Afizal masih duduk di pinggir ranjang fafa yang sedang berbaring, sudah jam set 12 siang namun fafa belum sadarkan diri, afizal memberanikan diri menggenggam tangan fafa dan mengelus nya, afizal ingin sekali memegang perut fafa dimana janin itu berada, namun ia tak ingin memegang perut fafa tanpa izin dari fafa.
Tak lama suara ringisan keluar dari mulut fafa terdengar, fafa perlahan membuka matanya, pertama yang dilihat adalah afizal- laki-laki brengsek yang telah menghancurkan hidup, gafa melepaskan genggaman tangan afizal.
"Minum dulu ya" afizal berucap lembut, fafa menuruti perintah afizal, karena ia merasa haus dan kering tenggorokan nya, afizal membantu fafa duduk dan memberikan segelas air putih untuk fafa, fafa menerima air putih itu, meneguknya sampai habis dan memberikan gelasnya pada afizal.
"Mau makan dulu?" Tanya afizal pelan dan lembut, afizal takut perempuan di depannya marah-marah karena nya.
"Gak, sana lo pergi" bentak fafa menatap afizal, lalu menunjuk pintu kamarnya mengusir afizal, namun afizal menggeleng pelan.
"Kasia dia kalo lo nggk makan, makan ya, sedikit aja" ucap afizal pelan, karena fafa belum memakan apapun yang masuk dalam tubuhnya, terlebih sudah 2 kali tak sadarkan diri.
"Lo budeg ya, oh gue tau, lo juga bego, tolol, brengsek" bentak fafa menatap afizal, afizal hanya menunduk.
Fafa yang melihat afizal menunduk, membuat dirinya semakin emosi, fafa lantas beranjak dari duduknya, berjalan membawa bubur yang di nakas lalu membanting nya
Prak
Afizal yang melihat itu, berdiri dan melangkah ke arah fafa dengan menundukkan kepala, afizal tak bersuara apa-apa, lalu afizal berjongkok memunguti pecahan beling itu.
"Gue nggk akan makan, biar nih janin mati" afizal yang sedang memunguti pecahan beling pun menatap fafa sendu.
"Gue mohon jangan siksa dia, Lo boleh siksa gue, gue akan terima, tapi gue mohon kasihani dia" ucap afizal berlutut didepan fafa, fafa yang melihat itu semakin muak dan memukul perutnya sendiri.
"Mati aja lo sana, gue nggk mau lo ada disini" fafa memukul perutnya, sontak afizal yang masih berlutut pun menahan kedua tangan fafa, lalu meletakkan di kepala afizal.
"Pukul gue aja, jangan dia" afizal berucap dan meneteskan air mata, hatinya berdenyut nyeri melihat perlakuan fafa kepada janin itu.
Fafa memukul afizal, bahkan ia menampar afizal, menjambak kepala afizal, afizal diam dan menunduk, dirinya lalu memeluk perut Fafa dan mengatakan "maaf" berulang kali.
***
Didapur safya dan aca sedang membut makanan siang, sedangkan faizal, marji dan coki menikmati cemilan yang baru saja marji dan coki beli, hingga terdengar suara pecahan yang nyaring dari kamar yang ditempati fafa, membuat mereka semua yang ada diruang tamu dan dapur bergegas memeriksa kamar fafa, saat safya yang pertama membuka pintu, ia dan yang lainnya terkejut melihat afizal yang berlutut didepan fafa sedang dipukuli, dijambak dan ditampar oleh fafa.Safya dan aca meneteskan air mata, ia tak tega melihat afizal menjadi amukan fafa, namun di satu sisi ini semua juga salahnya, mereka mengerti jika afizal sering kali melihat fafa dengan rasa khawatir, mungkin ini jawaban nya, afizal menghamili Fafa.
Sedangkan faizal, marji dan coki hanya diam sekaligus iba melihat temannya menjadi korban fazo.
***
Afizal dan fafa tak menyadari jika teman-temannya melihat hal itu, hingga fafa merasa lelah, ia pun berhenti menghajar afizal, namun matanya melirik pisau yang berada di dekat buah, fafa pun melepaskan pelukan afizal di perutnya dan mengambil pisau itu, lalu menodongkan ke arah perut nya.
Afizal yang melihat itu sontak berdiri, teman-teman Fafa dan afizal pun bergegas masuk ke dalam kamar.
"Fa" teriak safya dan aca secara bersamaan, namun fafa semakin melangkah mundur hingga punggungnya menabrak tembok dibelakang nya.
"Jangan ada yang maju, terutama lo brengsek" teriak fafa marah kepada semua orang yang berada di kamar ini terutama afizal.
"Fa lo udah gila" teriak safya sembari mengusap air matanya.
"Fa buang pisau itu" ucap aca pelan yang terus meneteskan air mata.
Ketiga teman afizal hanya diam dan berfikir mencari jalan keluar, mereka tidak boleh gegabah, bisa jadi fafa semakin marah dan benar-benar menusukkan pisau itu ke perutnya.
Afizal berdiri dengan kaki yang melemas melihat fafa didepannya, afizal pun tak mendekat kearah fafa, ia tak ingin jika fafa semakin marah dan hilang kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIPAN HATI (END)
Teen Fiction"Ngapain sih lu segala nolongin gue, gue nggk butuh bantuan lu, jauh-jauh sana, jijik gue deket sama pengamen kek lu" ~Zalifa Dinanti~ "lain kali kalo di tolongin itu bilang makasih, bukannya malah di maki-maki" ~Muhammad Afizal~ "Lagian siapa yang...