TH 28

345 17 0
                                    

Fafa masih terisak di pelukan afizal, afizal mengelus pelan punggung fafa menggunakan tangan kanannya, karena tangan kirinya ia gunakan untuk mematikan kompor yang yang sedang menyala, setelah itu afizal menuntun fafa untuk duduk di kursi meja makan, fafa menuruti langkah afizal, fafa duduk di sana, sedangkan afizal kembali ke kompor yang diatasnya sudah ada panci kecil berisi mie buatan fafa, afizal menyajikan mie dan isiannya kedalam piring yang sudah terisi bumbu mie, lalu mengambil air mineral di atas kulkas, membawa sepiring mie dan air mineral itu untuk fafa yang duduk diam di meja makan.

"Makan dulu ya" ucap afizal lembut, meletakkan sepiring mie+isiannya dan air mineral di depan fafa, namun fafa hanya terdiam dengan pandangan kosong menatap kedepan.

Afizal yang melihat fafa seperti itu pun ikut duduk disamping fafa, tangannya terulur mengelus punggung tangan fafa.

"Makan ya? aku siapain mau?" Tanya afizal, walaupun tangan kanannya terasa nyeri, afizal akan menahannya demi bisa menyuapi fafa.

Namun, fafa hanya diam, bahkan tak menoleh ke arah afizal, afizal faham  jika fafa takut dirinya tak diterima keluarga nya saat mengetahui jika fafa hamil.

Afizal mengelus perut fafa dengan tangan kirinya.

"Sehat-sehat ya, jangan buat mama sedih" ucap afizal lirih kepada anaknya yang berada di dalam perut fafa.

Fafa yang merasakan elusan lembut diperutnya, menoleh ke arah afizal yang masih setia mengelus perutnya dan menatap anaknya yang sedang dikandungnya.

Fafa menatap afizal yang begitu sayang pada janin yang dikandungnya, sedangkan dia sendiri yang mengandung justru tak menyayangi janin itu, fafa merenung menatap afizal dan tersadar saat perutnya berbunyi.

Afizal yang mendengar bunyi perut fafa pun menoleh ke arah fafa.

"Aku buatin mie yang baru ya, mie yang ini udah keburu dingin" ucap afizal lembut yang hendak beranjak membawa sepiring mie itu terhenti, kala fafa memegang sendok dan garpu untuk siap memakan sepiring mie.

"Aku mau makan mie ini aja, nggk mau yang baru" ucap fafa pelan, lalu menyantap sepiring mie dalam diam, afizal hanya mampu memperhatikan fafa yang sedang makan hingga selesai.

Waktu sudah menunjukkan jam 3 malam, afizal mengantar fafa sampai kamarnya, keduanya pun melanjutkan tidur yang tertunda.

Pagi-pagi buta fafa bangun karena merasa mual, karena kamar di vila tak menyediakan kamar mandi di dalam kamar, fafa berlari ke kamar mandi yang berada di dekat dapur, suara muntahannya terdengar hingga membangunkan afizal yang masih tertidur pulas.

Afizal bergegas menghampiri fafa yang sedang memuntahkan isi perutnya, afizal memijit tengkuk leher fafa dengan lembut tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus perut fafa.

"Hei, Jangan nakal ya, kasian mama nya" afizal mencoba berbicara pada anaknya yang berada di dalam perut fafa.

Fafa mendadak terduduk lemas, sembari menangis fafa mencurahkan rasanya mual nya, afizal membawa Fafa kepangkuan nya.

"Capek, rasanya nggk enak banget perut" fafa menangis lirih lantaran lemas.

"Maaf" ucap afizal pelan yang tak hentinya mengelus-elus perut fafa sekaligus mengajak bicara janin itu agar tidak membuat fafa mual.

Hiks

Hiks

Hiks

Tangisan fafa terdengar hingga ke ruang tamu, membuat faizal, marji, coki pun yang sedang tertidur pun terbangun, mereka mencari suara itu, namun saat tau jika suara itu berasal dari kamar mandi yang sedang fafa gunakan, mereka mencoba menghiraukan dan duduk di ruang tamu.

Tak lama safya dan aca seperti orang kebingungan mencari fafa, namun saat safya dan aca mendengar tangisan dari kamar mandi, mereka pun mengerti, safya dan aca pun bersiap memasak untuk sarapan pagi, tak lupa membuat bubur dan teh hangat untuk fafa, setelah semua makanan sudah matang, safya dan aca menyajikan di ruang tamu untuk mereka semua sarapan.

Saat semuanya sudah duduk di ruang tamu menunggu afizal dan fafa yang masih di kamar mandi, tak lama pintu kamar mandi terbuka, afizal membopong fafa yang tak bertenaga, saat hendak melewati faizal, marji, coki, safya dan aca di ruang tamu.

"Kalian sarapan aja lebih dulu, gue sama fafa bisa nanti" afizal pun melewati ruang tamu dan menuju kamar fafa, membaringkan tubuh fafa di ranjang.

Fafa terlelap tidur setelah kelelahan memuntahkan isi perutnya dan menangis.

Afizal beranjak dari kamar fafa, ia akan makan dan minum obat lebih dulu agar rasa nyeri di punggungnya membaik, afizal duduk di ruang tamu, afizal melihat yang lainnya sudah menyelesaikan makanannya, afizal bergabung dengan mereka dan mulai menyantap makanan, setelah semuanya selesai dengan kegiatan makannya begitupun afizal.

"Hari ini kita balik ke rumah masing-masing, gue yang bakal nganterin fafa, thanks udah bantu gue sama fafa" ucap afizal pada temannya dan teman fafa

"Lu pake mobil gue aja zal nganterin fafa nya, biar yang lain gue anterin pulang pake mobil marji atau coki" ucap faizal menatap afizal dan menatap yang lainnya, mereka mengangguk menyetujui perkataan faizal.

"Kalo gitu kita siap-siap dulu ya" ucap safya beranjak berdiri dan berlalu dari ruang tamu di ikuti aca.

Safya dan aca sudah mengemasi barang-barang nya, safya dan aca diantara kan pulang oleh marji dengan mobil marji, sedangkan faizal dan coki pulang dengan mobil coki, karena rumah faizal dekat dengan rumah coki.

Setelahnya semua berkumpul di mobil masing-masing yang sudah di siapkan.

Afizal menggunakan mobil faizal untuk mengantarkan fafa, karena fafa masih lemas, afizal membopong fafa dan di tidurkan kembali di jok samping pengemudi, afizal bergegas menuju jok pengemudi dan menjalankan mobil, berlalu meninggalkan vila, begitupun denga mobil marji dan coki.

Di persimpangan jalan, mobil mereka berpencar dengan tujuan mereka masing-masing.

Sebelum afizal mengantar kan fafa ke rumahnya, afizal mampir terlebih dahulu ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan fafa.

TITIPAN HATI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang