Hari-hari afizal masih sama seperti hari sebelumnya sekolah dan bekerja paruh waktu di toko sembako ibu tiwi, hingga tiba dimana ia mengamen lagi di hari libur, seperti hari sabtu & minggu ini.
Sabtu pagi ini cuaca cukup bersahabat karena tidak panas, tidak juga mendung, hari ini afizal mengamen sedikit jauh dari alun-alun subang, karena ingin mendapatkan uang yang lebih banyak lagi, ia mengamen disekitar an mall dan kampus, mamasuki menjelang ashar ashar, afizal ke Gor Guna Faizal untuk membersihkan seluruh ruangan yang ada di Gor Guna Faizal termasuk lapangan futsal, setelah selesai ia langsung pulang ke kontrakan nya menjelang maghrib, tidak ada pertemuan bersama teman-temannya, karena memang hanya di hari Minggu mereka berkumpul di Gor Guna Faizal ini.
Sesampainya di dalam kontrakan, faizal meletakkan gitar di samping meja belajar, bergegas membersihkan diri dan menunaikan kewajiban sholat nya.
Afizal duduk dimeja belajar dan menghitung hasil uang yang didapatkan nya mengamen hari ini, afizal merasa bersyukur karena hari ini mendapatkan uang sekitar 80 ribu dari hasil mengamen hari ini, ia pun menyimpan uang itu dicelengan, setelah nya afizal ke dapur dan bersiap menyantap makanan lalu tidur dengan nyenyak.
Ke esoka nya afizal mengamen lagi, hari ini ia akan mengamen di sekitar an sekolahnya yang memang dekat dengan alun-alun subang, agar ia juga tidak cape berjalan ke Gor Guna Faizal siang nanti.
Mengamen di cuaca yang mendadak mendung dan seperti nya akan turun hujan, afizal pun bergegas ke Gor Guna Faizal namun sebelum sampai ke sana, hujan lebih dulu turun ke bumi yang dipijaknya, akhirnya ia memutuskan berteduh di salah satu warung yang sudah tutup, saat afizal berteduh tak lama ada seorang perempuan dengan pakaian yang kurang bahan ikut berteduh, sesaat mereka tak mengenali satu sama lain karena tidak melihat wajah satu sama lain, namun saat mendadak petir menggema kan suara
Duar
"Aaaaaa..... "wanita itu menjerit histeris yang tak lain adalah Fafa.
Fafa merapatkan diri didekat afizal dan tak sengaja menyenggol lengan afizal, saat fafa menengok ke arah afizal, ia terkejut."Lo.. " ucap fafa, namum afizal hanya melirik tanpa berniat berbicara sedikit pun.
"Lo ngapain disini?" Tanya fafa, namun afizal tetap diam dan menatap hujan yang semakin deras dan awan yang semakin gelap, padahal ini masih siang hari,.
"Lo budeg ya, oh atau mendadak bisu?" Desis fafa, kali ini afizal menengok ke arahnya dan berdesis "berisik".
"Terus kenapa kalo gue berisik, nggk suka lo, gue kan punya mulut buat ngomong, nggk kaya lo, punya mulut nggk di pake, so col lo" jawab Fafa menantang.
"Lo mending diem, banyak bacot" jawab sinis afizal tanpa menoleh kearah fafa.
Fafa pun diam, namun matanya melirik gitar berukuran kecil yang dipegang lelaki itu, ia pun melontarkan pertanyaan lagi
"Lo jadi pengamen?" Tanya Fafa, karena kebanyakan laki-laki membawa gitar berukuran besar jika memang ingin dimainkan sendiri, namun afizal diam dan tidak menggubris pertanyaan wanita yang memang membuat afizal muak setiap kali melihatnya.
"Ya ampun kasian banget sih, kalo gak mampu sekolah di tempat yang bagus, mending sekolah di tempat biasa aja atau yang gratis gitu".
namun ejekan yg dilontarkan wanita itu membuat afizal sakit hati dan menoleh ke arah.
"Gue emang pengamen, tapi gue bisa sekolah pake uang hasil sendiri, sedangkan lo, lo aja masih minta sama orang tua" ucap afizal
"Heh, gue bayar sekolah juga pake uang sendiri, tapi gue nggk jadi pengamen kek lo supaya bisa bayar sekolah" balas fafa
Afizal melirik sinis pakaian fafa yang kurang bahan.
"Gue bayar sekolah dengan cara ngamen dan itu halal, sedangkan lo, lo bayar sekolah dengan cara apa? jual diri?" Afizal berkata tanpa memikirkan perasaan perempuan yang ada didepannya, padahal afizal termasuk orang yang sabar dan bisa menahan emosi, mungkin karena terlalu muak dengan perempuan yang didepannya membuat afizal tanpa berfikir saat mengatakan hal itu.
"Sialan Lo" fafa berteriak marah pada afizal, suaranya terendam karena derasnya hujan.
Plak
Lagi, fafa menampar afizal, namun kali ini afizal tidak tinggal diam, rasa tamparan itu tidak berefek apa-apa pada afizal, entah apa yang merasuki afizal, hingga ia pun menarik tangan fafa dan menghempaskan ke tengah-tengah hujan, hingga membuat pakaian fafa basah terguyur hujan.
"Kalo lo nggk jual diri, terus lo bayar sekolah dengan cara apa? merayu om-om atau... Lo simpanan sugar daddy?" afizal menatap sinis fafa yang pakaian nya sudah basah.
Sedangkan fafa hanya diam dengan mata yang memerah, bibir yang bergetar dan pucat, tangannya mengepal karena marah dan kedinginan, hingga ia jatuh pingsan tak sadarkan diri.
Afrizal yang melihat itu sontak kaget dan membawa fafa ala bridal style kembali di warung tempat nya berteduh, afizal merutuki dirinya sendiri karena perbuatannya yang keterlaluan, hingga membuat ia dalam masalah.
Afizal mengeluarkan handphone nya dan menelpon faizal, meminta bantuannya untuk datang ke tempat afizal saat ini menggunakan mobil, karena masih hujan deras.
Hanya butuh 5 menit, afizal bisa melihat mobil faizal, tanpa membuang waktu afizal membawa fafa ke mobil faizal sembari membawa gitarnya, mereka pun bergegas pergi membawa fafa ke klinik terdekat.
Tanpa mereka sadari, sedari fafa berteduh di warung bersama afizal, laki-laki yang bernama fazo membuntuti fafa sedari fafa pergi tadi, fazo melihat kejadian itu dan tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIPAN HATI (END)
Teen Fiction"Ngapain sih lu segala nolongin gue, gue nggk butuh bantuan lu, jauh-jauh sana, jijik gue deket sama pengamen kek lu" ~Zalifa Dinanti~ "lain kali kalo di tolongin itu bilang makasih, bukannya malah di maki-maki" ~Muhammad Afizal~ "Lagian siapa yang...