Sebelum membaca, utamakanlah vote ya teman-teman !!! Xixixi
Shila Pov
Dibawah pohon yang rindang aku istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelahku, setelah piket dinas. Aku menegak mineral sampai tak ada sisa, kecuali botolnya. Ya kali minum sama botolnya.
Cuaca hari ini juga cukup panas, untung saja aku istirahat di bawah pohon, jadi masih bisa merasakan angin sepoy-sepoy.
Aku mengelap keringat menggunakan telapak tangan "kalo bukan senior, udah aku tampol tuh bang Dion" gerugu ku melihat pria dari seberang sana yang sedang mengobrol.
Pandanganku beralih ke lapangan, seraya melihat abang-abang gumush yang sudah jadi korban gombalan buaya betina sepertiku.
"Manis sekali senyumnya" lirihku memerhatikan tiga tentara bujang yang sedang mengobrol.
"Woi" ucap Cikka yang tiba-tiba saja datang dari belakang pohon "ngepain lo disini, baek-baek kesambet" Cikka duduk di sebelahku.
Aku hanya menatap malas kearah Cikka.
"Udah jelek tambah jelek aja tuh muka" ledek Cikka pandangannya kearah lapangan tapi mulutnya yang bercecar untuk meledekku.
Aku sedikit melotot kearah Cikka yang duduk di sebelahku.
"Apa lo liatin gue kaya gitu?" Kata Cikka menoleh kearah ku.
Cikka kali ini bener-bener bikin aku badmood. Tadi bang Dion sekarang Cikka. Awas aja aku jodohin kalian berdua.
"Nyebelin" aku hanya mengatakan seperti itu.
Tidak mau menghadapi Cikka sampai darah tinggi, aku berdiri untuk pergi dari sini.
"Dasar Cikka si sambel ijo" aku membalikkan badan, lalu berlari dengan cepat.
"Ape lo bilang?" Cikka yang merasa diledek tak terima. Ia pun berdiri dan mengejarku "woi sini lo, anjirr"
Berkali-kali mataku menoleh kearah Cikka yang sedang mengejarku dengan mulutnya bercecar sedari tadi. Seperti tidak ada berhentinya tuh mulut.
Saat Cikka sedang mengatur nafasnya yang mulai habis karena ulah mulutnya, aku manambah kecepatan lari dan menjauh dari Cikka.
Dekat ruang komandan, kebetulan ada tembok yang cukup besar. Di sana sepi dan jarang dilewati oleh prajurit lain. Kebetulan sekali, aku yang lelah dan tak sanggup untuk berlari lagi bersembunyi di balik tembok itu.
"Hufttt" aku mengatur nafas "akhirnya bisa lari juga dari Cikka" badanku menyender ke tembok dan mataku terpejam untuk menstabilkan nafas.
"Tante ngepain disini?" Suara anak kecil menyadarkan ku.
Aku pun membuka mata, sudah ada Lionil Dirgantara keponakan dari Komandan yang sedang menatapku aneh.
"Eh Lionil" aku tersenyum kikuk ketika melihat Lionil tepat di hadapanku yang sudah memerhatikan dengan tatapan tak biasa.
Aku dan Lionil sebenarnya dekat, bahkan sangat sangat dekat sekali. Kurang lebih dua bulan kemarin kami berkenalan pada saat Lionil bermain di Cijantung dengan Ibu Komandan.
"Kok kamu bisa ada disini sih sayang?" Tanya ku seraya merapikan kerah baju bocah berumur 6 tahun ini.
"Aku abis ke om Fikri Tante" Lionil menjawab pertanyaan ku dengan menyengir memamerkan gigi kelinci miliknya.
"Oh gitu" aku mulai berfikir topik apa yang harus ku ganti.
Entahlah, ketika aku bersama Lionil tuh rasanya bener-bener nyaman. Bahkan ketika Lionil pamit pulang dari tempat messku itu rasanya nggak rela sekali aku ditinggal dirinya. Oke lebay! Tapi aku sayang sama Lionil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang Biru
Short StoryAshila Cakra Nuella, wanita dari kesatuan TNI Angkatan Darat yang merupakan bagian dari baret merah Kopassus. Semenjak bertemu sekaligus berkenalan dengan sang Kapten Pnb. Gilang Pradana Dirgantara yang pindah dari Skadron Udara 3 dan menjabat sebag...