SHILA POV
Sudah dua hari ini aku menjauh dari Kapten Gilang, ya habisnya dia tak menuruti omonganku. Sejujurnya, aku kangen sekali sama dia walaupun kami tiap hari bertemu. Tapikan, menjauh dengan orang yang kita sayang tuh engga enak banget kan?
Ih nyebelin. Seharusnya aku tidak bicara seperti itu, pakai segala ngejauhin Kapten Gilang lagi.
Lihat saja, pria itu malah berfoto bersama seniorku banyak diantara mereka yang meminta foto adalah perempuan. Seharusnya Kapten Gilang itu bisa menolaknya. Menyebalkan memang. Aku melihat aktivitas Kapten sok tidak peduli padahal sebenarnya aku tidak ingin Kapten di kelilingi oleh banyak perempuan. Aku bingung sekarang, masa iya aku menarik Kapten lalu mengajaknya pergi dari perempuan yang meminta foto, bisa-bisa Kapten mengejekku lagi. Kan malu.
"Engga ikut foto juga lo?" Tanya Cikka datang sambil memakan ice cream rasa vanila.
"Males" jawab singkat, padanganku beralih ke tempat lain dan tidak ingin melihat pria itu.
"Cie cemburu" goda Cikka.
Aku menoleh ke Cikka "paan sih, gak jelas banget"
"Kapten" Cikka melambai-lambaikan tangannya ke arah Kapten "Shila cemburu Kapt" tangannya menunjuk ke arahku.
Aku menatap Cikka tak percaya "Cikka, nyebelin banget sih kamu" lalu aku pergi meninggalkan Cikka yang tengah asik memakan ice creamnya.
"Bodo" hanya kalimat itu yang terakhir aku dengar.
Aku melangkahkan kakiku entah kemana, sejak tadi aku mengelilingi Halim tanpa tujuan dan pikiranku juga hanya tertuju ke Kapten.
"Ngepain sih aku mikirin Kapten, lagi pula sekarang kan dia lagi senang-senang sama cewek" batinku
Di hadapanku ada batu kerikil kecil "Ihh nyebelin banget" ucapku sembari menendang batu kerikil itu ke sembarang arah.
"Aduh"
"Astagfirullah" gumamku tak percaya sembari menutup mulutku menggunakan kedua tangan, karena batu kerikil yang aku tendang tepat mengenai jidat orang Serka Gunawan. Itu lo orang yang aku takuti di Halim, karena badannya yang besar dan hitam.
"Siapa ini yang ngelempar batu kerikil, keluar engga kamu?" Ucap Serka Gunawan dengan nada emosi.
Mendengar itu, mataku menoleh ke tempat lain dalam hati aku berdoa agar Serka Gunawan tidak menghampiriku. Seperti doaku saat ini belum di aamiin kan oleh malaikat, makanya Serka Gunawan menghampiriku.
"Eh bapak" ucapku yang dampak cengengesan ke arahnya. Dadaku terasa sesak ketika melihat badan Serka Gunawan yang besar dan wajahnya yang sangar.
"Kamu liat orang yang ngelempar batu ini tidak?" tanya Serka Gunawan sembari memperlihatkan batu kerikil itu padaku "di sekitar sini tidak ada orang lagi, selain kamu. Apa jangan-jangan yang ngelempar batu ini kamu ya?"
Baru juga menghembuskan nafas lega, eh Serka Gunawan malah memberikan pertanyaan yang membuatku sesak nafas.
"Eh Komandan" aku melambaikan tangan kananku ke arah belakangnya, Serka Gunawan menoleh. Kesempatan sekali, aku langsung lari darinya "maafin Shila pak"
"Shila jangan lari kamu" Serka Gunawan mengejarku.
"Kapten Gilang" kebetulan sekali ada Kapten Gilang yang tengah lewat dari seberang sana. Aku langsung menghampirinya dan mengumpat di balik badannya agar tidak ketahuan.
"Shila keluar tidak kamu"
"Kapt, tolongin aku. Aku tadi dikejar sama om Gunawan" ucapku masih mengumpat di balik badannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elang Biru
Short StoryAshila Cakra Nuella, wanita dari kesatuan TNI Angkatan Darat yang merupakan bagian dari baret merah Kopassus. Semenjak bertemu sekaligus berkenalan dengan sang Kapten Pnb. Gilang Pradana Dirgantara yang pindah dari Skadron Udara 3 dan menjabat sebag...