(26). Jujur

317 19 7
                                    


Liat wajah kamu yang gemas membuat saya ingin cepat-cepat pengajuan. -Kapten Gilang.



Aku, Kapten Gilang, Cikka dan bang Dion asik mengobrol setelah selesai mengaji bersama. Malam ini di rumah orang tua mas Galuh mengadakan pengajian. Mereka yang datang pun banyak, mulai dari tetangga, rekan, atasan dan juniornya mas Galuh turut hadir.

"Eh Shil, si Lionil tidur tuh" ucap Cikka menunjuk kearah bocah ini.

Aku melihat wajahnya, bocah kecil ini tidur di pangkuanku. Pantas saja dia terdiam "Oh iya. Malah pules banget lagi" jawabku membenarkan posisinya menjadi telentang.

"Sudah malam juga, saya antar Lionil pulang dulu ya" ujar Kapten Gilang sambil melihat jam tangannya. Dia duduk di sampingku.

"Nginep sini aja Kapt. Biar Lionil tidur sama aku. Kalo pulang sekarang nanti dia bakalan kebangun" Aku mencegahnya.

"Ya sudah"

"Kapten bantu aku bawa Lionil ke kamar atas ya" pintaku padanya.

Dengan sigap, Gilang mengambil alih Lionil dari ku. Dia menggendong Lionil dengan hati-hati. Aku berdiri dan jalan lebih dulu diikuti oleh Kapten.

Aku membuka pintu kamar mas Galuh dan mengajaknya masuk. Kapten meletakkan Lionil ke kasur dengan hati-hati agar bocah kecil itu terbangun dari tidurnya.

Lalu, mata Kapten Gilang menyapu ke sudut kamar "Ini kamar Galuh ya?" Tanya Kapten setelah melihat foto bingkai.

"Iya Kapt." Kapten Gilang mengangguk mengerti.

Di lantai dua rumah ibu Wulan cuma ada aku dan Kapten Gilang, aku sangat tak nyaman jika Kapten Gilang lama di kamar ini. Kemudian Kapten Gilang mengambil sesuatu di celana hitamnya. Itu adalah amplop berwarna putih.

"Ini dari Galuh" Kapten memberikan amplop putih padaku.

Aku mengambil dan menatapnya heran "Sebelum satgas, Galuh sempat bertemu dengan saya untuk memberikan amplop itu padamu jika dia tidak kembali" Ucap Kapten Gilang.

Aku kembali menatap amplop ini, mas Galuh memberikan amplop ini untuk aku jika dia tidak kembali? Itu tandanya sebelum satgas mas Galuh sudah mempunya filling kuat. Ah, kenapa aku tidak melarangnya saja.

"Saya keluar ya, kamu pasti tidak nyaman jika saya berada di sini" Ucap Kapten. Setelah itu ia keluar dari kamar.

Tanpa berlama-lama dan penasaran dengan isi amplop ini. Lalu aku duduk di kursi dan membuka amplop putih ini dengan perlahan. Ternyata isinya sebuah kertas, di depannya sudah ada catatan.

Teruntuk Ashila tercinta.
Calon istri Iptu Galuh.

Aku tersenyum membacanya, kemudian aku membuka isi kertasnya ternyata ada kata-kata terakhir untuk aku.

Hi Ashila.
Bagaimana kabar kamu sayang?
Saya berharap sih kamu baik-baik aja tanpa saya.

Kamu masih setia menunggu saya kan dek?
Saya yakin kamu pasti tetap setia.
Walaupun saya bukan cinta pertama kamu, tapi saya akan selalu ada untuk kamu dek.

Jika kata-kata yang pernah saya ucapkan hanya omong kosong dan ingkar janji.
Anggap saja saya orang pengecut.
Saya nulis ini untuk kamu, biar kamu engga mikirin saya terus.

Saya tidak pernah janji jika saya akan kembali untuk nemuin kamu lagi apa tidak.
Bisa jadi saya pulang dengan membawa nama saja.
Kamu tahu sendiri kehidupan seorang prajurit seperti apa.
Kamu terus doakan saya ya dek.

Saya pengen banget liat kamu bahagia walaupun bukan sama saya nantinya.
Saya akan ikhlas jika kamu sama orang lain.
Dan saya berharap kalau kamu bisa dapat yang jauh lebih baik dari saya dek.

Elang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang