Jam sudah menunjukan 19.15 WIB, pria yang tengah sibuk dengan setir mobilnya itu hanya menampilkan wajah seperti biasa. Sekarang ini Gilang ingin pulang kerumah kedua orang tuanya yang tak jauh dari tempat dinas. Walaupun lumayan dekat dengan rumah orang tuanya, tapi ia tidak setiap hari pulang. Karena tidak enak dengan papah dan mamah nya. Padahal mereka mengizinkan Gilang untuk setiap hari pulang kerumah, namun pria itu tak mau.
Sesampainya di perkarangan rumah yang cukup besar dan terdapat pak Jarwo yang sedang membukakan pintu gerbang. Pak Jarwo ini bekerja sebagai satpam di rumah orang tua Gilang.
Kemudian Gilang turun dari mobil, ia melihat kearah pak Jarwo yang sedang menutup kembali pintu gerbang. Lalu selesai dengan aktivitas nya, pak Jarwo menghampirinya Gilang.
"Assalamualaikum pak" Gilang langsung menyalami tangan pak Jarwo dengan sopan dan tersenyum pastinya.
"Waalaikumsalam Den"
"Den Gilang apa kabar?"
"Alhamdulillah Gilang baik Pak, Bapak sendiri apa kabar?"
"Alhamdulillah Bapak juga baik Den"
"Syukurlah"
"Den Gilang baru sampai Jakarta, kok ga bilang-bilang dulu sih Den, nanti kan biar istri Bapak bikin makanan"
"Maaf Pak, ini biar jadi surprise. Gilang sebenarnya sudah satu Minggu dinas di Halim Pak, cuma baru sekarang aja pulang." jelas Gilang diangguki oleh Pak Jarwo.
"Ya sudah, kalau begitu Gilang masuk dulu ya kedalam" ucap Gilang meninggalkan Pak Jarwo.
"Silahkan Den"
Kaki Gilang berjalan memasuki rumah yang cukup besar. Sesampainya ia di ruang tamu, tak melihat satu orang pun. Yang ia lihat hanya bingkai besar yang berisikan foto keluarga. Gilang mendekat kearah bingkai itu, seketika senyumannya tertarik pada malam itu juga. Foto itu menjadi saksi bahwa kebahagiaan Gilang berada pada kedua orang tuanya. Dirinya sangat bersyukur mempunyai keluarga yang lengkap.
Matanya beralih kearah setiap sudut ruangan. Rumah ini rasanya berbeda sekali, mungkin karena dirinya sudah lama tak pulang.
Hidungnya seketika mencium aroma makanan dari arah dapur, kebetulan perutnya lapar. Tak mau pikir panjang, Gilang pun berjalan menuju dapur.
Di dapur ia menemukan dua orang perempuan yang sedang memasak.
"Tuti tolong ambilkan ikan gurame di kulkas" suruh Mia, mamah nya Gilang yang sedang sibuk dengan alat-alat dapur.
Tuti yang sedang memotong cabai pun beralih kearah kulkas untuk mengambil ikan gurame yang sudah di potong dan di bersihkan "baik Bu"
Gilang hanya memerhatikan keduanya dari belakang tanpa mereka sadari. Senyumannya tertarik ketika melihat perempuan paru baya yang tengah sibuk itu. Gilang pun berjalan menghampiri mamahnya. Dirinya memeluk erat badan mamahnya dari belakang.
"Assalamualaikum Mah" ucap Gilang ke telinga Mamahnya.
Merasa ada yang memeluk nya dari belakang, Mia langsung membalikan badannya. "Waalaikumsalam"
"Gilanggg" suara panggilan itu yang membuat Gilang rindu.
Mia langsung memeluk erat sang anak yang dihadapannya kini. Setelah itu Mia menatap Gilang dengan tangisan bahagia, keduanya tangannya terangkat memegang kedua pipi Gilang.
Kini Gilang dapat merasakan kehangatan dan kebahagiaan nya kembali secara langsung. Tidak seperti dulu, hanya lewat handphone. Di hari ini dan seterusnya, Gilang yakin akan bahagia dan bisa melupakan Amel.
Gilang tersenyum menatap Mia yang sudah menangis, tangannya mengambil tangan kanan Mia lalu mencium "Mamah jangan nangis" tangan kiri menghapus air mata Mia yang sudah tak tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang Biru
Short StoryAshila Cakra Nuella, wanita dari kesatuan TNI Angkatan Darat yang merupakan bagian dari baret merah Kopassus. Semenjak bertemu sekaligus berkenalan dengan sang Kapten Pnb. Gilang Pradana Dirgantara yang pindah dari Skadron Udara 3 dan menjabat sebag...