TH 12

250 20 0
                                    

Minggu pagi yang cerah ini, mereka sarapan bersama kedua orang tua dan adik faizal, di meja makan di isi dengan berbagai macam makanan, afizal merasa bersyukur memiliki teman yang tak pandang harta, hingga ia diterima baik oleh teman-temannya juga keluarga dari teman-temannya.

"Ayo silahkan dimakan" ucap mamah faizal bersemangat.

Afizal, marji dan coki mengangguk dan tersenyum, mereka pun makan dengan khidmat, setelah selesai sarapan barulah acara ngobrol-ngobrol santai, mamah afizal dan gina lebih dulu sibuk dengan aktivitas nya masing-masing, yang tersisa di meja makan hanya para laki-laki.

"Jadi kemarin ada apa iz?" tanya papah faizal.

"Itu cuma salah paham aja pah" jawab faizal.

"Tapi muka kalian bonyok gitu, apalagi afizal, dia yang lebih parah dari kamu dan coki iz" papah faizal merasa heran karena muka afizal terlihat memprihatinkan.

"Ya gak tau pah, mungkin yang mukul afizal lebih jagoan kali" jawab faizal santai, karena harus menutupi rasa gugupnya saat papahnya banyak bertanya.

"Itu muka marji gak bonyok, gimana ceritanya" ucap papah faizal.

"Marji sewaktu ada penyerangan memilih duduk santai om, kalo misalkan mereka K.O baru marji bantu" ucap marji yang di iringi kekehan.

"Bisa saja itu teman kamu iz" papah faizal ikut terkekeh.

"Ya sudah papah ke ruang kerja dulu iz dan kalian bersantai-santai aja, om tinggal ya" ucap papah faizal berpamitan pada anaknya dan teman-temannya.

Tak lama Afizal, coki dan marji pamit pulang dan diantar oleh faizal, faizal lebih dulu mengantarkan coki, karena rumah coki berada di sebelah rumah kompleknya, lalu mengantarkan marji di perkomplekan dekat alun-alun, setelahnya faizal mengantarkan afizal.

***

Setelah afizal sampai di kontrakan nya, ia pun segera bersiap untuk mengamen, masih ada waktu untuk mengamen dan melanjutkan kerja di Gor Guna Faizal.

Afizal mengamen di dekan alun-alun, lalu melanjutkan pekerjaan di Gor Guna Faizal hingga menjelang sore hari, setelahnya ia pulang ke dalam kontrakan, afizal tak mengetahui bahwa aktifitas nya hari ini di ikuti oleh fazo.

Pagi ini afizal sudah berada dikelasnya, keadaan sekolah masih sepi hanya beberapa orang yang sedang piket yang sudah berada di kelasnya, beberapa menit kemudian faizal datang disusul marji dan coki.

Jam belajar dimulai, hari ini jam pelajaran matematika, yang membuat otak berasa di atas kompor, apalagi ada ulangan dadakan di akhir pelajaran hingga bel istirahat.

Di kantin mereka makan dengan khidmat, setelah makan mereka bermain game di kantin selagi menunggu bel berbunyi, tak lama terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah meja afizal, ternyata sosok fafa tanpa teman-temannya menghampiri afizal yang sedang bermain game.

"Heh, lu ikut gue sekarang" sentak fafa menunjuk afizal, aksi fafa itu membuat seisi kantin menatap ke arahnya, karena tak biasa nya fafa berurusan dengan laki-laki.

"Gue?" Afizal berdiri dan menunjuk dirinya sendiri, karena merasa heran, kenapa fafa mengajaknya.

"Iya lu, lu budeg ya" sewot fafa.

"Ada perlu apa?" Tanya afizal.

"Ikut gue sekarang" ucap fafa.

"Ngomong aja disini" sahut marji.

"Gue cuma mau ngomong berdua sama nih orang" sinis fafa menatap marji dan menunjuk afizal.

"Buruan" ucap fafa berlalu pergi lebih dulu.

Afizal pun menuruti keinginan fafa, berpamitan kepada temannya "gue pergi dulu, kalian duluan aja ke kelas", setelannya afizal mengikuti langkah fafa.

Fafa berhenti di danau belakang sekolah, ia lalu membalikkan badan menghadap afizal, lalu berkata "gue harap lu lebih hati-hati, sekarang fazo lagi ngincer lo, karena lu nolongin gue dan buat rencana dia berantakan".

"Lu ngomong apa" afizal bingung dengan perkataan fafa.

"Lu benar-benar budeg ya, gue bilang hati-hati sama fazo, karena sekarang dia lagi ngincer lu" ucap fafa menatap afizal.

"Fazo siapa? Kenap gue harus berhati-hati sama dia?" Tanya afizal.

"Dia orang yang pernah tampar gue di dekat sekolah dan yang pernah pukul gue di jalanan, karena lu nolongin gue, dia jadi ngincar lu juga" jawab fafa.

Afizal akhirnya mengetahui siapa laki-laki itu, kini dirinya harus lebih berhati-hati lagi, afizal tak menyangka bahwa dirinya yang berniat menolong justru menjadi incaran musuh fafa.

"Dari mana lu tau dia ngincer gue?" Tanya afizal.

"Gue liat lu kemarin di cafe lagi berantem sama fazo dan temannya" fafa memang sedang berada di lingkungan cafe bersama teman-teman nya, saat itu banyak orang yang berlarian dan mengatakan ada yang berkelahi, fafa pun penasaran dan saat melihat kejadian itu, fafa langsung cepat-cepat pulang, karena takut fazo mengetahui jika fafa berada disana.

"Kalo gitu gue duluan" ucap afizal berbalik badan, namun langkah nya terhenti saat fafa mengatakan sesuatu.

"Fazo terobsesi buat hancurin kehidupan kaka gue, gue gak pernah kasih tau perilaku dia ke gue sama siapapun, bahkan ke kaka gue, karena gue terlalu takut untuk bilang ke siapapun, gue takut orang-orang disekeliling gue terluka karena gue, gue harap lu paham apa maksud gue bilang ini ke lo" fafa melanjutkan langkahnya meninggal kan afizal yang membeku di tempat.

Afizal yang melihat fafa yang sudah melangkah lebih dulu pun hanya diam, afizal menghela nafas lalu melanjutkan langkahnya kembali ke kelas.

Jam pulang pun tiba, afizal berpamitan pada teman-temannya untuk pulang duluan, afizal pun sebelum pulang mampir ke toko bu tiwi dipasar, karena ada hal yang ingin disampaikan, sesampainya afizal di toko bu tiwi, afizal mengutarakan niat nya untuk berhenti bekerja dan memberikan penjelasan bahwasanya ia ingin fokus sekolah dan pekerjaan di hari libur saja, bu tiwi tidak keberatan akan hal itu, afizal akhirnya bisa bernafas lega, ia pun pamit pada bu tiwi dan bergegas pulang.

TITIPAN HATI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang