TH 30

400 20 2
                                    

Tinggal lah afizal dan fafa yang sedang menangis, afizal menghampiri fafa dengan kaki pincang dan tubuh yang lebam-lebam, afizal memeluk fafa, mengelus lembut punggung fafa yang bergetar karena menangis tersedu-sedu.

"Semua akan baik-baik saja" ucap afizal lirih, afizal memeluk fafa lebih erat, hingga tak lama fafa tak sadarkan diri dipelukan afizal, afizal yang merasakan tubuh fafa melemas pun panik.

"Om, tante, ka, tolong fafa" afizal berteriak panik meminta tolong kepada orang tua dan kaka fafa yang berada dirumah ini untuk membantu fafa, namun orang tua dan kaka fafa tak kunjung datang.

Afizal dengan kaki pincang dan sakit disekujur tubuhnya mencoba membopong tubuh fafa, afizal meneteskan air mata menahan sakit luar biasa pada seluruh tubuhnya saat berhasil membopong fafa keluar rumah, afizal dengan pelan berjalan keluar rumah, hingga sampai di depan mobil, afizal berteriak meminta satpam yang bertugas membukakan pintu mobil penumpang, satpam pun bergegas berlari ke arah mobil afizal dan membukakan pintu untuk fafa yang tak sadarkan diri, afizal berterima kasih kepada satpam, satpam hanya mengangguk dan meringis melihat afizal yang babak belur dengan kaki pincang dan darah yang mengalir dari punggungnya, afizal segera ke jok pengemudi dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah fafa, afizal menuju rumah sakit terdekat yang berada di dekat komplek perumahan fafa.

Tanpa afizal dan fafa ketahui, orang tua dan kaka fafa melihat kejadian sedari afizal memeluk fafa, membopong fafa yang pingsan hingga ke luar rumah, mereka sengaja tak menyahuti atau membantu afizal saat fafa tak sadarkan diri, karena mereka sudah merasa keputusan untuk menggugurkan kandungan fafa sudah benar.

Mobil yang ditumpangi afizal dan fafa berhenti di depan rumah sakit, afizal bergegas keluar dari dalam mobil dan berjalan ke arah suster yang sedang berjalan di dalam rumah sakit.

"Sus tolong, teman saya pingsan" teriak afizal kepada suster dari jarak 10 meter, suster yang mendengar itu bergegas menghampiri afizal dengan membawa kursi roda.

Afizal menunggu didepan ruang rawat inap fafa dengan gelisah, afizal bahkan belum mengobati lukanya, hingga terdengar pintu terbuka, dokter keluar dari ruang rawat inap fafa.

"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya afizal sarat akan kekhawatiran.

"Kondisi janinnya melemah, tekanan darahnya rendah, sebaiknya bapak bisa lebih memperhatikan kondisi sang istri, agar tidak tertekan atau stress, karena hal itu berdampak pada bayi yang dikandungnya" jawab dokter.

"Terimakasih dok" dokter berlalu dari sana, afizal melangkah masuk ke dalam ruang inap fafa.

Lagi, afizal melihat fafa dengan kondisi yang seperti ini, terbaring di rumah sakit, padahal fafa baru saja keluar dari rumah sakit sehari yang lalu. apakah keputusan nya mempertahankan anaknya salah? hingga membuat banyak orang yang terluka lahir dan batinnya.

Afizal duduk di samping fafa, menggenggam erat tangan kiri fafa dengan kedua tangannya dan meletakkan di dahi afizal, afizal menangis tersedu-sedu saat menerawang setiap kejadian yang membuat fafa dan yang lainnya terluka. Haruskah afizal membiarkan anaknya pergi? Sekarang afizal merasa dilema dengan keputusannya, di satu sisi ia ingin memiliki keluarga dengan mempertahankan anaknya yang berada di dalam perut fafa, tapi di sisi lain anaknya membuat fafa dan semua keluarga fafa terluka.

Setelah lelah menangis, afizal tertidur dalam keadaan duduk.

Tengah malam afizal terbangun dari tidurnya, afizal menatap fafa yang belum sadarkan diri, afizal memilih membersihkan diri di kamar mandi yang berada di ruang inap fafa ini.

Setelah membersihkan diri afizal melirik jam rumah sakit ternyata sudah jam set 1 malam, afizal ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menunaikan sholat sunah, afizal ingin mengadu kepada rabb nya.

Afizal menunaikan shola sunah tanpa beralaskan sajadah, ia menunaikan sholat dengan khusyu hingga selesai, afizal beristighfar, mengadahkan kedua tangannya dan menunduk.

'ya Allah, yang maha pengasih dan penyayang, ampuni segala dosa yang telah ku perbuat, maafkan segala kesalahan yang telah ku perbuat, jika memang anak yang kau titipkan di rahim fafa tidak bisa hidup di dunia ini, aku ikhlas ya Allah' doa afizal dalam hati.

Isak tangis afizal disetiap doa yang ia panjatkan, ia akan mengikhlaskan titipan Allah, buah hati nya jika kelak tidak dapat hidup di dunia, ia tak akan lagi memaksa buah hatinya untuk tetap mempertahankan, afizal akan berusaha ikhlas merelakan buah hatinya.

"Aku ikhlas ya Allah"

"Aku ikhlas"

Afizal berucap lirih dan pelan diantara isak tangis nya saat mengucapkan kata ikhlas, afizal menutup wajah dengan kedua tangannya dan menangis tersedu-sedu.

Selesai berdo'a dan merasa lebih tenang afizal beranjak mendekati fafa, duduk di samping brankar fafa, mengusap dahi fafa dengan lembut, afizal akan mengikhlaskan jika orang tua fafa akan menggugurkan anaknya yang berada di rahim fafa.

TITIPAN HATI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang