Malam minggu di cafe 'QS' saat ini sangat ramai pembeli, cafe yang dipilih faizal ini salah satu cafe yang di isi hanya kaum adam, karena memang mereka ingin suasana yang tenang dan nyaman dari berisik nya kaum hawa, mereka sudah berkumpul dan tinggal menunggu makanan datang yang sudah dipesan faizal, menunggu pesanan dengan mengobrol, hingga makanan pun datang, mereka menyantap makanan itu dengan khidmat.
Masih berada di cafe, setelah makan, saatnya mencicipi kopi yang sedang hits belakang ini, disela-sela meminum kopi, faizal memberikan amplop ke afizal, ya gaji bulan ini, afizal pun menerima nya, hingga tak terasa hari malam makin larut, saat mereka bersiap untuk keluar cafe, afizal terdorong oleh seseorang yang tak lain fazo, yang tak sengaja berada di cafe yang sama, hingga afizal terjatuh mengenai meja dan bangku yang berjajar, sontak keadaan yang hening menjadi riuh karena suara meja dan bangku berjatuhan.
Bugh
Fazo menghajar afizal, saat ingin menghajar kembali, faizal lebih dulu mendorong fazo hingga terjatuh mengenai meja dan bangku juga, suara semakin riuh, sebagian orang-orang disekitar mendekati, ada juga yang berlalu pergi karena tidak ingin terlibat dengan kejadian itu.
"Sialan, lu siapa main hajar teman gue" bentak faizal, sedangkan marji dan coki membantu afizal berdiri.
Fazo pun berdiri dibantu temannya, fazo bersama ke 2 temannya tanpa berkata apa-apa menghajar afizal dan teman-temannya, tiga lawan tiga, marji memilih menonton dan memvideokan mereka
'mending videoin, dari pada ikutan berkelahi, bisa-bisa muka gue yang ganteng rusak' ucap marji dalam hati.
Mereka berkelahi tanpa ada yang melerai, bahkan pegawai cafe pun bersembunyi di dalam sana, hingga terdengar suara sirine mobil polisi, fazo dan teman-temannya lari tergesa-gesa, polisi baru saja turun dari mobil, yang melihat itu pun mengejar fazo dan teman-temannya.
Sedangkan afizal, faizal dan coki terduduk sambil mengatur nafas, luka di wajah afizal jauh lebih parah dari pada faisal dan coki, setelah merasa lebih tenang afizal lebih dulu berdiri dan membantu faizal, sedangkan marji membantu coki, barulah sang manajer cafe keluar dan menghampiri afizal dan teman-temannya.
"Saya manager disini dan saya yang menelpon polisi, saya ingin kalian mengganti rugi semua barang-barang dicafe ini yang rusak dan hancur akibat perkelahian kalian, jika kalian tidak mau mengganti rugi, saya akan mempolisikan kejadian ini" tegas menager cafe 'QS'
"Saya yang akan mengganti semuanya, ini kartu nama saya" Faizal membuka dompet, mengeluarkan kartu namanya, kemudian diberikan ke manager cafe itu.
Mereka berempat keluar cafe dan bergegas menaiki mobil faizal, mobil dikendarai marji, karena hanya marji yang tidak cedera, mobil itupun melaju ke arah rumah faizal atas perintah faizal, sampai lah mereka di rumah faizal yang tergolong rumah mewah apalagi berada di perkomplekan elit.
Afizal, coki dan marji mengikuti langkah faizal, sang pemilik rumah.
"Masuk aja" faizal berjalan lebih dulu ke dalam rumah.
Saat mereka memasuki ruang tengah, langkahnya terhenti karena pekikan seorang perempuan.
"Astajim, abang kenapa?" Tanya gina berteriak menghampiri kakaknya.
"Lu bisa diem gak sih, nanti ketahuan mamah papah, gue gakpapa" ucap faizal pelan menatap gina.
"Mah, pah, ka faizal sama teman-teman nya abis berantem nih" gina berteriak sambil berlari ke arah kamarnya.
Mereka pun mau tak mau urung melangkah kakinya ke kamar faizal, afizal hanya diam, karena jujur saja ia iri melihat teman-temannya masih memiliki keluarga, sedangkan dirinya hanya sebatang kara.
"Kenapa ini iz?" Tanya mamah faizal khawatir, yang dari kamar lantai atas bersama papah faizal dan menghampiri anaknya serta teman-temannya.
"Gakpapa mah, ini cuma salah paham aja, nanti faiz jelasin, tapi faiz mau bersih-bersih dulu, afizal, coki dan marji juga mau bersih-bersih dulu di kamar faiz" ucap faizal.
"Ya sudah kalian bersih-bersih dulu ya, terus istirahat, nanti pada mau nginep kan?" Tanya mamah faizal.
"Iya mah, mereka semua tidur di kamar faiz, sekalian ada yang mau di obrolin" jelas faizal.
Mamah faizal dan papah faizal pun kembali ke kamarnya.
Sedangkan mereka ber empat melanjutkannya langkahnya ke kamar faiz, sesampainya disana faiz lebih dulu memakai kamar mandi, lalu coki, marji, terakhir afizal.
Sekarang mereka sedang duduk di sofa kamar faizal dan sudah mengobati lukanya masing-masing, afizal duduk bersebelahan dengan faizal, disebrangnya marji duduk bersebelahan dengan coki.
"Sebenarnya apa yang lu sembunyi in zal, ada yang belum lu jelasin ke kita-kita" ucap faizal menatap afizal datar, suasana cukup hening hingga membuat situasi terasa tegang.
"Gue emang gak kenal sama mereka-mereka, gue gakk tau apa salah gue sama mereka, yang jelas tuh cowok yang nyerang gue duluan, gue pernah liat dia sama fafa, gak tau ada masalah apa antara mereka, sampai gue liat tuh cowok main kasar sama fafa, jadi gue nolongin fafa dan mungkin karena hal itu, gue jadi ikut terlibat, gue gak ngomong ke kalian, karena ini masalah tolong menolong, jadi menurut gue, ini bukan masalah besar, tapi sekarang gue paham, mereka bakalan ngusik gue karena pernah nolongin fafa" Jelas afizal menatap mereka bertiga.
"Gue bilang apa, tuh cewek banyak musuhnya, lu harus hati-hati zal, bila perlu lo gak usah lah nolongin tuh cewek, akibatnya bisa fatal zal" celetuk marji
"Gue setuju sama yang dibilang marji, lu nggk usah nolongin lagi tuh cewek, bikin lu bahaya zal" sahut coki.
"Gue rasa sekarang udah terlambat, tuh cowok tetap bakalan ngincar lo dan nyari masalah sama lo zal, sekarang apa yang mau lo lakuin" ucap faizal.
"Gue sendiri bingung harus gimana, gue engga perduli kalo mereka cuma nyakitin gue, tapi yang gue takutin mereka justru nyakitin orang-orang disekeliling gue" ucap afizal frustasi.
"Gue cuma mau ngasih tau, lebih baik lo kerja ditempat gue aja, urusan ngamen itu terserah lo, tapi gue harap lo gak kerja di toko yang dipasar, yang gue takutin justru mereka bakalan ngerusak apapun ditempat kerja lo yang itu, kalo ditempat gue kan aman, gue yakin tuh orang juga mikir-mikir lagi kalo ngerusak tempat gue, secara tempat gue berada dikawasan yang diawasi" jelas faizal.
Faizal memiliki insting jika orang yang berkelahi dengan afizal sangat berani mengambil segala resiko, terbukti dengan perkelahian ditempat ramai pun mereka berani menyerang, cepat atau lambat mereka pasti akan menghancurkan apapun pekerjaan yang afizal jalani.
"Gue setuju sama yang diomongin faizal" sahut coki.
"Lu dari tadi setuju-setuju mulu" marji memukul pundak coki, namun coki cuma nyengir ke arahnya, suasana pun jadi lebih santai.
"Oke, nanti biaya kerusakan tadi gue bayar nyicil ya iz" ucap afizal.
"Nggk perlu zal, santai aja, lagian kan gue yang ngajak lu di cafe itu" ucap faizal santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIPAN HATI (END)
Teen Fiction"Ngapain sih lu segala nolongin gue, gue nggk butuh bantuan lu, jauh-jauh sana, jijik gue deket sama pengamen kek lu" ~Zalifa Dinanti~ "lain kali kalo di tolongin itu bilang makasih, bukannya malah di maki-maki" ~Muhammad Afizal~ "Lagian siapa yang...