31

19 7 0
                                    

... Firasatku buruk.

Cahaya putih nan menyilaukan segera menyelimuti tubuhku, merubah wujudku menjadi serupa dengan salah satu kawan hutan yang bersayap. Ketika sayap-sayap putih mulai membentang lebar dan cahaya yang melingkupi akhirnya meredup, aku lekas pergi melambung tinggi, menuju langit yang kini berwarna merah membara.

Angin panas kian menyusuri lekuk sayapku sementara dapat kulihat di bawah sana, beberapa penghuni hutan tengah berlarian menyelamatkan diri sambil mengikuti panduan para gagak untuk keluar dari jebakan si jago merah. Demikian pada malam hari ini, Hutan Putih dipenuhi ketegangan.

"Yang mulia! Akhirnya kau tiba!" sapa gembira salah seekor gagak hitam yang telah lama menanti kedatanganku.

"Apakah kau sudah menemukan sumber kebakaran ini?" tanyaku.

"Ah, kami ... sudah menemukannya." Menggunakan paruhnya yang panjang, gagak itu menunjuk ke suatu tempat--sebuah desa manusia yang tengah tenggelam dalam lautan api.

Menari-nari, si jago merah terus melahap rumah-rumah yang dulunya menaungi para manusia. Beberapa diantaranya telah kandas, terbakar hingga menjadi abu. Sisanya, tinggal menunggu waktu sampai hancur dengan sendirinya.

Kobaran api itu terus berlanjut dan bertambah besar. Para gagak pun kembali riuh ketika mencoba memadamkan sang api.

"Jatuhkan!"

Seketika aba-aba itu terdengar, serentak, para gagak menjatuhkan kantung-kantung air yang mereka bawa di kaki mereka setelah mengumpulkannya dari sumber air terdekat. Cara tersebut terus mereka lakukan hingga membuat penghuni hutan yang lain ikut tergerak untuk membantu memadamkan api dengan menggunakan timbunan tanah dan pasir. Sehingga mereka yang sebelumnya masih sibuk menyelamatkan diri, kini saling bahu-membahu untuk mencapai satu tujuan yang sama.

Jika hal ini terus berlanjut, maka dipastikan api akan dapat dipadamkan.... Namun, firasat buruk kembali merasuki benakku.

Berapa kali kantung-kantung air telah dijatuhkan, berapa kali mereka mencoba menggunakan timbunan tanah untuk meredamnya, api tersebut tetap kembali menyala. Ini seolah api tersebut tidak akan redup hingga ia berhasil membakar habis semua yang dilaluinya--seolah-olah api tersebut memang 'dibuat' demikian. Namun, di atas itu semua ....

.

.

... Kenapa aku tak melihat satu pun sosok manusia di dalam desa tersebut?

.

Deer You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang