TH 32

355 13 0
                                    

Alif yang melihat dokter sudah keluar dari ruang inap faf itu langsung berdiri menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana kondisinya dok?" Tanya alif cemas

"Kondisi pasien sudah membaik, jangan cemas jika pasien merasakan sakit di area perutnya, itu hal yang wajar untuk pasien yang sudah mengeluarkan janinnya" jawaban dokter membuat alif terdiam, lalu mengangguk, dokter pun berlalu dari sana, alif melirik afizal yang membeku di tempatnya.

Deg

Afizal merasakan tubuhnya kaku saat mendengar penjelasan dari dokter tersebut, dadanya bergemuruh hebat mendengar hal itu, afizal tak mampu menyembunyikan air matanya yang menetes, tangannya mengepal, matanya memerah karena rasa marah dan hancur secara bersamaan, afizal terlambat, dirinya benar-benar bodoh, tolol dan tak berguna.

Dari kejauhan, fazo bisa melihat reaksi alif dan afizal, fazo paham jika afizal merasa bersalah karena terlambat menyelamatkan anaknya, fazo pun menghampiri afizal, menepuk pundak afizal beberapa kali, untuk menguatkan, bagaimana pun fazo juga merasa bersalah karena melibatkan afizal dan fafa dalam balas dendam nya.

"Sabar, gue minta maaf sama lu dan fafa" fazo menjeda ucapannya, dengan pelan fazo berucap "dan maaf, gue telat ngasih tau lu" fazo pun berlalu dari sana, meninggalkan afizal dan Alif yang sedang berdiri di depan ruang inap.

Fazo sadar dirinya membuat banyak orang terluka akibat rasa iri dan dendam pada alif hingga melibatkan orang lain, fazo mengakui kesalahannya setelah ditangkap di polsek oleh faizal dan teman-teman afizal, dirinya bisa bebas dari tindak kriminal penculikan dan penyerangan dengan jaminan dan wajib lapor.

Ucapan fazo menyadarkan afizal, afizal menghela nafas pelan, membuka pintu ruang inap dan melangkah masuk kedalam ruangan itu, afizal bisa melihat fafa yang sedang berbaring dengan wajah yang sangat pucat, afizal melangkah terus mendekat hingga di samping brankar fafa, menggenggam punggung tangan fafa dan terisak, isakan afizal membuat orang yang mendengar nya tersayat pilu, alif yang melihat afizal dan fafa dari kaca pintu meneteskan air matanya, alif merasa bersalah, namun alif tak memiliki pilihan lain, daripada fafa tidak di anggap anak lagi dan ditendang keluar oleh orang tuanya, alif memilih menuruti keinginan orang tua nya untuk menggugurkan janin yang berada di dalam perut fafa.

Afizal menundukkan kepalanya dan terus menangis tanpa henti, tangannya mengelus perut fafa yang sudah tidak ada lagi janin di dalamnya, membuat afizal semakin menangis hingga suaranya semakin serak.

"Maafin papa"

"Maafin papa"

"Maaf"

Afizal terus meminta maaf pada janin yang sudah tidak ada lagi di dalam perut fafa.

Tak lama fafa membuka kedua matanya, melirik ke samping dimana afizal sedang menundukkan kepalanya sembari menangis.

"Zal" fafa bersuara pelan dan lirih, afizal mendongak menatap fafa yang sudah sadarkan diri.

"Ada yang sakit hm?" Tanya afizal dengan suara yang serak, lalu berdiri dan menatap Fafa lebih dekat lagi.

"Perutnya ga enakan, rasanya sakit banget" jawab fafa di iringi air mata yang menetes, afizal yang mengelus lembut dahi fafa dengan tangan kanannya, tangan kirinya mengelus lembut perut fafa yang sakit.

"Sakit" adu fafa yang semakin menangis

"Sabar ya, bentar lagi sakitnya hilang, dibawa tidur aja" ucap afizal pelan, afizal tak akan memberitahu fafa apa yang terjadi sekarang, mengingat kondisi fafa yang belum pulih sepenuhnya.

Karena kelelahan menangis, gafa kembali terlelap, afizal yang melihat itu tersenyum miris melihat fafa yang sudah banyak menderita setelah bertemu dengannya.

Selama 3 hari afizal menemani fafa, bergantian dengan Alif, selama 3 hari Fafa di rawat kondisi semakin membaik, besok fafa di izinkan untuk pulang.

Hari ini afizal kembali ke kontrakan untuk membersihkan diri dan bekerja, sedangkan alif yang berjaga di rumah sakit sekarang ini.

Afizal sudah memberitahu teman-temannya jika anaknya sudah tiada karena fafa mengalami keguguran, teman-temannya turut mengucapkan turut berdukacita dan menguatkan afizal, afizal tidak memberitahu yang sebenarnya terjadi kepada teman-temannya, cukup afizal saja yang tau akan sebenarnya yang terjadi, afizal takut jika temannya tahu yang sebenarnya terjadi, teman-temannya akan mengasihani atau menatap iba kepada afizal dan menyalahkan Fafa beserta keluarganya.

Menjelang malam hari, afizal kembali ke rumah sakit, namun saat afizal ingin melangkah masuk ke dalam ruangan fafa, langkahnya terhenti saat afizal hendak melangkah lebih dekat lagi ke arah Fafa yang sedang duduk dan menangis histeris sendiri di ruangan.

"Pergi" teriak fafa marah kepada afizal, afizal tetap melangkah mendekat walaupun fafa meneriaki nya untuk pergi.

"Kenapa?" Tanya afizal yang sudah berada di dekat brankar fafa, namun bukan jawaban yang diterima afizal, melainkan tamparan dan pukulan bertubi-tubi, afizal hanya diam membiarkan fafa melakukan apapun padanya.

Plak

Bugh

Bugh

Afizal ditampar, dipukul, dijambak, fafa seperti orang yang kesetanan yang terus memukul afizal, bahkan fafa merobek baju afizal, memukul dada afizal bahkan mencakar dada afizal, fafa melakukan itu hingga dirinya lelah, alif yang baru saja sampai dan berniat membuka pintu rawat inap fafa terhenti, melihat fafa yang sedang memukul afizal dengan ganasnya, alif hanya diam ditempatnya, mungkin fafa menyalahkan afizal karena tidak bisa menyelamatkan janinnya dari ayah fafa sendiri.

Afizal membiarkan wajah dan tubuhnya terluka karena kemarahan fafa, afizal tak mengeluarkan ringisan atau suara, afizal hanya diam dengan wajah dan mata yang memerah menahan tangis melihat fafa hancur seperti ini.

Setelah lelah memukuli afizal, barulah fafa bersuara.

"Jahat.. hiks" ucap fafa pelan, menunduk dan di iringi isak tangis.

Afizal memeluk fafa, mengelus lembut punggung fafa yang bergetar karena menangis tersedu-sedu.

Afizal meneteskan air matanya, ia menguatkan dirinya sendiri dan harus menguatkan fafa.

"Janin nya... hiks" fafa tak mampu melanjutkan ucapannya, fafa memeluk erat afizal dan menangis sepuasnya.

"Maaf" hanya itu yang dapat afizal ucapkan, afizal sedang mencoba mengikhlaskan, namun saat di ingatkan kembali pada janin itu, afizal kembali teringat dan sedih, afizal juga akan menangis jika mengingat janinnya yang sudah tiada.

Setengah jam mereka sama-sama mengeluarkan rasa sesak dan sakit, hingga terdengar dengkuran halus dari fafa, afizal dengan pelan membaringkan fafa di brankar, setiap kelelahan menangis, fafa akan mudah terlelap, afizal melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan wajahnya, bajunya yang robek afizal buang di tong sampah kamar mandi, keluar dari kamar mandi bertelanjang dada, afizal mengeluarkan ponselnya dan memesan ojek online untuk membelikannya baju, setelahnya afizal duduk di dekat fafa.

Alif masuk ke dalam kamar inap fafa, melihat afizal tidak menggunakan baju membuat Alif bertanya-tanya, namun saat dirinya melangkah lebih dekat disamping fafa, alif menatap afizal yang bertelanjang dada yang memiliki bekas-bekas cakaran dan pukulan, barulah alif mengerti apa yang terjadi dengan afizal dan fafa hari ini.

Afizal menoleh ke arah alif yang sedang berada di samping fafa.

"Gue akan pergi dari kehidupan fafa, tolong jaga fafa" ucap afizal menatap alif yang sedang menatap fafa, alif menjawab dengan anggukan, sebelum afizal beranjak pergi, afizal mencium kening fafa yang sedang tertidur damai, punggung tangannya, terakhir afizal mencium perut fafa, sesaat afizal merasa teringat anaknya, namun ia menguatkan hati nya dan beranjak pergi dari ruangan fafa.

Afizal duduk di depan ruang inap fafa, tak lama pesanan afizal datang, afizal juga memakai pakaian yang baru saja di belinya dan berlalu pergi dari rumah sakit menggunakan ojek online.

Sesampainya afizal di dalam kontrakannya, jam sudah menunjukkan 11 malam, afizal memilih merebahkan diri, kepalanya terasa sakit dan pusing hingga tak lama afizal tidur terlelap.

TITIPAN HATI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang