64

17 5 0
                                    

"Tidak! Aku tidak akan pergi dari hutan ini dan meninggalkanmu sendirian!"

Menggelengkan kepala, gadis itu tetap bersikeras. Dirinya sama sekali tidak melepaskanku walau seluruh tubuhnya masih saja gemetaran. 

Aku menghela napas panjang. Sembari meraih wajahnya dengan tanganku yang pendek, aku mencoba membujuk gadis itu sekali lagi. "Tempat ini sudah tidak aman lagi. Tabir pelindung ciptaanku akan runtuh. Oleh karena itu, kau harus segera pergi sebelum 'mereka' datang."

"Siapa 'mereka'?" tanya gadis itu. Namun, sebelum aku dapat menjelaskannya, makhluk-makhluk itu telah lebih dulu menampakkan diri.

"Ahahaha!! Akhirnya, tiba waktunya untuk turun dari tahtamu, yang mulia!"

Kabar tersiar begitu cepat dan dari balik tabir pelindung yang mulai runtuh, makhluk-makhluk itu telah berkumpul untuk menyaksikkan akhir hidupku. Kebanyakan dari mereka adalah makhluk-makhluk yang pernah aku kalahkan dan memang tidak menyukai diriku sebagai penguasa hutan--termasuk rubah berekor dua yang sebelumnya ingin menyantap anak manusia yang kini telah menjadi keluargaku.

Tentu, melihat kondisku saat ini membuat mereka berpikir ini saat yang tepat untuk menghabisiku. Itu sebabnya, mereka datang secara serempak, hendak membalas dendam.

"Kekuasanmu berakhir hari ini, yang mulia! Sekarang, kami yang akan menguasai hutan ini!" seru si rubah yang memimpin penyerangan ini dan bersamaan dengan itu pula mereka mencoba menerobos sisa-sisa pertahanan terakhir dari tabir pelindung yang aku ciptakan.

"Hei, gadis kecil! Segeralah pergi dari tempat ini!"

"Tidak tanpamu, Kyuu!" tegas anak manusia itu dan memelukku semakin erat. Sesaat tabir pelindung yang aku ciptakan akhirnya hancur, gadis itu segera berlari menjauhi kerumunan makhluk-makhluk yang menginginkan nyawaku sembari membawaku serta bersamanya.

"Apa yang kau lakukan?! Tinggalkan saja aku atau mereka akan mengejarmu juga! Seharusnya kau tahu kalau musuhku ada begitu banyak dan mereka tidak akan ragu untuk membunuhmu juga!" seruku sambil meronta-ronta di dalam pelukannya.

Namun, gadis itu sama sekali tak meresponku. Saat ini, yang ada di pikirannya adalah bagaimana ia harus melarikan diri dari makhluk-makhluk beringas yang mengejar di belakangnya. Demikian, gadis itu terus dan terus berlari.

.

.

... Tanpa sekali pun mengendurkan pelukannya.

.

Deer You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang