Di ruang dokter, afizal duduk berhadapan dengan dokter yang menangani fafa di ruang UGD.
"Maaf sebelumnya apakah saudari Zalifa Dinanti berstatus pelajar?" tanya dokter
"Ya" ucap afizal mengangguk kan kepala.
"Jadi begini, saudari zalifa mengalami asam lambung dan kurangnya nutrisi hingga membuatnya jatuh pingsan, namun saya memeriksa bahwa banyak luka memar di sekujur tubuh dan saya mendiagnosa bahwa saudari zalifa mengalami kekerasan fisik dan pemerkosaan brutal karena bagian miss v zalifa membengkak dan mengeluarkan banyak darah, tapi sekarang sudah lebih baik, hanya menunggu saudari zalifa sadar" jelas dokter, lalu bertanya "apakah ingin melaporkan kasus kekerasan dan pemerkosaan ini ke pihak yang berwajib?"
"Saya bertanggung jawab atas semua kejadian yang menimpa zalifa" jeda afizal, lalu lanjut menjawab "terkait laporan tentang kasus ini, itu diluar tanggung jawab saya, saya akan memberitahu keluarganya terlebih dahulu".
Afizal pun pamit undur diri dari ruang dokter dan menuju ruang rawat inap fafa, sesampainya disana ia melihat fafa yang belum sadarkan diri, langkah akan kesana, namun terhenti mendengar pertanyaan faizal.
"Lu udah hubungi keluarganya?" tanya faizal menatap ke arah afizal.
"Gue nggk tau mau menghubungi mereka pake apa, gue nggk tau no hp kakanya ataupun kedua orang tuanya, ponsel fafa juga gue nggk tau dimana" ucap afizal pelan dengan menatap wajah fafa.
"Biar gue suruh orang cari alamat dia dan ngasih tau keluarga kalo dia di rumah sakit" ucap faizal.
"Hm" afizal hanya bergumam, lalu melangkahkan kakinya ke brankar fafa dan duduk disana sambil menggenggam punggung tangan fafa, mengelusnya dengan lembut, menatap wajah fafa tanpa bosan.
Marji dan coki duduk di sofa dengan diam dan tak berniat mengatakan apa-apa, karena takut salah tanya ataupun salah berucap.
Faizal menghampiri afizal dan menyuruhnya mengganti pakaiannya, afizal pun menurut, ia mengganti pakaian di kamar mandi yang ada di ruang rawat ini.
Sedangkan marji dan coki beranjak keluar ruangan untuk membeli makanan, setelah membeli makanan, minuman, cemilan dan buah sekaligus untuk fafa jika nanti dirinya siuman.
Mereka ber empat makan dengan diam, suasana malam di ruangan ini benar-benar hening, saat semuanya sudah selesai makan, barulah afizal membuka suaranya.
"Gue berterima kasih sama kalian, gue akan ganti semua uang yang kalian keluarin" ucap afizal duduk di samping brankar fafa dengan mata yang fokus ke arah fafa
"Nggk perlu diganti zal, lu nggk perlu mikirin uang siapa yang di pakai, yang lu harus pikirin siapin apapun yang nantinya bakalan lu hadapi" tutur faizal yang sedang duduk di sofa bersama marji dan coki.
Faizal, marji dan coki ikut menginap di sana dan tidur di sofa dalam keadaan duduk, sedangkan afizal tetap terjaga, ia mengungkapkan kata maaf berulang kali
"Maaf"
"Maaf"
"Maaf" sambil menyeka air matanya yang menetes, ia mencoba tetap terlihat baik-baik saja demi fafa dan teman-temannya, ia bahkan sedari tadi menahan rasa sesak di dada nya akibat kejadian kemarin hari, hingga ia terlelap dalam keadaan terduduk, kepalanya bersandar ke brankar fafa.
***
Pagi ini marji, coki dan faizal pamit pulang karena harus sekolah, dan mereka juga akan menyampaikan ketidakhadiran afizal dan fafa di sekolah.
"Gue pulang ya zal, lo hati-hati, kalo ada apa-apa hub gue" ucap faizal.
"Gue juga pulang zal dan nanti siang gue kesini" ucap marji.
"Gue pulang zal" ucap coki singkat, karena bingung ingin mengatakan apa.
"Hm thanks" afizal hanya bergumam, mengantarkan temannya hingga keluar ruangan.
Afizal masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri, jam menunjukkan jam set 8, tak lama dokter datang memeriksa kembali keadaan fafa dan suster yang membawa makanan untuk fafa, setelahnya mereka pergi.
Siang harinya afizal mengirim pesan kepada faizal untuk datang ke kontrakan nya dan membongkar celengan nya dan mentransfer uang tersebut ke akun rekening nya, faizal mengiyakan dan tak lama kemudian notif di handphone nya berdering menandakan ada pesan, ternyata uangnya sudah masuk ke akun rekening nya sebesar 2 juta.
Faizal datang ke ruangan inap fafa dengan membawa makanan untuk afizal, kemudian disusul marji dan coki, mereka membawa buah untuk fafa.
"Gue udah bilang sama pihak sekolah kalo izin nggk masuk sekolah selama seminggu, karena gue nggk tau sampai kapan lu nggk masuk sekolah" ucap faizal memberikan makanan ke afizal lalu duduk di sofa.
"Gue juga udah bilang sama wali kelas fafa, kalo dia izin semingu" ucap coki menaruh buah di nakas lalu duduk di sofa.
Marji duduk disofa dan mengeluarkan sebuah gelang lalu ia berikan satu persatu gelang itu kepada faizal, coki dan afizal.
"Gelang ini udah terpasang GPS nya dan terhubung satu sama lain, jangan sampai terlepas di tangan kalian, yang terpenting chip yang ada di dalam bandul itu jangan sampai hilang, tekan bandul itu disaat dalam keadaan bahaya" marji menjelaskan secara singkat kepada ketiga temannya.
Mereka pun memakai gelang yang berbeda warna bandul, marji berbandul putih, coki berbandul hitam, faizal berbandul silver dan afizal berbandul emas.
"Misalkan yang dalam bahaya gue, gue tekan ini bandul dan digelang lu pada bakalan muncul warna bandul gue, gitu cara tahu siapa yang dalam bahaya dengan warna bandul ini" marji menjelaskan lebih rinci lagi, barulah mereka paham.
"Gue minta tolong lu buat gelang kek gini juga buat fafa" ucap afizal menatap marji.
"Nanti gue bawa gelang nya" marji mengiyakan dan mengangguk.
"Thanks" ucap afizal.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIPAN HATI (END)
Teen Fiction"Ngapain sih lu segala nolongin gue, gue nggk butuh bantuan lu, jauh-jauh sana, jijik gue deket sama pengamen kek lu" ~Zalifa Dinanti~ "lain kali kalo di tolongin itu bilang makasih, bukannya malah di maki-maki" ~Muhammad Afizal~ "Lagian siapa yang...