J

78 17 1
                                    

Jeff, dia siapa? -Mika

Seberapa jauh semesta berlari saat Mika meninggalkan Kota Yogyakarta sampai ia harus mendapati Jeffrey sedang bercengkerama dengan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seberapa jauh semesta berlari saat Mika meninggalkan Kota Yogyakarta sampai ia harus mendapati Jeffrey sedang bercengkerama dengan.... seorang wanita?

Tepat di pintu belakang Fakultas Teknik, Jeffrey sedang berjalan diiringi senyuman lebar dan tawa yang belum pernah hadir saat Mika ada di dekatnya, bersama seorang wanita berparas anggun.

Sepertinya Mika belum pernah melihat wajah itu ada di sekitaran Jeffrey sebelumnya. Benaknya bertanya-tanya tentang sosok wanita berambut hitam panjang itu.

"Mik, kita haru ngurus laporan dulu." Tangannya tercekal oleh Haikal saat kakinya secara tidak sadar ingin berlari menghampiri mereka berdua.

Menuruti Haikal menapaki anak tangga dengan perasaan gundah dan pikiran yang memberat. Sisi dirinya yang logis memaksanya untuk tetap di sini, bersama Haikal, mempertanggungjawabkan tiga bulan perjalanan jauh mereka ke Majalengka dengan tajuk Kerja Praktek di sebuah perusahaan konstruksi milik negara di hadapan dosen dengan segera.

Tapi sisi dirinya yang gila mengajaknya dengan teriakan untuk berlari keluar dari situasi serius itu dan merebut tangan yang digandeng oleh gadis anggun tadi.

Konsentrasinya menjadi terpecah belah. Mulutnya melantur saat menjawab pertanyaan dosen hingga Haikal menyadarkannya dengan beberapa kali colekan di siku.
Oh Tuhan. Mika kali ini merasa ia harus malu karena dosennya menatapnya seperti seorang amatir yang tidak kompeten dalam bidangnya. Ini seperti bukan dirinya. Lalu yang mana dirinya yang asli?

Berlembar-lembar revisi sudah di tangan. Nilainya untuk mata kukiah ini sedang dipertaruhkan. Haikal membimbingnya ke luar ruangan untuk duduk di lorong sepanjang gedung kuliah. Tupperwarenya ia keluarkan, untuk menyingkirkan dahaga karena menahan kekakuan.

"Maaf, Kal."

Tak ada kata yang keluar dari mulut Haikal. Pria itu hanya menatap Mika dalam diam. Mengambil jepit rambut yang selalu terselip di samping tasnya, lalu menjepit sejumput rambut agar tidak menghalangi pandangan Mika.
Tanpa kata Haikal berujar 'Fokus'.

"Iya. Makasih udah ngingetin, Kal." Ucapan terima kasih ini sungguh datang dari hatinya.

Ia duduk mendongak untuk menatap langit di sela-sela gedung yang tersambung satu sama lain. Begitu biru dan penuh awan.

Mereka sama-sama kumpulan air. Keberadaan awan bahkan lebih lemah dari pada Mika yang tercipta dalam bentuk padat. Tapi mengapa hanya Milka yang seakan tak nampak?

"Katanya kamu mau nemuin Biworo buat cari tim KKN nanti?"

Haikal mengangguk. Ia turut mengamati pergerakan awan yang lambat dengan mata yang kian menyipit. Tidak tahan menantang kilauan sang surya. "Habis ini aku ke gedung sebelah. Lima menit lagi lah kira-kira."

"Lima menit itu kalo dipake jalan udah abis."

"Kamu ngusir?"

Mika tertawa. Memukul pelan lengan atas Haikal dengan canda. "Ya enggak. Emangnya aku yang punya gedung ini? Cuma kasian aja nanti Biworo lama nunggu kamu."

ALFABET | Jung Jaehyun [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang