Q

76 13 0
                                    

Questioner buat kamu. Diisi ya. -Mika

Mika ingin meminta maaf pada semesta karena sudah berburuk sangka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mika ingin meminta maaf pada semesta karena sudah berburuk sangka. Ia pikir selama ini semesta telah membohonginya dengan menyajikan berbagai katalog kisah cinta penuh romansa yang manis dan eksentrik dari buku dan film yang ia baca dan tonton. Ia pikir semua itu benar-benar hanya ada dalam dunia fiksi yang artinya tidak akan pernah hadir untuknya. Ia pikir kata cinta itu sendiri hanya sebuah omong kosong yang dihadirkan sebagai bentuk sebuah harapan dalam usaha memperpanjang hidup manusia. Tapi ternyata pikiran buruknya itu terlalu lancang untuk ditujukan kepada semesta. 

Gadis pentolan Teknik Geodesi ini seperti baru saja mencicipi jari telunjuknya setelah mencelupkan ujung jarinya pada secangkir penuh madu murni dari perternakan lebah asli. Ternyata kisahnya di bangku kuliah tidak buruk. Balasan-balasan kecil dari setiap pesan Jeffrey dan ucapan-ucapan singkat yang sebelumnya tidak pernah terucap dari bibir pria itu menjadi bubuk-bubuk pemanis dalam kehidupan perkuliahannya. 

"Quesioner buat kamu. Diisi ya." Seperti saat ini, Mika dapat menghampiri Jeffrey dengan santai dan duduk dihadapannya karena mereka telah membuat janji sebelumnya. Berita yang lebih mengejutkan adalah Jeffrey yang terlebih dahulu menanyakan pada Mika tentang jadwalnya hari ini. Jeffrey perlu bantuan otak pintarnya dan Mika tentu saja tidak merasa keberatan untuk membantu.

"Lo pake survey?" 

"Survey awal aja. Kayaknya nggak bakal masuk juga, cuma pengen tahu pendapat orang lain gimana biar aku dapat suara ketiga." Jawabnya masih sambil menyodorkan tiga lembar kertas HVS yang ia tenteng sejak keluar dari perpustakaan Fakultas Teknik.

"Oke." Jeffrey meletakkan quesioner Mika di samping tasnya. Lalu membuka buku catatan dan laptopnya.

Mika menilik sekilas. "Mau pake pemetaan batimetri ya?" Setahunya, Jeffrey kemarin berburu judul soal pembuatan model primitif tiga dimensi, tapi sepertinya pikirannya berubah. Tapi kalau begini apa Jeffrey akan tetap membutuhkan bantuannya?

"Pak Rojak nolak judul gue. Kalo masih mau pake itu suruh pindah pembimbing." Rasanya pahit saat mengingat momen pertemuannya dengan Pak Rojak saat ia sudah sangat yakin dengan penelitian yang akan ia lakukan tapi justru di tolak begitu saja.

Dosen pembimbing yang Jeffrey dapatkan memang terkenal mematikan. Bukan berarti dosen pembimbing Mika tidak rewel. Akan tetapi dosen pembimbing Jeffrey sejak dulu terlabeli dengan julukan dosen yang meluluskan paling sedikit mahasiswa Teknik Geodesi. Hanya mereka yang mampu bertahan dalam prosesnya, selebihnya lebih memilih untuk mengganti dosen pembimbing atau hilang dalam seleksi alam karena Pak Rojak yang begitu kritis. Seniornya dulu mengatakan beliau banyak mau tapi tidak memberi solusi, hingga banyak yang akhirnya buntu dan menyerah lalu kembali setelah masa cutinya berakhir.

"Terus objeknya kamu mau apa?" Jeffrey nampak mengetuk-ngetukkan bolpennya di meja. Sepertinya ia belum mendapat pencerahan atas judul barunya. Mika jadi turut bersimpati. Beruntung ia dan Haikal tidak perlu mengalami hal ini. Mereka berdua mendapat dosen yang pengertian dan berpikiran terbuka. Jadi mereka dapat menjalankan proses bimbingan dengan lancar walaupun masih di tahap awal. "Semangat,Jeff. Kalo butuh bantuan bilang aja." Mika benar-benar menawarkan bantuan atas dasar kemanusiaan. Ia bahkan mengesampingkan perasaannya untuk saat-saat penting Jeffrey.

ALFABET | Jung Jaehyun [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang