21

266 56 0
                                    

Ramalan cuaca hari ini: berawan. Kelembapan udara tinggi. Kecepatan udara 12km/jam. Kemungkinan akan terjadi hujan gerimis yang berlangsung singkat. Jenis cuaca yang bagus untuk bermalas-malasan. Akan tetapi, cuaca seperti ini tentu tidak cocok untuk menyulut kebakaran besar.

Aku tahu, memang tidak perlu buru-buru. Walaupun aku ingin cepat-cepat melihat Tasya mati terbakar, tapi menikmati proses juga menjadi salah satu kesenangan dalam hal balas dendam.

Tunggu. Nanti dulu. Belum saatnya.

Aku menarik napas panjang, mengeratkan dasi, lalu bersiap untuk ke sekolah. Hari ini Mama membuatkanku bekal roti isi telur, lengkap dengan selada---yang sayangnya tidak terlalu kusuka---dan kentang goreng yang tidak terlalu garing, juga susu kotak rasa cokelat.

“Tumben,” komentar Amanda di jam makan siang, sambil mencomot kentang gorengku tanpa permisi. “Biasanya tidak selengkap ini, kan?”

Aneh juga kalau dibilang tumben, padahal menu makanan seperti ini juga tidak terlalu istimewa. Bahkan, kalau ada yang harus bilang tumben, itu harusnya aku.

Amanda hari ini tidak memakai kutek pink transparan seperti biasanya, rambut gelap yang biasanya dia biarkan terurai sekarang diikat ekor kuda. Aroma parfumnya juga tidak terlalu pekat. “Tumben,” seharusnya aku berkomentar seperti itu juga, tapi mengingat Amanda yang memang suka berganti penampilan tanpa sebab membuatku sedikit memakluminya.

Menu makan siang Amanda hari ini adalah salad buah---yang mungkin sedikit dicampur dengan sayur-sayuran---sama seperti kemarin dan kemarinnya lagi. Kalau mau diblang tumben, ya tidak juga.

“Aku lagi diet,” katanya.

Aku mengangguk-angguk seolah tertarik. “Sudah ketemu tipe laki-laki yang kau suka?”

“Ah, tidak. Maksudku... belum. Iya, Belum.” Jemarinya dengan cepat mencomot kentang gorengku lagi. “Bagaimana denganmu, tidak ada niat buat cari pacar?”

Aku menggeleng sambil memasang senyum kecut.

“Eeeh, kenapa?” Amanda mencondongkan bagian atas tubuhnya seolah ingin meneliti tubuhku. “Kau tidak ingin bertemu dengan cinta pertamamu gitu? Kau tahu kan, masa SMA itu identik dengan cinta pertama.”

“Belum ada yang cocok,” alasanku, walaupun sebenarnya aku tidak pernah berniat---bahkan tidak pernah kepikiran---untuk menjalin hubungan dengan laki-laki.

“Oh, ya?” Bola mata Amanda membulat tidak percaya, tapi ketika sorot matanya berfokus ke belakangku, dengan cepat ekspresinya berubah, mengernyit. “Eh, itu Elio, kan?”

Aku berbalik badan, mencari sosok yang disebutkan oleh Amanda di tengah keramaian kantin sekolah. Memang benar, ada Elio di sana, sedang berjalan sambil membawa sebotol air mineral yang baru dia beli dari mesin minuman.

Amanda menyapa Elio dengan mengangkat sebelah tangannya tinggi-tinggi, senyum paling lebar terbit di wajahnya. Mungkin ini cuma perasaanku, tapi entah kenapa mata Amanda terlihat berbinar ketika memandang Elio. Aku tahu Amanda memang akrab dengan semua orang, tapi interaksinya dengan Elio kelihatan aneh. Seperti bunga yang ingin menarik perhatian serangga dengan bau harum.

Di kejauhan, Elio yang menyadari keberadaan Amanda, memasang senyum canggung, mengangkat satu tangan untuk membalas sapa. Dia terlihat seperti murid biasa. Namun, ketika Elio melirikku, dia langsung mempercepat langkahnya, pergi. Sosoknya pun menghilang ditelan kerumunan.

“Kalian punya masalah?” Pertanyaan spontan keluar dari mulut Amanda. “Dia tidak menyapamu, lho.”

“Biarkan saja.”

Amanda mencomot kentang gorengku lagi, mengunyahnya sambil memajukan bibir. “Oh ya, kau bilang tadi belum ketemu cowok yang cocok, kan? Memangnya, tipe cowok yang kau suka itu seperti apa? Bukan seperti Elio, ya?”

“Jangan menyerbuku dengan banyak pertanyaan seperti itu, Amanda.”

“Ah, maaf, maaf.” Dia tertawa. “Padahal aku pikir Elio cocok denganmu.”

“Tidak. Dia bukan tipeku.” Orang yang tidak mau membunuh untuk melanjutkan balas dendamnya sudah jelas bukan tipeku.

Entah kenapa Amanda terlihat lega. Pundaknya turun seolah sudah tidak ada yang mengganjal di hatinya. “Kalau begitu, tipemu itu yang bagaimana?”

“Hmm, yang bagaimana, ya?” Karena tidak pernah memikirkannya, aku benar-benar tidak tahu. “Mungkin, yang jago olahraga, akrab dengan perempuan, maksudku....”

“Maksudmu seperti Vero?” Amanda memasang senyum usilnya, lalu menunjuk ke belakangku dengan dagu. Tunggu, sejak kapan mereka ada di sana? Putri, Vero, dan juga Tasya. Walaupun mereka duduk jauh di meja kantin yang jauh di belakangku, tapi....

“Oh, ya, kau kenal Vero sejak SMP, kan?” tanya Amanda antusias walaupun nada suaranya masih bercanda.

Aku mengangguk satu kali. “Sama Putri, Julia, Tasya juga.”

“Eh, jadi Vero dekat dengan mereka sejak SMP?”

“Begitulah.” Aku mengangkat pundak. “Dia memang sedikit aneh.”

“Kau tahu, sejak kematian Julia, itu si Vero semakin dekat dengan Tasya, lho.” Amanda bercerita dengan yakin. “Gosipnya sih begitu.”

Aku menggigit kentang gorengku sambil mengangkat alis, pura-pura peduli.

“Menurutmu mereka berdua pacaran?” tanya Amanda, tapi sebelum aku menjawab, dia sudah berceloteh lagi. “Aneh ya, padahal dulu ada gosip kalau Vero sebenarnya suka pada Julia. Benar-benar cinta segitiga.”

Aku menancapkan sedotan pada susu kotak. Rasa manis memenuhi mulultku, sementara Amanda terus bercerita.

“Kau tahu, katanya mereka sering pulang bareng, bahkan ada yang pernah melihat mereka berduaan di kafe.”

“Vero sama Tasya?”

Amanda mengangguk. “Iya, mereka berdua.”

Aku menoleh ke belakang lagi, melirik Tasya yang tengah asyik mengobrol dan bercanda di mejanya. Aku tidak peduli dengan kisah percintaan gadis itu, tapi melihatnya tertawa setelah apa yang dia lakukan pada Snow, membuatku sedikit gatal.

Kapan ya, aku bisa memulai rencana itu?

Kalau memikirkan kondisi idealnya, seharusnya hari Minggu. Tasya akan ada di rumah, orang tuanya juga biasanya libur hari itu. Mereka akan bersama di ruang tengah, menyaksikan kartun minggu pagi seperti yang aku dan Snow biasa lakukan. Itu waktu yang bagus. Seandainya cuaca sedang mendukung, maka tidak ada yang perlu dipikirkan lagi.

Hari itu, pihak merah akan jatuh.

***

CATATAN PEMBUNUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang