Keadaan kamar hotel yang di tempati fafa dan afizal seketika hening setelah di tinggalkan oleh fazo dan teman-temannya, namun beberapa menit kemudian mereka berdua dirundung rasa panas yang menjalar di seluruh tubuh, hingga entah siap yang lebih dulu menyerang dan berakhir di ranjang, mereka melakukan hubungan badan yang seharusnya tak mereka lakukan.
Keduanya masih berhubungan badan hingga waktu menunjukkan pagi hari, seperti nya obat yang diberikan fazo dan teman-temannya benar-benar membuat mereka melakukan hubungan badan dalam waktu yang lama, hingga tengah malam barulah mereka menghentikan pergulatan mereka dan tertidur, entah esok hari akan terjadi seperti apa, mereka bergulat 1 hari 1 malam dan sudah terhitung 2 hari terkurung di tempat ini.
Keesokan harinya menjelang ashar afizal lebih dulu membuka mata dari tidurnya, ia merasa sakit di sekujur tubuhnya, saat matanya menatap ke arah samping nya, ia terkejut dengan keadaan fafa yang memprihatinkan dan tak berbusana, afizal baru menyadari jika dirinya sedang dikurung oleh fazo, ia mengumpat dalam hati karena merasa kecolongan.
Dengan sekuat tenaga afizal bangun dalam keadaan telanjang dan menutupi tubuh fafa dengan selimut, perhatian nya teralihkan saat melihat bercak darah, itu artinya fafa dalam keadaan suci, afizal menghela nafas, dirinya merasa lebih brengsek dan bajingan karena telah merenggut kehormatan perempuan.
Setelah menutupi fafa dengan selimut, afizal melangkah dengan pelan ke kamar mandi dan berendam air hangat, karena air hangat dapat sedikit meringankan rasa sakit di sekujur tubuhnya, setelah dirasa lebih baik, afizal bergegas membasuh diri dan keluar kamar mandi, memakai pakaian kemarin, ia baru tersadar bahwa dirinya membawa handphone, dia pun mengirim pesan kepada faizal dan memintanya untuk membawakan pakaian yang pas untuk dirinya dan fafa ke hotel "Guna Faisal" yang berada jauh dari perkotaan, setelah meng-share loc ke faizal, afizal terduduk di sofa sembari menundukkan kepalanya, ia meneteskan air mata, pikiran sekarang benar-benar kalut, ia merasa bersalah dan brengsek, afizal menangis dan menutup wajah dengan kedua tangannya.
Setelah tenang ia pun mendongak menatap fafa yang tak kunjung sadar, ia pun menghampiri fafa dan terkejut karena baru menyadari bahwa Fafa tak sadarkan diri, wajahnya pucat pasi, saat afizal meletakkan tangannya di kening fafa, terasa sangat panas tak lama fafa membuka mata dan tubuhnya menggigil, afizal bingung harus apa, kemudian afizal menarik selimut dan membelitkan ke sekujur tubuh fafa, ia menelpon faizal agar segera cepat datang, bahkan afizal tanpa sabar membentak faizal.
Selang 2 menit akhir nya pintu kamar terbuka, menampakkan sosok faizal yang datang dengan nafas yang tersengal-sengal, tanpa banyak kata afizal membopong fafa yang terbalut selimut keluar dari kamar dan bergegas ke mobil faizal yang berada di depan
"Buruan iz" bentak afizal sambil berjalan ke arah mobil faizal, sedangkan faizal yang dibentak pun sontak berlari dan masuk ke dalam mobil, disusul afizal yang sudah masuk mobil.
Faizal membawa mobil dengan kecepatan diatas rata-rata, hanya butuh 4 menit untuk sampai di 'RS Syafiah' RS yang terdekat dari hotel, afizal turun dan berlari seperti orang kesetanan, ia sampai berteriak sepanjang lorong
"Suster, dokter" teriak afizal
Suster dan dokter yang mendengar pun langsung memberi arahan kepada afizal untuk meletakkan perempuan itu ke brankar, suster lalu mendorong brankar itu ke dalam UGD, saat afizal ingin masuk ke UGD, suster lebih dulu memberikan bahwa tidak ada yang boleh selain suster dan dokter.
Afizal duduk lesehan didepan UGD, ia tak memperdulikan penampilan ataupun suster dan dokter yang berlalu-lalang, pikiran benar-benar rancu, ia bingung harus mengatakan apa pada orang tua Fafa, pikiran nya pun teralihkan saat faizal menghampiri nya dan duduk disebelah afizal, memberikan paper bag yang berisi ,pakaian untuk afizal dan fafa.
"Lu ganti baju dulu zal" ucap faizal pelan.
"Gue masih mau disini" lirih afizal, afizal menundukkan kepalanya disela-sela kedua kakinya yang menekuk, dirinya menangis tanpa suara, faizal yang mengerti pun memilih pergi untuk menghubungi marji dan coki agar segera kesini, setelahnya faizal berjalan menuju bagian administrasi untuk mengurus biaya perawatan fafa, karena afizal pasti lupa untuk mengurus administrasi nya, setelah faizal membayar administrasi fafa, faizal pun kembali menghampiri afizal, namun bedanya faizal duduk di ruang tunggu dekat ruang UGD.
Selang beberapa lama marji dan coki datang dengan tatapan heran dan rasa penasaran, namun urung karena melihat kondisi yang tak terkendali dan memilih duduk di dekat faizal, dari kejauhan marji dan coki melihat afizal yang duduk dengan penampilan yang kacau, namun mereka tetap diam dan tak berucap apa-apa
Selang set jam menunggu, akhirnya dokter dan suster keluar dengan mendorong brankar fafa, afizal sontak berdiri dan mengikuti mereka hingga sampai di dalam ruang inap 'Tulip VVIP' dan fafa dipasangkan alat bantu pernafasan.
Afizal berjalan pelan ke samping brankar fafa, ia benar-benar merasa bersalah hingga tak sadar meneteskan air mata, hal itu dilihat oleh ke tiga temannya.
Afizal memegang punggung tangan fafa dan berucap "maaf" lirihnya.
"Apa ada yang bisa menghubungi keluarganya? saya ingin menjelaskan tentang keadaan pasien" ucap dokter menatap mereka berempat.
"Saya yang bertanggung jawab atas semua ini dok, dokter bisa jelaskan semuanya kepada saya" ucap afizal dengan suara serak karena terlalu banyak menangis dan belum mengonsumsi apa-apa sedari kemarin.
"Baik ikut ke ruangan saya sekarang" ucap dokter, berlalu pergi di ikuti suster dan afizal.
"Gue titip dia" ucap afizal kepada ke tiga temannya dan diangguki oleh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIPAN HATI (END)
Teen Fiction"Ngapain sih lu segala nolongin gue, gue nggk butuh bantuan lu, jauh-jauh sana, jijik gue deket sama pengamen kek lu" ~Zalifa Dinanti~ "lain kali kalo di tolongin itu bilang makasih, bukannya malah di maki-maki" ~Muhammad Afizal~ "Lagian siapa yang...