 0
                                    

Kamu udah berapa lama deket sama Sarah? -Mika

Baru kali ini Mika merasa bahwa ia dijebak oleh semesta secara sepihak dan tidak adil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru kali ini Mika merasa bahwa ia dijebak oleh semesta secara sepihak dan tidak adil. Kejadiannya baru kemarin, saat Jeffrey memakinya di depan gadis lain. Tapi hari ini ia harus duduk berdua di hadapan dosen untuk membahas sebuah proyek.

Dari sisi Jeffrey sendiri, ia duduk dengan tenang. Biasanya ia akan menolak dan mengalihkan sang dosen untuk memilih orang lain saat ia tahu dosen tersebut menempatkannya di tim yang sama dengan si gadis pandai Teknik Geodesi. Tapi kali ini ia terima.

Pasca acara marah Sarah tempo hari, ia menimbang bahwa mungkin kalimatnya memang sedikit terlalu frontal dan keterlaluan. Penjelasan Sarah tentang dirinya yang di luar batas dan bagaimana ia bertindak menyebalkan hingga Sarah marah membuatnya berpikir semalaman. Mungkin gadis di depannya ini sudah menyerah setelah ia perlakukan demikian. Harusnya begitu kan?

Jeffrey ingin hidup bebas. Ia tidak pernah tertarik dengan gadis ini secara manis. Keberadaannya saja sudah membuat Jeffrey begitu jengkel. Berkali-kali momen menyebalkan itu nangkring di kepalanya sehingga ia merasa risih ditempeli oleh Mika walaupun penolalan tidak pernah ia katakan dengan terang. Ia hanya berusaha mendorong Mika untuk ikut benci kepadanya dengan sikapnya yang arogan.

Sekarang bahkan intensitas komunikasinya dengan Sarah harus berkurang karena Sarah masih marah. Katanya Jeffrey harus meminta maaf kepada siapapun gadis itu sebelum mereka bisa kembali berhubungan. Apa istimewanya gadis ini selain sebuah keteguhan tekadnya hingga Sarah membelanya sampai sebegitunya?

Uh!
Memikirkannya saja sudah membuatnya marah. Sepertinya niat Jeffrey untuk meminta maaf akan ia urungkan kembali. Kata maaf bisa ia sampaikan kapan-kapan.

"KKN nya pada di mana nanti? Satu lokasi?" Pertanyaan dari Bu Wiwit membuat mereka menoleh ke satu sama lain.

Mika tertawa dalam hati. Mana mungkin ia dan Jeffrey berada di satu unit? Jeffrey tidak akan pernah membiarkannya bergabung walau keinginannya sangat besar.

Jeffrey pun tertawa. Menjadikan gadis ini menjadi tim KKN nya adalah pilihan terakhir jika seluruh mahasiswa telah habis tak bersisa. Itu saja, jika ada kemungkinan untuk menolak, maka akan ia ambil kemungkinan itu walau kecil. 'Keep you enemy close' tidak berlaku dalam kasusnya dan Mika. Perasaannya tidak akan nyaman.

"Belum tahu, Bu. Saya pribadi belum memilih tempat KKN. Tapi mungkin di pulau Jawa saja."

Jeffrey mendengus. Pencitraan.
Gadis ini pandai sekali memang berbicara seperti orang tidak berdaya di hadapan orang lain. Persis seperti yang ia lakukan di hadapan Sarah kemarin. Jeffrey tidak bisa membedakan mana sikap dari gadis ini yang asli. Sulit untuknya melihat ke dalam diri gadis ini. Di matanya, Mika begitu...rumit.

"Nanti kalo udah dapet tempat kabari saya, ya? Kalo Jeffrey?"

Jeffrey. Mika selalu memanggilnya begitu. Seperti bagaimana orang lain memanggilnya. Tapi gadis bernama Sarah kemarin memanggil laki-laki yang sejak lama ia kagumi ini dengan nama Jay. Agaknya mereka tidak mungkin hanya teman biasa jika memiliki panggilan spesial seperti itu.

Tapi dia juga menyebut Haikal dengan nama Ekal jika sedang berdua atau dengan orang-orang terdekat. Apa mungkin mereka sahabat lama seperti dirinya dan Haikal?

Sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tak mendengarkan pembicaraan dua orang lain yang ada di hadapannya, Mika tersentak saat sang dosen menjentikkan jari di depan wajahnya.

"Maaf, Bu?"

Bu Wiwit tersenyum jahil. "Kamu laper ya sampe bengong begini?"

Mika jadi tersenyum kikuk. Menggeleng sedikit untuk meredakan ketidaknyamanannya.

"Nih buat makan siang kalian ya. Tenang aja nanti honor nya nggak saya potong kok di akhir."

"Eh?"

"Terima kasih, Bu. Kalau begitu kami permisi." Jeffrey menarik lengan Mika untuk berdiri dan pamit dari kantor jurusan. Mengajak gadis itu untuk ke kantin. Untuk apa lagi selain untuk membelanjakan sejumlah uang yang telah diberi Bu Wiwit tadi?

"Uangnya bisa kamu pake aja. Aku-"

"Duduk."

Apa yang Jeffrey lakukan baru saja?
Bukannya dia tidak menyukai Mika dengen sepenuh hatinya?
Mengapa dia malah mengajak Mika untuk duduk berdua di tempat di mana ia mengusir gadis itu dengan cara yang kasar?

Should I, keep her close?

"Gue bilang duduk. Mau makan apa lo?"

Mata bulat Mika mengerjap dengan cepat. Terlalu sulit mengandalkan telinganya untuk mempercayai apa yang ia dengar barusan.

"Gue pesenin nasi goreng." Putusnya karena Mika tak kunjung memberi jawaban.

"Eh Jeff-" Sebenarnya Mika hendak berkata bahwa dia sudah memakan bekal tadi. Bahkan dengan menu yang sama. Tapi Jeffrey sudah berjalan memesankan untuknya.

Sepiring nasi goreng lengkap dengan suwiran ayam serta potongan timun dan tomat telah tersaji. Perutnya tidak akan masalah kan kalau ia mengkonsumsi nasi goreng lagi dalam jangka waktu yang berdekatan?
Ini kali pertamanya. Makan berdua dengan Jeffrey dengan pria itu yang memesankan. Kali pertamanya!

Walaupun ia tadi jadi agak lebih pendiam dibanding hari-hari sebelumnya karenq kejadian di kantin kemarin, sepertinya hari ini perasaamnya akan kembali ceria berkat sepiring nasi goreng dari uang yang tidak diduga akan membuat mereka duduk dan makan bersama.

Banyak yang ingin Mika tanyakan. Tiga bulan bukan waktu yang sebentar untuk menahan rindu.
Pertanyaan remeh temeh seperti:

Kamu apa kabar?

KP mu lancar?

Ada cerita seru nggak selama KP di Pertamina?

Waktu itu aku sempet sakit selama KP, kamu pernah sakit juga?

Aku kangen kamu, Jeff. Kamu pernah nggak mikirin aku?

Kenapa kamu terima proyek Bu Wiwit?

Sampai pada pertanyaan:

Kamu udah berapa lama deket sama Sarah?

Tapi pertanyaan-pertanyaan tadi tentunya tidak akan keluar saat ini. Padahal sudah ia simpan rapih sebagai draft di otaknya untuk nanti ketika ia berjumpa lagi dengan Jeffrey di kampus. Tapi sampai saat ini masih akan tetap tersimpan untuk dirinya sendiri.

Jeffrey telah berusaha mengajaknya makan. Mengajaknya duduk berdua walau tanpa berbicara. Meski Mika tak paham tujuannya, apakah karena uang bersama pemberian Bu Wiwit ataukah karena ia mulai membuka mata untuk Mika. Yang jelas Mika harus tetap merasa bersyukur semesta memaksanya duduk berdua di depan dosen hari ini.

"Materinya nanti gue email."

Dengan senyum sepenuh hati Mika menjawab. "Iya."

Harusnya dengan yang begini mereka berdua sudah baikan kan? Tanpa ada kata maaf. Lalu Jeffrey bisa mengatakan pada Sarah dan gadis itu akan kembali mengijinkannya mendekat setelah sesi marahnya luruh bukan? Jeffrey sudah bisa mengatakan pada Sarah kalau mereka saling memaafkan kan?

 Lalu Jeffrey bisa mengatakan pada Sarah dan gadis itu akan kembali mengijinkannya mendekat setelah sesi marahnya luruh bukan? Jeffrey sudah bisa mengatakan pada Sarah kalau mereka saling memaafkan kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini foot note!
Nggak tau mau ngomong apa soalnya wkwkwk

See ya~
-jo!

ALFABET | Jung Jaehyun [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang