Gadis itu berhenti mengunyah.
"Entahlah, tapi aku rasa mungkin karena para penduduk desa dan juga keluarga baruku tidak begitu menginginkan keberadaanku. Mungkin itu sebabnya aku yang terpilih." ungkap gadis itu, lalu tersenyum pahit.
"Keluarga baru? Apa maksudnya?" tanyaku sama sekali tak mengerti dengan istilah yang dipakainya.
"Setelah ibuku meninggal, ayahku menikah lagi dengan wanita lain. Wanita itu kini menjadi ibuku dan kedua putrinya menjadi saudari-saudariku. Mereka itulah yang aku sebut sebagai keluarga baruku."
"Kalau begitu, tidakkah kau merindukan mereka dan juga ayahmu?"
"Aku rasa tidak, apalagi setelah apa yang terjadi. Aku juga sudah tidak terlalu memikirkannya," jawab gadis itu santai, "Lagipula, saat ini aku lebih ingin menjadi keluarga denganmu, Kyuu!"
"Apa? Denganmu? tentu tidak," tolakku tegas.
"Mengapa kau menolak? Tanpa keluarga, tidakkah kau merasa kesepian? Sebagai sesama makhluk yang kesepian seharusnya kita saling menghibur, bukan?"
"Tidak, menurutku. Lagipula, hidup kita berbeda. Keluarga terbentuk karena kau memiliki hubungan darah dengan mereka, bukan? Itu dari yang pernah aku dengar."
"Hahaha, dari mana kamu mendengarnya? Menjadi keluarga bukan sebatas karena memiliki hubungan darah dengan mereka. Menjadi keluarga berarti kita saling menjaga, menerima dan mengisi kekurangan satu sama lain."
"Hah! aku dapat menjaga diriku sendiri! Lagipula, aku tidak sedang kesepian! Hanya saja tidak ada makhluk yang sebanding denganku!"
"Itulah yang disebut kesepian, Kyuu." Gadis itu tertawa renyah.
"Sudah, lanjutkan saja makanmu!" gerutuku kemudian berpaling darinya.
"Baik, yang mulia," jawab anak manusia itu, kali ini dengan sopan.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu!"
"Kalau begitu, jadilah keluarga denganku, Kyuu!"
"Tidak mau!" tolakku.
"Dasar, keras kepala!" gadis itu mengerucutkan bibirnya.
"Kau juga sama!"
Meski terdengar aneh, entah mengapa aku cukup menikmati percakapan kami berdua. Seolah sudah lama sekali aku tidak pernah berbincang seperti ini walau isi percakapan kami tidak ada yang penting. Sungguh menyenangkan ketika memiliki lawan bicara. Ini membuatku rindu akan masa-masa lampau.
.
.
... Kapan terakhir kali aku mengobrol dengan seseorang, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Deer You (END)
Fantasy"Hidup kita begitu berbeda. Mengetahuinya, apakah kamu masih ingin tinggal bersamaku?" . Singkat, manis, namun tidak terduga ... itulah pertemuan antara sang penguasa Hutan Putih dengan seorang anak manusia yang telah dibuang kaumnya. Lalu, ke manak...