"SHILA?" Teriak Gilang memanggilnya. Sudah sejak tadi ia mengelilingi Halim seorang diri, wanita itu benar-benar membuat dirinya khawatir.
"Kamu di mana Shila, saya khawatir" batin Gilang tidak tenang.
Gilang terus berjalan mencari keberadaan Shila, ia yakin kalau Shila pasti ada di sekitar sini. Tiba-tiba langkahnya berhenti sejenak memikirkan sesuatu hal yang membuat dirinya curiga pada ketiga Wara. Sejak sore tadi ia melihat Lina, Mita dan Mayang berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Tidak biasanya mereka seperti itu. Gilang menaruh curiga pada ketiganya, jika Shila hilang atas perbuatan mereka Gilang tidak akan pernah diam. Apalagi untuk orang yang tersayang. Tapi kali ini Gilang tidak ingin berprasangka buruk pada ketiga Wara itu.
Ia langsung mengambil handphonenya untuk menelpon Shila, siapa tahu dengan dirinya menelpon Shila akan mengangkatnya.
Ketika sudah mendapat nomor yang tepat, handphonenya ia letakan ke telinga. Raut wajahnya seketika berubah ketika mendengar suara handphone dari panggilan lain dan suaranya ada di dekat dirinya. Kemudian Gilang mencari keberadaan handphone Shila yang berbunyi. Usahanya tidak sia-sia, akhirnya ia mendapati handphone Shila yang terjatuh.
"Ini kan handphone Shila, lalu kemana orangnya?" Tanyanya dalam hati.
Lalu, pandangan Gilang beralih ke ruangan yang gelap "gudang" gumamnya.
Tanpa pikir panjang, Gilang langsung mengambil handphone Shila dan masuk kedalam ruangan gelap itu sambil menyalakan senter handphonenya.
"Shila kamu di mana?" Panggil Gilang sembari mencari keberadaan Shila.
Mendapat suara dari luar sana, Shila lantas berdiri "Kapten aku ada di dalam sini"
Gilang mendengar suara Shila yang berada di dalam gudang, beberapa kali knop pintu ia buka namun tak bisa.
"Kamu menjauh dari pintu, saya akan mendobraknya" pinta Gilang, Shila langsung menjauh dari pintu gudang.
Tanpa aba-aba Gilang mendobrak pintu gudang menggunakan pundak kekarnya. Hanya sekali gubrakan pintu gudang akhirnya berhasil terbuka.
Ketika melihat Gilang Shila langsung memeluknya dengan erat sembari menangis di dalam dekapannya. Gilang yang mendapat serangan itu tiba-tiba hanya terdiam kikuk, entah ada dorongan apa kedua tangannya membalas pelukan Shila dan dirinya juga sempat mengecup puncak kepala Shila sekali.
"Aku takut Kapt" Isak tangis itu kembali melanda Shila.
"Kamu tidak perlu takut, ada saya di sini" Gilang menyahutinya tangannya kembali mengusap rambut dan punggung Shila dengan lembut.
Berada di pelukan Gilang yang hangat, Shila merasa kalau pelukan ini sama seperti dirinya memeluk kedua pria yang ia sangat cintai. Sayangnya, kedua pria itu sudah tidak ada lagi di dunia ini. Mereka sudah diambil oleh maha kuasa, namun semua kenangannya selalu melekat di hatinya. Nyaman sekali rasanya memeluk tubuh pria idaman dan mencium aroma wangi di jaketnya, sejak tadi Shila memejamkan matanya dan terus mempererat dekapannya bersama Gilang. Ini baru pertama kali keduanya melakukan hal di luar dugaan yang belum pernah mereka duga sebelumnya.
Tidak ada satu menit, Gilang melepaskan pelukan itu. Melihat wajah Shila yang menangis, tanpa ada rasa ragu kedua tangan Gilang menghapus air mata Shila yang jatuh "jangan menangis, kamu aman dengan saya"
Shila mengangguk mengerti "kita pergi dari tempat ini" Gilang mengambil salah satu tangan Shila untuk ia gandeng dan pergi dari tempat ini. Shila kaget bukan main, ketika tangannya di pegang erat oleh Gilang.
Tidak terbayangkan oleh Gilang, betapa takutnya Shila di kunci di tempat tak lazim ini seorang diri. Gilang menoleh kearah Shila sekali, bisa di lihat wajahnya sangat ketakutan dan tangannya gemetar.
![](https://img.wattpad.com/cover/286990804-288-k914092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang Biru
Short StoryAshila Cakra Nuella, wanita dari kesatuan TNI Angkatan Darat yang merupakan bagian dari baret merah Kopassus. Semenjak bertemu sekaligus berkenalan dengan sang Kapten Pnb. Gilang Pradana Dirgantara yang pindah dari Skadron Udara 3 dan menjabat sebag...