TH 10

342 23 0
                                    

Masih dikelas, hanya ada afizal, faizal, coki dan marji, jam istirahat ini mereka tidak ke kantin, karena faizal, coki dan marji ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada afizal yang memang baru kali ini melihat afizal dalam keadaan babak belur, karena afizal bukan termasuk orang yang suka berantem ataupun pembuat onar, afizal sosok pendiam, ramah dan dikenal baik di sekolah ini.

Afizal masih ditempat duduknya bersama faizal, sedangkan marji dan coki duduk di bangku depan meja afizal.

"Gue nggk ada apa-apa sama perempuan yang waktu itu dan muka gue juga nggk kenapa-kenapa, gue cuma nolongin perempuan itu sewaktu dia di ganggu sama temannya" afizal menjawab pertanyaan faizal pagi tadi.

"Siapa sih perempuannya? Anak sekolah ini?" Tanya marji kepo.

"Iya, anak IPA kalo nggk salah" afizal tau jika fafa anak IPA, karena kelas perempuan itu disebrang kelas IPS, sudah pasti anak IPA, karena sekolah ini tidak disejajarkan kelas IPS dan IPA, jadi kelas IPS dan IPA bersebrangan.

"Lu kenal perempuan itu udah lama zal? qo nggk cerita ke kita-kita" tanya coki.

"Gue nggk kenal, kebetulan aja ketemu" jawab afizal.

"Lu tau namanya?" Tanya marji penasaran.

"Zalifa Dinanti" jawab afizal.

"nah itu kenal, berarti lu udh lama kenal sama tuh perempuan" ucap coki.

"Sebentar-sebentar, Zalifa Dinanti anak IPA zal, benar namanya itu" tanya marji, karena nama itu tidak asing di telinganya.

"Iya Zalifa Dinanti panggilannya fafa" afizal menjelaskan dengan detail nama panggilan perempuan itu.

"Anjir, itu perempuan yang bar-bar dikantin waktu itu, sombong sih tapi cantik" marji memukul meja dengan keras, hingga membuat ketiga temannya kaget.

Sontak pernyataan marji membuat faizal dan coki heran, mengapa afizal bisa sampai terlibat dengan perempuan yang memang terkenal bar-bar itu.

"Benaran zal?" Kali ini faizal bertanya dengan raut terkejut nya.

"Hm" jawab afizal bergumam.

"Hati-hati zal sama tuh perempuan, gue denger-denger nih, tuh perempuan banyak yang ngincar, bonyoknya orang berada, abangnya pebisnis jadi musuhnya juga banyak, gue ingetin lu supaya jauh-jauh dari lingkungan tuh perempuan" marji mewanti-wanti afizal, marji mendapatkan informasi itu karena memang perempuan itu kerap kali jadi buah bibir anak-anak sekolah ini, apalagi perempuan itu juga suka buat onar, jadi hampir satu sekolah mengenal siapa perempuan itu, dan dialah Zalifa Dinanti.

"Benar apa kata si marji, lu kudu hati-hati sama tuh perempuan" coki menyahuti ucapan marji

"Gue no coment zal, yang terpenting lo harus waspada, gue dukung perbuatan baik lu dan kalo ada apa-apa hub gue, gue siap bantu" ucap faizal sambil menepuk punggung afizal, faizal mendukung apapun keputusan afizal kedepannya.

"Minggu ini kuy lah kita nongkrong di cafe, faizal yang bayar, kan minggu ini afizal gajian, ya gak ji" ucap coki mengalihkan suasana tegang ini menjadi suasana yang bersahabat.

"Nah ini gue suka, kuy lah" sahut marji

"Gue lagi yang kena" keluh faizal menggeleng kan kepala, ia berpura-pura pusing padahal memang sudah kebiasaan marji dan coki yang slalu minta di traktir, padahal marji dan coki termasuk anak dari orang yang berada.

Afizal hanya terkekeh melihat marji dan coki menertawakan faizal yang sedang pura-pura pusing, sudah lama afizal tak merasakan suasana ini, karena terlalu sibuk bekerja, lalu ia teringat jika ia belum memberitahu bahwa ia bekerja di pasar.

"Sebenarnya gue kerja di tempat lain selain ditempat faizal" ucap afizal, seketika marji dan coki menghentikan tawanya.

"Lu kerja dimana lagi zal?" tanya faizal.

"Gue kerja di pasar, toko sembako" jawab afizal.

"Udah berapa lama lo kerja disana" tanya faizal.

"Satu bulan" jawab afizal.

"qo lu baru ngasih tau sekarang zal" ucap marji dan diangguki coki.

"Lupa, baru inget sekarang" ucap afizal.

"Kalo ada apa-apa, hubungi kita-kita zal, kita siap bantu" ucap coki, diangguki faizal dan marji.

"Thanks" ucap afizal.

Bel berbunyi menandakan jam pelajaran berikutnya hingga jam belajar selesai di jam 14:00.

Afizal berjalan ke pasar untuk bekerja seperti biasa, sesampainya di toko bu tiwi, ibu tiwi terkejut melihat wajah afizal, bu tiwi pun mempertanyakan apa yang terjadi hingga afizal dalam kondisi seperti sekarang namun afizal hanya menjelaskan bahwa afizal menolong seseorang hingga dirinya babak belur seperti sekarang, bu tiwi pun menyuruh afizal beristirahat dan pulang, karena memang kondisi afizal memprihatinkan, afizal menolak karena memang ia tak merasa kesakitan, namun bu tiwi memaksa afizal untuk beristirahat saja di rumah, bu tiwi juga membawakan bubur dan obat-obatan pereda luka memar untuk afizal, afizal pun akhirnya pasrah dan pulang ke kontrakan nya membawa obat-obatan pemberian dari bu tiwi.

Afizal sampai di kontrakan, membersihkan diri lalu makan dan mengobati luka sekaligus meminum obat yang diberi bu tiwi, hingga rasa kantuk pun datang, afizal tertidur pulas.

Tibalah hari sabtu, luka yang ada di wajah afizal semakin membaik, luka-luka yang memar pun sudah tak terlalu terlihat, hari ini afizal tidak mengamen, ia ingin bersantai dan beristirahat di kamarnya karena malam harinya akan ada pertemuan dengan teman-temannya.

TITIPAN HATI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang