TH 20

322 19 0
                                    

Hingga sore hari afizal tetap berdiri didepan rumah fafa, banyak orang-orang yang berlalu-lalang depan rumah Fafa pun melirik ke arahnya, afizal tak memperdulikan itu, ia tak perduli orang-orang menganggap nya gembel ataupun gila.

Hingga malam hari, afizal tetap berdiri disana, ia berharap bisa bertemu dengan fafa, namun sepertinya ia benar-benar tak ada kesempatan untuknya bertemu Fafa, afizal melihat jam di ponselnya, sudah jam 8 malam, afizal tetap disini hingga pagi hari, selama itu afizal tak beranjak pergi kemana-mana dan tak memperdulikan suara perutnya yang meminta di isi, ia hanya fokus ke rumah fafa.

Sekitar jam 11 malam afizal dengan mata kantuknya melihat mobil berwarna hitam masuk ke dalam halaman rumah itu, afizal hanya diam dan memperhatikan, ia melihat 2 orang paruh baya seumuran papah, mamahnya faizal keluar dari mobil dan melangkah masuk ke rumah itu, yang afizal yakini jika ke dua orang tersebut orang tua fafa

Tak berselang lama satpam menghampiri afizal dan mengatakan jika afizal diperbolehkan masuk, kantuk yang menyerang afizal langsung bilang, afizal pun masuk dalam keadaan senang karena akhirnya ia bisa segera bertemu Fafa lagi.

Afizal mengikuti pak satpam hingga masuk kedalam rumah itu, sesampainya afizal di ruang tamu, pak satpam pamit undur diri, afizal sendiri bingung harus apa karena tak ada siapa-siapa di ruang tamu itu, hingga ia mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya, afizal pun menoleh ke arah suara itu.

"Kamu yang memperkosa anak saya?" tanya seorang paruh baya datang bersama alif dibelakang nya.

"Iya om" jawab afizal menunduk dan menganggukkan kepala.

Plak

"Brengsek" bentak ayah fafa menampar pipi afizal, lalu menarik baju bagian dada afizal dan meninjunya.

Bugh

Bugh

Bugh

Afizal hanya diam ditampar, dipukuli ataupun di tendang, sungguh afizal seperti merasa sudah kebal dengan perlakuan seperti itu, jika di tanya sakit, jelas sakit, tapi afizal tak meringis ataupun mengeluh, ia hanya lemas karena seharian belum memakan apapun, hingga entah pukulan yang keberapa, hingga ia tak kuat menahan lemas dan tak sadarkan diri.

***

Saat afizal membuka mata, netranya tak melihat satu orang pun, ia pun beranjak duduk dan merasakan sakit disekujur tubuhnya, namun ia tetap beranjak duduk, lalu berdiri untuk keluar dari kamar yang entah milik siapa, afizal mencari jalan keluar hingga menemukan tangga mengarah ke lantai dasar, ia pun turun dengan perlahan, karena ia melihat orang tua fafa dan alif sedang berada di meja makan, afizal tak tau sekarang jam berapa, tapi sepertinya sekarang sudah pagi menjelang siang hari, afizal tak berniat sekolah terlebih dahulu, karena hal sekarang yang lebih penting adalah fafa.

Mereka yang dimeja makan menghiraukan kehadiran afizal, afizal pun mengerti, afizal menghampiri mereka untuk berniat pulang lebih dulu, karena afizal tau jika orang-orang akan sibuk di pagi hari karena harus bekerja.

"Hm.. om, tante, ka, saya pamit pulang, terimakasih karena sudah menolong saya, saya minta maaf, permisi" ucap afizal sambil menunduk, afizal berlalu meninggalkan kediaman fafa dengan berjalan pelan, karena luka nya dalam masa penyembuhan, afizal bahkan sesekali berhenti melangkah demi menahan rasa sakit di sekujur tubuh nya yang terasa kebas.

Cuaca hari ini mendung, mewakili perasaan afizal yang sedang dirundung sakit karena belum bisa berbicara secara langsung dengan fafa, saat afizal berjalan menuju keluar gerbang, hujan perlahan turun hingga hujan menjadi deras, afizal tetap berjalan menerobos derasnya hujan, karena hujan afizal merasa lega karena tak merasakanasa sakit yang digantikan dengan rasa dingin yang menusuk kulitnya, kali ini rasanya perih, afizal berjalan tak tentu arah hingga ia memutuskan untuk berteduh walaupun sudah dalam keadaan basah kuyup, hp nya bahkan mati karena lowbat.

Afizal termenung dipos yang sudah tak terpakai, pikiran nya berkecamuk, saat afizal melamun tak sadar mobil berhenti didepannya, ternyata orang itu alif-kaka fafa.

"Masuk, gue anterin lo pulang" ucap alif dari dalam mobil

"Terimakasih, saya bisa pulang berjalan kaki ka" ucap afizal sembari tersenyum tipis, walaupun kedinginan, afizal bersyukur tidak merasa menggigil, mungkin karena pakaiannya dari bahan yang menyerap air.

"Udah cepetan masuk, gue buru-buru" ucap alif memerintah, afizal pun menerima ajakan alif

"Maaf jika jok mobilnya basah ka" ucap afizal yang sudah duduk di samping kemudi, alif hanya mengangguk dan mobil pun melaju ke kediaman afizal.

Selama perjalanan, hanya di isi dengan suara musik yang dinyalakan di dalam mobil ini, lagu ini membuat afizal hanyut dalam lamunan.


Sampai lah mobil di kontrakan afizal, sebelum keluar dari mobil, afizal mengatakan sesuatu dengan permohonan.

"Jika nanti fafa hamil, tolong beri tahu saya, jangan biarkan dia menggugurkan kandungannya atau pun menyembunyikan nya, saya memang orang tak punya dan hidup sebatang kara tapi saya tidak ingin kelak bayi itu merasakan apa yang saya alami, terimakasih tumpangan ka" tutur afizal bersiap keluar dari mobil, namun sebelum melangkah kan kakinya, perkataan alif membuatnya membeku.

"Dia nggk akan hamil, dia sudah meminum obat untuk mencegah kehamilan, kita lihat saja nanti bagaimana kedepannya" ucap alif, barulah afizal tersadar dan segera keluar dari mobil, mobil pun melaju hingga menghilangkan dari pandangan afizal, afizal terdiam sejenak, menghembuskan nafas dengan pelan, lalu masuk ke dalam kontrakan, membersihkan diri dan tidur.

Tengah malam afizal terbangun karena merasakan lapar yang teramat, ia pun memasak dan makan, setelahnya melanjutkan tidur, karena besok bersiap sekolah.

TITIPAN HATI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang