(20). Masih Adakah Kesempatan?

280 22 1
                                    

Brug...

Badan Shila ambruk, semua orang yang ada di dalam gedung seketika melihat dirinya menjadi pusat perhatian. Gilang sangat geram dengan Galuh bukannya menangkap tubuhnya, ia malah membiarkan Shila di lantai.

"Shila" panggil Galuh yang tidak berhasil menangkap badannya.

Dengan cepat Gilang berlari dan menghampirinya, ia menggendong Shila ala bridal style yang belum tersadar "biar saya yang antar Shila ke rumah sakit" Gilang mengambil alih Shila dari Galuh.

Galuh tak bisa melarang Gilang, karena saat ini ia benar-benar gagal menjaga Shila calon istrinya. Amel menatap kesal pada Gilang yang lebih peduli dengan Shila.

"Shila kamu bertahan" batin Gilang. Setelah itu ia memasuki Shila ke dalam mobilnya dengan hati-hati.

Ia memasang kan sabuk pengaman, lalu ia membuka jas yang ia kenakan untuk menutup tubuhnya.

Sesampainya di rumah sakit, Gilang memanggil suster yang sudah mendorong kasur. Gilang langsung meletakkan Shila dan mengikutinya. Sembari berjalan, tangan Shila ia genggam dan mengelus puncak kepalanya.

"Kamu bertahan ya Shila" ucapnya.

"Maaf pak, bapak tunggu disini saja sebaiknya" salah satu suster melarang Gilang untuk tidak boleh memasuki ruangan.

"Baik sus" jawabnya.

Gilang mondar mandir tak jelas dengan keadaan Shila saat ini. Ia sangat frustasi karena sudah membiarkan Shila pada Galuh, harusnya ia rebut dan pertahannya cinta Shila bukannya malah membiarkannya.

"Gimana Kapt keadaan Shila?" Tanya Cikka khawatir. Pria itu hanya diam ketika semuanya pada datang.

"Gimana bang?" Dion penasaran dengan jawaban Gilang, namun lagi lagi Gilang masih terdiam.

Bukannya menjawab pertanyaan Cikka dan Dion, Gilang menghampiri Galuh dengan tatapan seperti singa yang ingin menerkam musuhnya.

Bug.

Satu tonjokan tepat di pipi kiri Galuh. "Shila lagi sakit, seharusnya anda tidak usah mengajaknya pergi ke acara pernikahan hanya untuk menemankan saja. Harusnya anda tau itu." Ucap keras Gilang, ia benar-benar marah pada Galuh.

Galuh terdiam, ia hanya bisa mengelus pipinya yang merah "orang kaya anda engga pantas menjadi suami Shila" Gilang tersenyum remeh.

Gilang menonjoknya lagi, namun di tahan oleh Dion lebih dulu "bang udah, ini rumah sakit"

"Lepas" Gilang menepiskan tangan Dion yang menahannya, lalu ia kembali menjauh dari Galuh.

Sementara Galuh masih terdiam di tempat, ia memikirkan ucapan Gilang. Benar, ia memang tidak pantas menjadi suami Shila. Saat ini ia masih di cap sebagai calon suami.

Pintu ruangan rawat terbuka dan mendapati dokter "bagaimana keadaan Shila dok?" Tanya Gilang.

"Saat ini keadaan Shila baik-baik saja" jawab dokter, membuat semuanya yang mendengarnya tenang. "Untuk saat ini Shila jangan terlalu lelah beraktivitas, itu yang nantinya pusingnya kambuh lagi"

"Baik dok. Apakah saya boleh masuk?"

"Silahkan" jawab dokter.

"Terimakasih" setelah mengatakan itu Gilang masuk ke ruang rawat.

"Kapten" ucap Shila ketika melihat Gilang datang.

"Gimana keadaan kamu?"

"Aku baik-baik aja Kapt. Kok Kapten bisa ada di sini?"

"Saya yang antar kamu ke rumah sakit" ucap Gilang datar.

"Terimakasih Kapt" Shila tersenyum.

"Sama-sama"

Elang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang