Epilog

613 72 20
                                    

Ruangan yang penuh dengan warna putih ini... seperti surga.

Rasanya, sudah lama sekali aku berada di tempat ini.

Apa namanya? Nama tempat ini? Ah iya, mereka menyebutnya ruang isolasi. Aku masih heran kenapa tahanan yang lain tidak mau dikurung di tempat ini, padahal tempat ini menurutku lebih baik daripada sel biasa yang membosankan itu.

Di antara dinding, langit-langit, dan lantai yang putih ini, semua ingatanku tergambar dengan jelas. Semuanya berputar mengelilingiku; White, Snow, Amanda kecil yang memakai kostum ratu jahat, Luna dan senyumnya yang jatuh, Elio, Putri dan teman-temannya. Mama. Semua ada di sini, berbisik padaku melalui debu-debu putih.

FENELLA YANG MENDORONG LUNA. DIA YANG MEMBUNUHNYA!

Tulisan itu melayang-layang, ada di mana-mana. Kertas-kertas putih berjatuhan, dan tiba-tiba dinding dipenuhi coretan.

Ah, iya. Hari itu, aku menceritakan semuanya pada Elio, lalu dia mencekikku sampai aku kesadaranku hilang. Padahal hari itu, aku akan mendorong Putri seperti yang aku lakukan kepada Luna.

Cerobohnya aku, ada orang di bawah yang merekam itu, dan membuatku dijebloskan ke tempat ini dengan tuduhan pembunuhan. Aneh, padahal aku yakin semua murid sudah pulang hari itu.

Ah, dinding putihnya berubah lagi, coretan-coretan yang tadi sudah hilang, digantikan oleh wajah Amanda sewaktu dia menjengukku pertama kali.

“Maaf, Fenella,” kata wajah Amanda yang muncul di dinding. “Aku yang sudah menulis surat-surat itu lalu menyelipkannya di laci meja Elio.”

Seperti apa ya wajahku waktu pertama kali mendengar pengakuan Amanda itu?

“Aku benar-benar tidak tahu, aku cuma ingin memfitnahmu. Aku ingin kau jauh dari Elio.”

“Ah, kau suka Elio, ya?” Kali ini terdengar suaraku dari dinding. “Jadi begitu, kau ingin Elio menjauhiku. Kau memfitnahku, menulis kalau aku yang sudah membunuh Luna tanpa tahu kalau itu memang kenyataan. Memang aku yang sudah mendorong Luna.”

Amanda tersenyum, hampir tertawa. “Aku tidak tahu kalau cara itu benar-benar akan berhasil.” Dia sudah tidak bisa menahan senyumnya. “Aku akan melakukan apa pun untuk mendapat semua yang aku mau. Kau tahu itu kan, Fenella?”

Tawa kecilku terdengar, tawa Amanda menyusul tidak lama kemudian.

“Kau tahu, sebenarnya aku juga yang sudah membunuh kucingmu itu. Siapa namanya? Slow, ya?”

“Snow.”

“Iya, itu maksudku. Kau tahu, hari itu aku ingin menjenguk Elio karena dia sudah tidak lama tidak ke sekolah. Kukuria dia sakit atau apa, tapi waktu aku ke rumahnya, aku malah melihat Elio bersamamu. Elio mendorong tubuhmu sampai memepet tembok, tangan Elio memegang pundakmu sangat erat. Seperti adegan romantis saja, ya.”

“Lalu,” lanjut Amanda. “Aku pulang tanpa sempat bertemu dengan Elio. Dengan perasaan cemburu yang seperti membakar tubuh, aku tidak sengaja lewat di dekat rumahmu. Di sana, aku melihat kucing putih yang berkeliaran, di kalungnya tertulis namamu, Fenella, dan juga alamatmu. Tanpa sadar, aku sudah menusuk-nusuknya dengan gunting yang sering kubawke sekolah.”

Aku tidak tahu bagamana ekspresi wajahku ketika Amanda mengakui hal itu. Dinding putih itu tidak menampilkan wajahku.

Wajah Snow yang penuh bulu dan kumis putih tiba-tiba muncul di lantai. Dia mengeong, suaranya masih sama seperti saat terakhir kali aku ingat.

“Jadi, kau sudah mendapatkan Elio yang kau cinta itu sekarang?” Aku kembali menatap dinding.

Senyum di wajah Amanda turun. Dia menggeleng. “Sekarang dia dekat dengan Putri.”

Wajah Amanda yang ada di dinding putih itu perlahan memudar. Ingatanku.

“Elio tahu kalau Putri adalah sahabat Luna waktu kecil. Semua itu cuma salah paham. Elio mengerti kalau Putri sebenarnya tidak ingin membully Luna sejauh itu, apalagi sampai menyebabkan bunuh diri. Dan sekarang, Putri menjadi semakin dekat dengan Elio, mungkin, Putri ingin mengobati rasa bersalahnya dengan terus berada di dekat Elio.”

“Lalu, kau tidak akan diam saja, kan, Amanda?”

Wajah pudar itu mengangguk. Benar, Amanda yang kukenal, memang rela melakukan apa saja untuk mendapat apa yang dia mau.

Nah, Amanda, apa yang akan kau lakukan sekarang?

CATATAN PEMBUNUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang