(4). Kenalan Yang Tertunda

487 34 0
                                    

Hari ini, hari ketiga Gilang berdinas di Halim Perdanakusuma. Sikapnya yang cuek dan dingin kepada bawahannya membuat Gilang tak memiliki banyak teman. Ia juga tak peduli, jika orang-orang membenci sikapnya. Dibalik semua itu, ada seseorang yang membuat hatinya hancur. Mungkin orang-orang mengira bahwa ia kejam, tak punya hati, dan tak peduli.

Kini Gilang sedang berlari mengelilingi Halim seorang diri dengan pakaian olahraga. Para bawahannya sudah lebih dulu lari, karena ia yang menyuruhnya. Keringat pun sudah bercucuran di sekuncur tubuhnya dan nafas yang masih terengah-engah itu membuat para bawahannya semakin takjub kepada sang Kapten. Tak tahu berapa putaran yang ia kelilingi saat ini, namun ia belum lelah untuk beristirahat. Sementara para bawahannya sudah lebih dulu istirahat akibat kelelahan.

"Baru aja tiga hari udah mantap aja tuh Kapten Gilang" kalimat itu keluar dari mulut Raffi setelah menenggak air putih yang berada ditangannya dan duduk yang sembarangan itu.

"Aduh calon suami gue, ganteng banget" ucap Mita histeris.

"Iya ganteng banget" sahut Mayang yang sudah setia di samping Mita.

Raffi yang berada di samping mereka itu mulutnya ikut bercecar "dasar perempuan, liat yang cakep dikit aja matanya langsung ijo" sindir Raffi pada ketiganya.

"Kenapa bang. Sirik" sahut Lina yang sedari tadi hanya diam sembari mengamati wajah Gilang dari jauh.

"Apa sirik?" Tawa Raffi pecah "gini-gini juga saya ganteng tau, malah melebihi kapt. Gilang" jari-jari Raffi menyisir rambut cepaknya dengan rasa pede tingkat dewa.

Ketiganya lantas tertawa terbahak-bahak dengan ucapan Raffi barusan. Saking lucunya, Mita sampai memukul lengan Raffi tidak percaya.

"Apa? Melebihi Kapten Gilang?" Mita mengulang kata-kata Raffi sembari memegang perutnya yang sudah senam itu.

"Halah bang, jangan banyak halu deh. Muka pas-pasan aja banyak gaya" Ucap Mita lagi.

"Ye dibilangin juga" sahut Raffi tak mau kalah. Lalu ia meninggalkan ketiganya. Sebenarnya bukan pertama kali ia di tertawa kan oleh mereka. Dan yang paling malu itu, ketika Raffi tercebur di got hampir seluruh badannya terkena baunya air hitam yang kental itu. Orang-orang yang disekitarnya pun ikut tertawa termasuk komandannya. Hari itu bagi Raffi tak pernah terjadi dalam hidupnya. Untung saja Gilang belum tahu sikap nyeleneh Raffi di waktu-waktu tertentu.

Sudah banyak teriakan orang-orang di Halim terutama para perempuan yang mengagumi Kapten Gilang untuk mengajaknya beristirahat sejenak. Tapi Gilang lebih memilih bungkam dan melanjutkan lari paginya itu.

Lagi dan lagi Gilang fokus dengan larinya. Ini nih contoh laki-laki idaman, lari aja fokus apalagi sama kamu, eakk.

Ayu yang pada saat itu sedang lari, melihat Gilang dari jarak yang tak jauh darinya. Dengan langkah sedikit lebih cepat itu, ia menyamakan posisi larinya dengan Gilang.

"Selamat pagi kapten" Ayu menoleh kearah Gilang dengan tersenyum.

Gilang pun menyadari kedatangan Ayu "pagi" jawabnya singkat.

"Masih lari juga kamu?" Tanya Gilang masih fokus dengan larinya tanpa melihat kearah Ayu.

"Masih kapt. Palingan sampai kantin saya berhenti. Biasa istirahat"

"Kalau gitu saya duluan kapt. Maaf ganggu Kapten lari" Ayu menambah kecepatannya untuk menuju kantin.

Gilang hanya menatap kepergian Ayu yang lama-kelamaan mulai menghilang. Ia mendongak ke atas langit yang sudah memancarkan sinar matahari yang nampak panas. Punggung tangan mengelap keringat di keningnya. Dirasa sudah cukup untuk dirinya berlari. Gilang memutuskan untuk menuju ruangan dengan berjalan, hitung-hitung meredakan rasa lelahnya.

Elang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang