TH 7

296 25 0
                                    

Di klinik, fafa sudah ditangani oleh dokter, sedangkan afizal dan faizal duduk di sofa, afizal duduk dengen gelisah, karena bingung harus menghubungi keluarga fafa dengan cara apa, karena ia tak tahu harus bagaimana, pikirannya benar-benar sedang ruwet

"Sebenarnya apa yang terjadi zal dan ada hubungan apa lo sama dia"  faizal yang sejak tadi diam pun akhirnya bersuara.

"tadi gue berteduh karena hujan, terus dia datang berteduh juga, cuma dia maki-maki gue, gue kepancing emosi, sampai gue memperlakukan dia berlebihan, gue benar-benar hilang kendali" jawab afizal frustasi

Faizal terdiam sejenak sebelum bangkit dan pergi keluar ruangan untuk membeli minuman untuk afizal yang sedang frustasi dan gelisah.

Afizal menundukkan kepalanya karena ia pun sekarang merasa pusing karena kehujanan dan kedinginan sejak tadi dirinya menolong Fafa.

"Ssssss..." Terdengar ringisan seseorang yang membuat afizal menolehkan kepalanya ke brankar dan melihat jika fafa sudah sadar kan diri, afizal pun bergegas berjalan ke brankar.

"Mau apa?" Tanya afizal sembari membungkuk badan di samping Fafa, namun fafa hanya diam dan tak menoleh ke arah afizal, Fafa membuang muka ke arah lain.

"Maaf" hanya itu kata yang terlontar dari mulut afizal, ia sangat menyesalkan perbuatannya.

Tak kunjung mendapatkan jawaban, afizal bersuara lagi "gue afizal dan gue minta maaf untuk semua perkataan dan perbuatan gue tadi" afizal memberitahu kan namanya karena mereka berdua belum tahu nama satu sama lain.

"Hm" jawab fafa hanya bergumam.

"Lu mau makan atau minum?"tanya afizal karena dokter yang memeriksanya mengatakan jika penyebab fafa pingsan karena magh ditambah kehujanan, jadi daya tubuh nya melemah.

"Minum"jawab fafa

Afizal pun mengambil minum yang ada di balas dan memberikan ke fafa, dengan pelan fafa meminum hingga habis dan memberikan gelasnya kepada afizal, afizal pun menerima gelas itu lalu menaruh kembali ke nakas.

"Apa ada keluarga lu yang bisa dihubungi, gue mau hubungi mereka kalo lo masuk klinik dan di rawat inap" ucap afizal sembari mengeluarkan handphone nya

"Orang tua gue lagi di luar kota, telpon kaka gue aja, pake hp gue aja nelpon nya" afizal pun menuruti perintah fafa dan mengambil ponsel yang ada di tas fafa yang ada di sofa, tak lupa meminta izin pada fafa saat membukanya.

Afzal pun kembali ke sisi brankar dan menyerahkan ponsel tersebut, fafa menerima dan segera menelpon kakanya.

"Ka, fafa ada di klinik, kaka kesini ya" lalu fafa memutuskan lebih dulu sambungan tanpa mau mendengar pertanyaan kakanya, fafa kemudian meng-share loc keberadaannya kepada sang kaka.

"Lo boleh pulang, kaka gue bentar lagi juga datang" ucap fafa yang sambil fokus ke handphone nya.

"Gue nunggu disini aja sampai kaka lu datang" ucap afizal, lalu ia mengulurkan tangan pertanda ingin mengenalkan diri "gue Muhammad Afizal"

Namun fafa tak menerima uluran tangan itu dan menjawab "gue Zalifa Dinanti".

Afizal pun mengangguk, menarik kembali uluran tangannya karena fafa tak menerima uluran tangan nya.

Keheningan sesaat, lalu afizal teringat pada temannya, afizal pun menelpon faizal agar menunggunya di mobil saja, tak perlu kembali ke ruangan.

Beberapa menit dirundung keheningan, hingga sosok seorang masuk dan melihat ke arah afizal dan fafa.

Sambil berjalan tergesa-gesa, alif langsung menanyakan apa yang terjadi pada adiknya itu
"Kamu kenapa fa, qo bisa jadi gini".

"tanya aja sama dia tuh" jawab fafa sambil menunjuk dengan dagunya ke arah afizal.

Afizal mendadak kaku, alif hanya melirik tanpa berniat bertanya atau berbicara pada afizal, menurutnya, jika afizal laki-laki bertanggung jawab, ia yang akan menjelaskan apa yg terjadi tanpa ditanya olehnya.

Afizal yang dilirik Alif pun akhirnya membuka suara "maaf ka, saya afizal, saya minta maaf karena membuat fafa pingsan dan berakhir di klinik" afizal menyebut nama fafa, karena saat fafa sedang telpon kakanya tadi, ia menyebutkan panggilan namanya.

"Gue alif kakanya fafa, kalo sampai fafa kenapa-kenapa lagi karena lu, abis lu sama gue" ucap Alif dengan nada ancaman.

Afizal hanya mengangguk, afizal mendekati fafa dan berniat meminta izin pulang karena besok ia akan bersekolah.

"Fa gue mau izin pulang, karena besok gue harus sekolah" ujar afizal.

"Hm, lagian besok juga gue udh pulang" jawab fafa dengan santai.

"Ka, saya pamit pulang"afizal menyodorkan tangannya untuk menyalim, alif pun memberikan tangannya, walaupun terasa canggung, karena fafa sendiri yang notabennya adiknya saja jarang sekali Salim dengannya.

Setelah berpamitan, afizal berjalan ke arah mobil Faizal yang sudah menunggu di mobilnya, mereka pun pulang ke kediamannya masing-masing.












***

'Untuk informasi aja, kalo yang bayar biaya klinik fafa itu afizal ya, karena mereka pelajar jadi biaya klinik lebih terjangkau, jadi afizal masih mampu membayar tagihan untuk rawat inap'.

TITIPAN HATI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang