(19). Pasangan Berbeda

295 21 5
                                    

"kamu main ya di sana, Tante tunggu sini" Shila menunjuk ke tempat bermain anak-anak pada Lionil, ia pun mengangguk mengerti.

"Oke Tante" jawabnya.

Kali ini, selesai semua tugas-tugasnya Shila di suruh oleh ibu Komandan untuk mengajak main Lionil agar ia tidak bosan berada di aula terus. Melihat Lionil bermain bersama anak-anak lainnya Shila sangat senang sekali dan ini hanya latihan saja untuk ia punya anak nanti haha lucu.

"Hati-hati Lionil mainnya" teriak Shila melihat Lionil menaiki perosotan.

Cikka dan Dion melihat ke arah Shila dan juga Lionil, mereka menghampirinya untuk bergantian menjaga Lionil "Shila" panggil Cikka "kok Lo ada disini sih?"

"Iya, aku tadi di suruh sama ibu Komandan jagain Lionil" jawabnya.

"Yaudah, mendingan lo ke mess aja deh istirahat. Badan lo juga belum fit kan" Cikka menyuruhnya untuk beristirahat terlebih dahulu.

"Iya bener tuh, biar saya sama Cikka yang jaga Lionil. Urusan sama ibu Komandan biar saya yang ngomong nanti. Yang penting kamu istirahat dulu" Dion pun meneruskan ucapan Cikka.

"Hmmm" Shila berpikir sejenak.

"Gausah batu lo, nurut aja elahh" Cikka mulai jengkel dengan sahabatnya ini.

"Yaudah deh. Ingat ya kalian harus jaga Lionil dengan baik, jangan pacaran mulu, trus turutin aja kemauannya Lionil. Oke" ucap Shila dengan penjelasannya.

"Iya iya, udah sono lo istirahat. Inget ya ke mess bukannya belok liatin ibu-ibu Persit" Cikka menunjuk Shila agar mewanti-wanti dirinya.

"Siapa juga yang mau belok, yang ada pikiran kamu tuh yang belok" ucap Shila sebelum lari meninggalkan keduanya.

"Apa lo bilang?" Cikka tak terima dengan ucapan Shila yang membuat dirinya emosi.

"Udah udah" Dion menahan sang pacar, lalu ia mengambil sesuatu pada saku celana lorengnya "nih untuk kamu"

"Untuk aku nih? Makasih sayang" Cikka menerima coklat pemberian Dion dan ingin memeluknya. Namun pelukan itu di tolak Dion, karena disini terdapat anak kecil yang sedang bermain.

"Ih kok engga mau di peluk sama aku sih" Cikka cemberut.

"Bukan engga mau sayang, kamu engga liat di keliling kita" ucap Dion sok tidak peduli, padahal tangannya menggandeng Cikka.

"Dih lebay" ucap Shila di balik pohon memerhatikan keduanya yang sedang bermesraan. "Dikasih coklat aja bahagia, dikasih cincin dong kaya aku" Shila menunjukkan tangan kanannya yang sudah ada cincin hasil pemberian dari Galuh ke arah mereka tanpa mereka sadari.

Tidak lama Shila akhirnya pergi dari tempat sembunyiannya. Ia berjalan menuju messnya, seperti permintaan Dion dan Cikka. Walaupun matahari saat ini belum berada di puncak kepalanya, tetapi tetap saja cuaca sangat panas. Keringat di keningnya bercucuran dan kepalanya juga pusing, di tambah sekitar sini sepi sekali. Tidak ada satupun orang-orang yang lewat.

Ia merasa tak kuat untuk lanjut berjalan, akhirnya ia duduk di pinggir jalan dan menundukkan kepalanya agar rasa pusingnya berkurang.

Shila tak sadar, jika di hadapannya kini ada seseorang yang sedang memperhatikan.

"Kok engga panas lagi ya" Shila heran dengan cuaca saat ini, akhirnya ia mendongak ke atas dan melihat Galuh sudah tersenyum kepadanya.

Shila langsung berdiri dan mencium tangan calon suaminya itu "assalamualaikum mas?"

"Waalaikumsalam" ucap Galuh "panas-panas kenapa ada di sini?" Tanya Galuh melihat keringat di kening Shila bercucuran.

"Biar sehat mas" jawab Shila dengan cengirannya.

Elang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang