Ashila Pov.
Sudah satu bulan ini aku tidak bertemu dengan Kapten Gilang, rasanya benar-benar kangen sekali. Ia kecewa denganku, dan ini semua akibat perkataannya mas Galuh sejak itu. Tapi aku tidak marah dengan mas Galuh, ini juga semua salahku. Seharusnya aku bicarakan ini lebih dulu dengan Kapten Gilang.
Flashback on
Siang itu, matahari telah menyengat diriku. Aku mencari Kapten keliling Halim dengan tergesa-gesa, lelah sekali rasanya. Aku berhenti sejenak sembari menghapus keringat di kening dan mengontrol nafasku yang terengah-engah.
"Kapten dimana?" Batin ku mengamati keliling lapangan Halim.
Aku sudah lelah untuk lari, anhasil aku mencari Kapten dengan berjalan kaki. Langkah demi langkah ditambah dengan teriknya matahari membuatku tak hilang semangat untuk mencari Kapten Gilang, ada yang ingin aku bicarakan padanya.
Langkahku terhenti ketika melihat pria berseragam penerbang itu keluar dari Halim seorang diri, aku yakin itu adalah Kapten Gilang. Mataku sedikit menyipit "Kapten Gilang" panggilku pada pria dari arah seberang sana.
Pria itu pun menengok ke sumber suara, aku segera berlari untuk mengejarnya di bawah terik matahari.
"Kapten aku mau bicara sebentar" ucapku dengan nafas yang masih terengah-engah.
Kapten tak mengublis dan mencuekkan ucapanku. Ia malah pergi untuk menghindar dari aku.
"Kapten tunggu" aku menghadang jalannya.
"Apa?" Kapten Gilang membuka suara "cepat ingin bicara apa, saya tidak ada waktu" ucap Kapten Gilang, tanpa melihat ke arahku.
"Sebenci itu kah kamu sama aku Kapt, sampai tidak ingin menatapku lagi" batinku.
Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata atas perilakunya "Kapten aku minta maaf, aaa-ku..." Ucapku terbata-bata.
"Cukup" bentak Kapten Gilang memotong ucapanku. Aku benar-benar terkejut.
"Kirain saya, kamu orangnya setia. Ternyata apa Shila?" Kapten melepas kacamata hitamnya, dan menatapku dengan tatapan yang begitu marah "mana? Kata kamu saya adalah laki-laki yang kamu cintai, setelah Papa dan abangmu meninggal Nyatanya apa? Kamu malah sudah mempunyai tunangan dan mempermainkan perasaan saya" ucap Kapten dengan nada tinggi.
Aku yang mendengarnya hanya bisa diam dan menangis dengan lontaran kata yang ia berikan.
"Dulu, kamu meminta saya untuk membuka hati. Setelah saya sudah berhasil membuka hati saya untuk kamu" kalimat Kapten bersedekap "tapi kamulah yang menghancurkan semuanya Shila, saya kecewa sekali denganmu"
Kapten memajukan badannya ke arahku "anggap saja kita tidak pernah bertemu. Kita urus hidup kita masing-masing. Kamu urus hidupmu dengan tunanganmu, dan saya urus hidup saya sendiri. Jangan pernah temui saya lagi, saya benci kamu Ashila" bisik Kapten Gilang dengan penuh tekanan. Setelah itu ia pergi meninggalkanku sendiri.
Aku menahan tangannya dan menatap matanya yang aku rindukan "tolong dengarkan penjelasan aku dulu Kapt." Ucapku sembari menangis.
"Tidak ada lagi yang harus kamu jelasin" Kapten Gilang menepiskan tanganku dengan kasar sampai aku tersungkur ke aspal yang panas.
Aku menoleh kearahnya "aku sama mas Galuh engga ada hubungan apa-apa Kapt" teriakku dengan suara menangis sesenggukan di tengah lapangan Halim.
Kapten sudah membenciku, saking bencinya ia tak mau melihat ku lagi. Seburuk itu kah aku di matamu. Aku terus menangis dengan posisi tersungkur ke aspal, tidak lama akhirnya aku mengejar Kapten Gilang dengan berlari sekencang mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang Biru
Short StoryAshila Cakra Nuella, wanita dari kesatuan TNI Angkatan Darat yang merupakan bagian dari baret merah Kopassus. Semenjak bertemu sekaligus berkenalan dengan sang Kapten Pnb. Gilang Pradana Dirgantara yang pindah dari Skadron Udara 3 dan menjabat sebag...